“kamu ngikutin aku?” Tanya rita. Suaranya cukup untuk didengar di antara alunan music yang sedang dimainkan. “ngikutin?” balas panjul dengan rasa keheranan. “iya, kamu ngikutin aku ke tempat ini?” aku tadi lagi duduk di dalam, terus aku ngeliat kamu lagi duduk sendiri. “njull ini serem lhoo.” “gak ada yang ngikutin siapa-siapa.” balas panjul. “terus kenapa kamu disini?” Tanya Rita. “Ya seperti orang biasanya, mau nongkrong aja, lah kamu ngapain disini?” “sama, seperti orang disini.” Ada hening yang tidak mengenakan selama beberapa saat.
“Kamu ga takut?” Tanya Panjul. “takut apa?” “ini kan kamu pergi, nanti kucing kamu siapa yang njagain di rumah?” “udah aku kasih makan trus aku masukin kandang,” jawab Rita dengan agak gugup. “bagus deh kalo gitu, ga lucu kan pulang-pulang kucing dah ilang.” kata Panjul. “iya ga lucu,” kata Rita.
Rita meliahat tajam kearah Panjul, dia terlihat penasaran. “aku harus tanya langsung. jawab jujur. Ini bener kabetulan kamu ada disini? Disaat yang bersamaan dengan aku?” “ini bener kebetulan,” jawab Panjul mengkonfirmasi. Rita tau Panjul berkata yang sejujurnya. Lima tahun berpacaran, dia tahu kelemahan Panjul: setiap kali Panjul berbohong, secara tidak sadar dia menggaruk lengannya. Rita tidak pernah memberitahu ini ke Panjul. Sungguh, berkah seorang pacar adalah kemampuan mendeteksi kebohongan pasangan.
Rita menghela nafas panjang. Dia lalu bersiap untuk kembali ketempat duduknya, “aku pergi du-” Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, panjul bertanya, “kenapa sih kamu putusin aku?” Rita tak menjawab. “Kenapa?” Tanya Panjul, lagi. “Ini bener-bener mau dibahas, ni?” Tanya Rita. “Yang tidak selesai harus dibahas kan?” kata Panjul. “Buat aku dah selesai, kurang jelas apa lagi? Foto udah aku hapus, kamu udah aku unfollow,” jelas Rita “Buat aku belum.” Panjul melihat mata Rita. “jadi, kenapa?” “cintanya hilang.” jawab Rita singkat. ” Hilang?” kata Panjul yang masih menatap mata Rita. “iya, suatu hari aku bangun. Telfonan sama kamu, terus, udah. Gak ada apa-apa. Aku gak ngerasain apa-apa lagi,” kata Rita. “Hilang begitu aja. Aku juga ga ngerti. Jujur, aku juga bingung kenapa aku begini.” “Bosen?” Tanya Panjul. “Mungkin. Tapi yang jelas, penjelasan paling sederhana: cintanya sudah tidak ada lagi. Maaf, itu sejujur-jujurnya. Aku juga gak tahu kenapa. Mungkin kita udah jadi orang yang beda.” “Lima tahun itu waktu yang lama lho,” kata Panjul. “Dan aku ga mau ngehabisin lima tahun lagi dengan orang yang salah,” ucap Rita. “Mungkin ini sakit buat kamu, tapi mending sakit sekarang dibanding sakit nanti-nanti.”
Panjul terdiam. Dia lalu melihat kearah Rita, “kamu salah Rita, aku orang yang sama waktu kita pertama ketemu di MCD Pacific, aku orang yang sama yang kamu mintain tolong, kamu ada di depan kasir, sendirian, mau bayar makanan terus kamu nengok ke belakang, “sorry, boleh pinjem lima puluh gak, nanti gue ganti. Gue gak bawa duit. Maap banget.” Abis itu kita kenalan, lalu makan satu meja. Aku masih ingat itu semua. Kata per kata. Aku orang yang sama, Rita. Aku masih sayang kamu.” “Iya.” Kata Rita. “tapi aku orang yang berbeda.” Panjul tediam.
