“Mengapa Adnan sangat tidak menyukaiku, semenjak ia menyatakan perasaannya, padahal dia tampan tapi bahasa yang ia keluarkan tak setampan parasnya” gerutu Rika yang memikirkan perlakuan Adnan kepadanya.
Keesokan harinya Rika pergi ke kampus dengan riang didominasi senyum yang menawan, ya.. benar Rika terlahir dengan paras yang dapat meluluhkan para kaum adam tapi tidak dengan Adnan. Dulu memang Adnan menyukai Rika karena, bahasa tubuh yang Rika miliki sangat indah. Namun, kebencian itu memuncak karena Rika menolak akan hati yang Adnan berikan kepada Rika. Karena, Rika tak mau jika ia menerima hati Adnan. Maka perteman mereka tak akan asri lagi untuk dijalani.
Sesampainya di kelas Rika langsung membersihkan sampah yang berserakan di ruang kelas yang akan digunakan pada jam pertama kuliahnya. Belum sempat membersihkan Rika dikagetkan dengan suara botol yang terlempar kencang menabrak tubuh sang tembok.
“Mamaaaaa!!..” teriak Rika Terdengar bahakan tawa yang melihat ekspresi kaget Rika “hahahaha, dasar gila! Mana ada ibumu di kelas ini! Lekas bersihkan kelas ini karena aku ingin persentasi!” lengos Adnan menemani langkahnya melewati Rika yang sangat terganggu akan kedatangan Adnan. “Hei!! Adnan, bisa tidak kau tak membuat aku kesal, hah!, apa salahku padamu?. Aku rasa aku tak pernah melakukan kesalahan bahkan mencari masalah kepadamu” sahut Rika tajam “Apa katamu? Tak bersalah? Hah! Lucu, hatiku tak kau terima itu bukan kesalahan??! Bagaimana bisa kau menolakku, setelah kita selalu bersama sebelumnya. Kau telah mempermainkanku Rika! Kau tak tau bahwa hati telah patah akibat penolakanmu itu. Tak sadarkah kau?” Tambah Adnan sembari memnghadapkan tubuh Rika di dekatnya. Melihat Adnan yang berkata seperti itu Rika pun tak dapat membalasnya.
“Rika, mengapa kau mempermainkan hatiku?, bukankah kau bilang bahwa kau menyayangiku, seperti aku menyayangimu. Tapi mengapa jadi begini? Jawab Rika jawab!” “Adnan, kau salah! Yaa… benar aku memang menyayangimu, namun rasa itu tak lebih akan menerima hati. Kita bersahabat bukan? Tapi mengapa kau salah arti?” sahut lembut Rika untuk Adnan. Namun, Adnan lekas pergi meningalkan Rika, menepis kasar tangan yang ada di pundaknya.
“Adnan, tolong jangan berubah, kita ini teman bukan lawan” tertunduk kaku melihat langkah kencang Adnan.
Adnan memang selalu bersama Rika setiap harinya, mereka selalu bersaing dalam prestasi. Mereka saling support akan kesuksesan masing-masing, saling membutuhkan dan saling melengkapi.
Dulu, sewaktu KKN mereka satu posko yang membuat mereka bertambah erat. Adnan selalu memperhatikan apapun yang berkaitan dengan Rika. Selain itu, Rika membalas lembut perlakuan Adnan kepadanya. Ia selalu membantu Adnan menyelesaikan tugas kuliah bersama, mereka sangat dekat satu sama lain. Pertemanan mereka terjalin sejak mereka duduk di bangku SD.
Rika sangat menyayangi Adnan seperti saudara kandungnya sendiri. Namun, tidak dengan Adnan rasa sayang yang ia berikan kepada Rika tak lain karena hati yang ia miliki ingin ia berikan kepada Rika.
Adnan pernah menjelaskan perasaanya kepada Rika, lantas Riska tertawa terbahak-bahak, ia menimpali bahwa Adnan sedang berdrama seperti ia memainkan drama bersama Adnan sewaktu putih abu-abu dulu. Melihat respon Rika, Adnan justru ikut tertawa, karena ia sendiri geli akan penjelasan hatinya sendiri.
Baik itu Adnan maupun Rika tak hentinya-hentinya tertawa saapai ia lupa posisi dimana hati Adnan telah benar-benar berubah menjadi cinta.
