Di lain tempat, Azel ditelepon oleh temannya, dia adalah Zevanya, gadis cantik dengan kulit putih bersih, mata lentik, dan juga tinggi tentunya.
“Halo, Zee ada yang bisa aku bantu?” Jawabnya saat menerima panggilan tersebut. “Zel, bisa nemenin ke gereja bentar ga?” Pinta Zeva saat, Azel sahabat nya itu menjawab panggilannya. “Boleh, kamu jemput aku?” “Iyaah, sekarang siap siap aja, bentar lagi aku nyampe.” Jawabnya. “Yaudah, ntar klakson aja yah klo udah didepan. Bye Zee. Muuuuuuah.” Jawabnya lalu buru buru mematikan sambungan telepon itu terlebih dahulu tanpa menunggu jawaban dari Zeva. “Si Azel kebiasaan, kurang ajar deh.” Gerutu Zeva kesal saat sambungannya dimatikan.
Grazella hanya mengganti celananya yang pendek menjadi jeans putih dengan atasan sweater rajut pink muda yang terlihat cantik di tubuhnya. Ia menguncir rambut indahnya dengan ikat rambut baru yang dibelikan oleh sang bunda untuknya. Grazella menatap dirinya didepan cermin panjang yang berada di sebelah rak sepatunya.
“Azel kok cantik banget yah, kurang lipstik dikit. Pake dulu ah.” Ucapnya lalu memakai sedikit lipstik yang berwarna senada dengan bajunya. “Nah, gitu kan tambah cantik maksimal. Tinggal pake sepatu deh.” Ujarnya, lalu memakai sneaker putihnya yang berada pas dibawah cermin miliknya.
TIN.. TIN.. TIN Suara klakson mobil Zeva membuat azel dengan cepat mengikat tali sepatunya, saat selesai dia pun dengan cepat menuruni anak tangga dengan berlari kecil. Kebetulan di rumahnya kini hanya dirinya saja, kedua orangtuanya sedang berada diluar kota untuk beberapa hari kedepan.
“Maafin Azel, tadi tali sepatunya nyusahin.” Ucapnya saat memasuki mobil sahabatnya itu. “Gakpapa cantik, belum 5 menit. Jadi lo aman.” Ucap Zeva membuat mereka berdua terkekeh.
Begitulah pertemanan mereka, disiplin harus mereka terapkan, jika melebihi waktu kesempatan maka akan ditinggalkan. Zeva dan juga Azel sudah berteman lama sejak mereka kelas 9 SMP. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk bersekolah di SMA yang sama juga. Zeva dan juga Azel saling menjaga walaupun keduanya berbeda, bahkan mereka seperti tidak mempedulikan perbedaan itu, dan berteman seperti biasanya. Jika saling membutuhkan, mereka pun saling mengulurkan tangan.
Saat di perjalanan, azel menatap Zeva yang sedang fokus menyetir, gadis itu ingin menceritakan tentang perasaannya yang akhir akhir ini merasa bahagia disaat ia bertemu dengan Yudah, tapi entah kenapa, lidahnya merasa kelu untuk berbicara.
Pertama tama ia mematikan lagu yang tadi mereka nyalakan, hal itu membuat Zeva menatap Azel penuh tanya. “Kenapa? Ada yang mau diceritakan?.” Ucap Zeva berhasil membuat Azel menganggukan kepalanya. Itulah Zeva, dia sangat peka dengan keadaan hanya dengan kode kecil dari Azel, tanpa membuat Azel mengeluarkan kata terlebih dahulu. “Zee, aku kayaknya lagi suka sama seseorang deh.” Ujarnya sedikit berbisik. Tapi, masih didengar oleh Zeva. Zeva menoleh sebentar kearah Azel, sedikit terkejut tapi it’s okay lah, Azel bebas kapan aja buat jatuh cinta. Soalnya selama ini cewek tersebut hanya mementingkan pelajaran dan. Kegiatan lainnya tanpa memikirkan soal cinta. “Siapa?” Tanyanya penasaran. “Namanya kak Yudah, aku udah ketemu dia 3 kali, dan baiknya dia selalu mau bantuin aku. Zeee, parah dia manis banget.” Jelasnya dengan semangat membuat Zeva yang mendengar juga ikut merasa senang. Akhirnya teman baiknya ini mendapatkan sumber bahagia tambahan. “Rileks Zel, seneng banget. Ga ganteng ga ada restu.” Ucap Zeva bercanda. “Zevaa harus aku kenalin deh kayaknya, pasti langsung direstuin. Paham kan?” Jawabnya, sambil tersenyum bahagia. Zeva terkekeh mendengar jawaban dari sahabatnya itu, seperti cowok yang bernama yudah itu sangat tampan sehingga membuat Azel yakin bahwa dirinya akan merestui mereka. Padahal dia hanya bercanda. “Wkwkw yaudah, ntar kenalin yah. Ayok turun, kita udah sampai.” Azel mengacungkan kedua ibu jarinya didepan Zeva dengan senyum manisnya, kemudian mereka pun turun.