Panjul dengan gusar berkata, “Terus ingatan-ingatan kita gimana? Kamu mau apain? Aku ada lho, ketika kamu lulus, aku ada ketika kamu telfon bahwa ban kamu bocor malem-malem.” “kamu ga bisa gitu dong,” balas Rita. “aku juga ada kok, pas kamu minta temenin cod cupang, aku ngorbanin gak kumpul ama anak vokal grup. Berpasangan bukan masalah itung-itungan, njul. Ini sederhana: aku sudah berubah, cintanya sudah hilang.” kata Rita. “apanya yang berubah?” Tanya Panjul. “semuanya. Mimpi aku, sifat aku, band yang kita dengerin dulu, bukan lagi favorit aku.” “QUEEN??” Tanya Panjul. “itu masih.” Rita memandang nanar kedepan. “yang lainnya tidak. Kamu kalau dalam posisi aku juga bakal begini, Njul. Kamu mau kita masih pacaran, tapi pasangan kamu sudah gak punya rasa. Itu gak adil buat kamu, gak adil juga buat aku. Orang berubah itu wajar, aka ada masanya dua orang saling berpisah jalan, kamu gak salah, aku juga gak salah. Tolong, ngertiin itu,dong.” Panjul mengangguk, argument Rita ada benarnya juga.
“terus aku harus ngapain sekarang?” “ya kamu harus relain aku. Aku yakin kok kamu pasti dapat yang lebih cocok, yang lebih baik dari aku, yang lebih pantas buat kamu. Yang terima kamu apa adanya.” Panjul terdiam. Dia menengok kearah depan. Panjul bertanya, “Motor kamu mana?” “Gak ada.” “Gak ada?” Rita mengangguk. “kamu kesini sama siapa?” “itu.” Kata Rita sambil menunjuk meja di dalam. “sama dia.” Mata panjul mengarah ke seorang cowok yang sedang membuka handphone, tampak tidak menghiraukan sekitarnya. Mata Panjul terbuka lebar. “kamu datang sama cowok lain?” Tanya Panjul. “iya, aku dateng sama cowok lain.” Kata Rita. “kamu mutusin aku karena dia?” Tanya Panjul, sambil mengumpukan keberanian untuk bertanya. “kamu nuduh aku selingkuh jawabannya: tidak. Aku baru dikenalin minggu lalu, ini pertama kali kita jalan bareng.” Kata Rita. “tenang aja, aku gak sejahat itu.” Panjul mengangguk. Dia tahu itu pasti benar.
“njul, aku udah maju kedepan dengan hidup aku.” Kata Rita. “yang terbaik buat kamu adalah untuk melanjutkan juga hidup kamu. Sampai jumpa, njul. Terimakasih untuk lima tahun ini”. Panjul terdiam. “Janji kamu bakal cepet ngelupain aku.” Kata Rita. “Janji,” kata Rita.” Please.” “Janji.” Kata Panjul sambil mengangkat tangan lagu menggaruk lengannya. Rita menghela nafas. Air matanya mulai terkumpul.
“dah,” kata Rita. Dia buru-buru mengangkat badannya lalu pergi. Rita masuk kedalam lalu duduk disamping cowo tadi. Dia menceritakan semuanya dengan jujur ke cowok di sebelahnya. Cowok itu lantas menoleh kearah Panjul, sekilas. Tapi dia Nampak tidak peduli dan lanjut meminum es kopi di depannya. Panjul masih melihat ke arah mereka. Tanpa sadar, gerimis mulai berjatuhan di atas atap café yang membuat letukan-letukan kecil mengiringi lamunan Panjul malam itu. Panjul melihat kearah jalan sambil berharap gerimis kali ini membasuh patah hatinya pergi.
Cerpen Karangan: Syaiful Hadi Blog / Facebook: Ahmad Syaiful Hadi Aku nulis.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 11 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com