“Sampai kapan kau tetap begini ka?, aku sangat menyukaimu. Mengapa kau tak pernah menghargai hati ini.” Teriak Adnan dalam hati. Karena, asik berdiam diri. Adnan tak menyadari bahwa Rika telah disampinya menemani Adnan duduk di taman kampus. “Heii!, mengapa melamun?” Bak disambar petir, Adnan kaget bukan kepalang mendengar sapaan sang pujaan hati. “Riii.. rika, sejak kapan kau disini hah…! aku tak mau berbicara padamu, tolong enyah di hadapanku. Aku ingin sendiri, belum puas kau mentertawakan hati ini. Jika kau memang tak mau menghargai. Baik kita cukup saling memperhatikan di dunia khayal”
Berdiri, namun dengan tangkasnya Rika menahan langkah Adnan. “Jangan pergi, please stay disini.. aku ingin kita seperti dulu, saling support dan saling berbagi” “Maap.. Ka, aku tidak bisa. Aku tak mau jika hati ini sakit lebih lama lagi, semoga kau bahagia” (melepaskan gengaman Rika pada saat itu) Melihat respon Adnan Rika sangat bingung, Rika tak mau hubungannya dengan Adnan hilang ditelan kelam. Ia ingin kembali sedia kala, bukan menjauh entah kemana. “Aku memang menyukaimu, aku memang ingin bersamamu tapi tidak untuk sekarang Adnan, beri aku waktu untuk memberikan hatiku untukmu!” desah Rika sembari menghapus tangis yang sejang tadi terbendung di kedua mata indahnya.
Keesokan harinya ia ingin menemui Adnan, namun nihil Adnan tak datang ke kampus pada hari ini. Rika sejak tadi mencoba menghubungi lelaki tersebut, bukan jawaban yang didapat suara operator yang terdengar. “Ahhhhh…..! kemana Adnan ini, lama kali dia marah padaku, dasar tak tau malu! Beraninya ia membuat aku khawatir. Dasar curut satu ini” omel Rika tak henti-hentinya Rika makin kesal, ia memutuskan untuk menghampiri kediaman Adnan selepas persentasi nanti.
“Asslamualaikum?” “Walaikumsalam, (sahut ibu Adnan dari dalam). Eeehhh nak Rika, pasti mau jemput kesayangan kan?” “Iya buk, dimana Adnan? Mengapa tak kuliah hari ini?” tanya rika spontan tanpa basa-basi “Duh.. duh.. duh, ibu dicuekiin ya. Adnan langsung ditanya!… hem Adnan di kamarnya, kemarin ia kehujanan, ehhh malamnya demam. Kamu tau sendiri Adnan sekali kena hujan langsung tumbang hi..hi..hi” jawab ibu Adnan “Hahahahaha.. baik bu, aku langsung menemui Adnan ya!” Karena, sudah kesal penasaran dan apalah-apalah, Rika langsung menuju kamar Adnan
“Heiii! Cecunguk… beraninya kau mematikan ponselmu?, kau lupa kita sudah janji akan bersama?!!, dasar tak tau malu!” “Siapa kamu, beraninya pasang mode the power of emak-emak memarahi orang ganteng macam aku ini! Kau yang tak tau malu! Dasar nenek gambreng” jawab Adnan, sembari mengoda Rika. Karena, ia tahu bahwa Rika akan datang menengoknya. Adnan mencoba menetralkan sikapnya, ia tak bisa berbohong apalagi berprilaku kasar seperti kemarin kepada Rika. Karena ia tahu hati ini memang untuknya. Walau sehebat apa Rika menepis bahwa ia tak mau menerima.
“Apaaaaa!!! Kau sebut aku demit?” “Gambreng ka gambreng” menahan tawa, ketika Rika melotot tak karuan “Ohhhh!! Itu maksudku, BTW. Kenapa gak ke kampus, aku persentasi tahu!, aku kesulitan kau tak membantu, bikin susah saja” Dalam benak Adnan berkata, “wanita ini, bukanya aku yang harus berkata seperti itu, ini malah dia.. oh gusti, untung dia cantik! Untung pula cinta ini untuk dia” menahan tawa “Hallo?? Ada yang lucu mas?, saya tahu saya cantik, imut, lucu dan baik hati. Tapi maaf ya, jangan asal tawa itu bibir!” (dengan sewotnya Rika menjawab)
Karena kepolosan dan kelucuan Rika itulah yang membuat Adnan jatuh lebih dalam lagi. Tapi, sayang hati yang ia beri tak kunjung Rika raih. Sebenarnya Rika memang mencintai Adnan, yang ia khawatirkan hubungan mereka kelak ketika mereka tak bersama lagi. Ketakutan itulah yang menyelimuti cintanya untuk Adnan.
“Rika.. Adnan, lekas turun! Makan malam kalian sudah siap, jangan asik ngomel adu mulut tak karuan. Ibu pusing” tambah ibu dari bawah “Apa semua wanita tercipta untuk ngomel?” “Bukan, wanita tercipta istimewa. Mereka hobi berbicara bukan cerewet tapi aktif” “Serahmu ka.. serahmu, aku bicara padamu tak akan ada akhirnya”
Setelah makan malam, Adnan mengajak Rika untuk bersantai sejenak di loteng atas tempat favorit mereka beradu argumen, adu ego, dan lain-lain.
