Yuka duduk diam menatap punggung seseorang didepan sana. Membentangkan tangan sambil mengelus rambut itu lagi. Dalam bayangannya. Pertemuan ini riuh dengan semarak cerita penuh kenangan SMA. Namun bagi Yuka riuh lebih besar di kepalanya. Laki-laki jangkung itu terlihat lebih berisi dari empat tahun yang lalu. Keriuhan semakin menjadi sejak laki-laki itu menatapnya juga. Beranjak dari bangku sebelumnya dan duduk tepat disampingnya.
“Apa kabar Ka?” “Baik, Ai.”
Dia Aiman atau yang biasa Yuka sapa Ai. Laki-laki putih, berkacamata dan berisi. Garing dan katanya sih suaranya mirip tulus, hahaha. Hal lucu sekali mengingat itu semua. Hening kembali mengisi keterdiaman mereka. Yuka mencoba untuk bersikap biasa saja, meski coklat panas itu tak mampu menghangatkan tangannya.
“Kemarin aku ulang tahun.” “Iya tau, selamat ulang tahun ya. Semoga semua hal yang Ai mau tercapai juga semoga semua hal baik menyertakan Ai ya.” “Maaf kalau telat.” Yuka memutuskan tatapannya kepada Aiman. Ia seakan ingin menangis sekarang juga. Ia juga tau betapa Aiman menatapnya sedari tadi, namun Yuka akan menangis bila ia lanjutkan menatap Aiman. Hatinya tetap tidak bisa, entah mengapa. Empat tahun sudah namun perkara hati, ia tak pernah berubah.
“Oh iya, aku mau kasih ini.” Aiman membuka tas eiger nya yang saat itu Yuka tau bahwa saat mereka study tour kampus dan singgah di pusat perbelanjaan ia ingin sekali membeli itu namun uangnya engga cukup. Aiman mengadu padanya di bus saat akan berangkat pulang. Pembicaraan kecil yang mungkin dimata Aiman tidak terlalu penting namun nyatanya Yuka mengingat hal sepele itu. Kini sebuah undangan bersampul keemasan dengan pita berwarna senada tergeletak di atas meja.
“Aku akan menikah Ka.” “Oh iya? Selamat ya.” “Kamu datang kan?” “Insyaallah, aku datang.” “Aku doain kamu cepat nyusul ya, jangan suka sama aku lagi ya Ka, diluar sana jodoh kamu pasti nunggu kamu untuk lupain aku dan berani buka hati untuk menemukan dia.” “Dan satu hal lagi, aku udah maafin kamu untuk kejadian empat tahun yang lalu dan aku ngerti maksud kamu nolak aku, jangan lagi merasa bersalah ya, aku mohon.” Tangisan Yuka pecah tanpa mengeluarkan suara. Yuka hanya sanggup mengangguk mendengarkan titahan Aiman. “Aku minta maaf karena belum sempat minta maaf secara baik.”
Cerpen Karangan: Riska Yunita IG: Rikaytaaa Cerita ini cuman untuk jadi sejarah yang akan aku baca ulang untuk mengenang tiga tahun yang terlewat. Selamat bahagia untuk kau dan aku juga
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 5 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com