“Ka, apa kita akan seperti ini terus? Kau tak mau menjawabku?” cetus Adnan, memcah kesunyian. “Aku tak mau menjawab, aku sudah menjawab pertanyan di kampus tadi” “Coba untuk serius sih ka.. ka, masa kamu tak mau serius sama sekali padaku. Aku benar menyukaimu sejak dulu sampai sekarang, bahkan sampai masa yang akan datang. Ayolah Rika jangan bercanda terus”
Akhirnya Adnan menyerah untuk menjelaskan hatinya lagi, percuma Rika memang tipe orang yang suka bercanda, dan aneh. Menghela nafas panjang “Baik aku akan serius, ketika kita sudah bekerja nanti” asal jawab Rika lekas pamit karena ia malu akan jawabnya sendiri, melihat respon Rika Adnan langsung senyum-senyum.
“Rika.. tunggu aku, aku akan melamarmu” tambah Adnan Rika berlari melaju cepat. Malu yang ia tanggung, membuat wajah mungilnya memerah.
“Buk… aku pulang asslamualaikum” berlari kecil sembari menyalami tangan halus ibu Adnan “Hati-hati nak.. bawa mobil jangan ngebut, ingat nyawa, ingat juga kami akan melamarmu nanti” ceplos bu Adnan “Ibu ini, buat aku jantungan saja!” Lekas membuka pintu mobil dan pulang.
Sesampainya di rumah ia langsung menuju kamar setelah ia mencium kedua orangtuanya. “Apa, aku mulai menyukai Adnan ya? Ahhh baper dibuatnya. Kalau sampai ia melamarku.. ahhh gila, serius sih ya uhhh” gerutu Rika sejak tadi
Tak terasa hari istimewa mereka tiba, setelah sekian lama merangkai prestasi di kampus tercinta akhirnya gelar itu mereka dapatkan. Rika dan Adnan menyandang gelar SE, tak dapat dipercaya mereka lulus bersama sebagai mahasiswa dan mahasiswi wisuda tercepat dan terbaik. Dan lebih membahagiakan lagi mereka diterima di perusahaan besar idaman masing-masing. Orangtua Rika dan Adnan sudah lama kenal, bahkan mereka setuju apa bila mereka suatu saat menikah. Orangtua Rika sudah menyayangi Adnan dan mengangapnya sebagai menantu mereka berharap agar Adnan lekas mengajak Rika naik pelaminan.
“Ingat janji aku kan Rika?, tunggu aku ya.. kita akan bahagia kelak, mohon bersabar aku sedang berjuang menjadi imammu” “Hahahahah.. Adnan jangan sekarang ya, aku tunggu ya calon imam jangan lama-lama tunggu aku juga, aku juga sedang mempersiapkan diri untuk menjadi wanitamu” Mendengar jawaban Rika, nyaris membuat Adnan ingin menangis.. karena, Rika telah memberi lampu hijau setelah sekian lama menunggu hatinya terbuka. Adnan percaya bahwa Rika akan menerima tapi tidak waktu kuliah pada saat itu, niat Rika baik karena mereka tidak ingin membuat prestasi mereka hancur.
Selama mereka bekerja, mereka saling memberikan kabar satu sama lain bertanya jawab layaknya orang yang menjalin suatu hubungan. Hal tersebut yang membuat Rika mantap akan pilihanya jika Adnan memang imam yang baik, pintar, dan penyayang. Rika mulai menjatuhkan hatinya untuk Adnan.
Setelah dua tahun berlalu tibalah saatnya pertunangan itu tiba, Adnan menepati janjinya kepada Rika, memboyong keluarga ke kediaman Rika melamar Rika untuk dipinangnya. Sambutan keluarga Adnan diterima dengan baik oleh keluarga Rika, sesuai kesepakatan hari pernikahan mereka dilangsukan dengan cepat tanpa berlama-lama. Karena, kesepakatan bersama pernikahan itu pun berlangsung dengan lancar dan khitmat.
Pernikahan Rika dan Adnan berlangsung mewah tanpa halangan suatu apapun. Pernikahan mewah nan sakral itu berlangsung dengan hasil keras dan keringat mereka berdua. Sebelum melangsungkan pertunangan mereka telah menabung untuk membeli perumahan agar setelah menikah mereka sudah dapat istana yang dapat mereka huni nanti.
“Rika, terimakasih.. sudah menerimaku menjadi imamu, dan terimakasih sudah mau berkerja sama membangun istana bersamaku” sambil memeluk Rika dengan lembut “Terimakasih sayang, kau telah memilihku menjadi makmummu.. kita harus bahagia ya. Aku tak menyangka kau memilih dan menepati janjimu untuk naik pelaminan bersamaku. Aku menyayangimu imamku” “Iya istriku.. sama-sama, aku sangat menyayangimu, mencintaimu dan bahagia memilikimu”
Setiap niat baik, akan berbuah manis. Dan penantian yang lama pun akan hilang dan tak terasa apabila kita sabar menunggu suatu keajaiban dari Tuhan.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya hubungan mereka halal untuk dijalani. Penantian lama berbuah berjuta-juta kemanisan dan tak kurang suatu apapun. Hidup bahagia, harmonis dan mesra. Adnan mendapatkan istri yang ia idamkan sejak lama.
T A M A T
Cerpen Karangan: Adek Rismawati Oganda Blog / Facebook: Adek Rismawati Oganda