“Azel nunggu ditempat biasa yah, Zeva ga bakal lama. Nih cemilan biar ga bosen.” Serunya sembari memberikan cemilan yang sempat dia beli tadi untuk Grazella. Hal itu biasa dia lakukan jika sewaktu-waktu Azel menemaninya untuk beribadah. “Okeh, jangan lama yah.”
Azel menduduki kursi tunggu di luar gereja, beberapa suster yang sedang berjalan-jalan disekitar gereja sesekali melemparkan senyuman kepadanya. Azel sudah biasa dengan mereka, karena Zeva juga sering membawanya di gereja yang sama, sehingga para suster pun mengenalnya. Mereka bahkan tau kalau Azel adalah seorang muslim, perbedaan itupun tidak sedikitpun membuat mereka menghilangkan keramahannya kepada setiap pengunjung gereja meskipun berbeda.
Saat sedang asik memakan cemilannya, azel menatap seorang cowok yang keluar dari dalam gereja. Sontak hal itu membuat azel memperjelas penglihatannya, ia merasa tidak asing dengan postur tubuh cowok tersebut, dengan hati hati dia sedikit meneriaki sebuah nama, yang tanpa diduga cowok itupun menoleh karena panggilannya.
“KAK YUDAH” teriaknya. Yudah yang sedang berjalan menuju motornya menoleh kebelakang saat sebuah suara memanggilnya, ia terkejut saat yang dia lihat adalah Grazella dengan cemilan yang berada di genggaman tangannya. Ngapain dia? Tapi secepat mungkin, ia kembali menormalkan ekspresinya. Azel kini menghampirinya, Nih cewek kapan jeleknya.
“kak Yudah, ngapain?.” Awalnya dia sangat kaget melihat Yudah yang berada disini, apalagi cowok itu barusan keluar dari dalam. Sebisa mungkin ia menepiskan pikiran pikiran buruk yang akan terjadi. Yudah merasa kaku untuk menjawab pertanyaan gadis cantik didepannya kini, hatinya terasa sakit jika dia harus jujur. Apa ini waktunya? Pikirnya. “Lo tau Zel, kalau gua di dalam itu ngapain.” Ucapnya datar Azel tersenyum menatap Yudah, engga mungkin, kayaknya dia nganterin temannya deh. “Oh, kak Yudah nganterin temannya yah. sama kayak azel juga dong.” Jawabnya Sekarang Yudah tau alasan gadis itu berada disini, karena temannya. Apa yang harus dia katakan lagi.
“Kak Yudah kok diam?.” Setelah merangkai beberapa kata di otaknya, akhirnya Yudah memberanikan diri untuk jujur saja kepadanya. Walaupun hatinya terasa sesak sekarang. “Sorry Zel, gua habis ibadah didalam.” Kalimat itu membuat Grazella diam mematung, ia tak mampu berkata kata. Pikirannya sekarang bahkan tak berarah. Apalagi yang bisa dia harapkan, yang ia suka ternyata berbeda, mereka tak sama. Akankah zeva mengizinkannya untuk tetap berdekatan dengan Yudah setelah mengetahui ini.
Yudah tak berhenti menatap Azel yang mungkin masih terlihat syok mendengar kalimatnya barusan, tapi bagaimanapun semuanya harus dikatakan sebelum perasaannya semakin dalam dan itu semua dapat merusak banyak hal. Yudah yang melihat Azel mulai menitikkan air matanya, merasa khawatir kepada gadis itu. Tangannya terulur mengusap lembut air mata itu, yang semakin banyak keluar bebas dari pelupuk matanya.
Azel kini menatap Yudah yang sedang mengusap air matanya, “Jujur Azel kaget. Kita beda kak Yudah. Dan ini..” azel menyentuh dadanya, disana suara detak jantung nya semakin cepat. “Udah salah mencintai sosok yang tak sama.” Lanjutnya, “Azel suka. Suka sama kak yudah. Bahkan waktu pertama kita ketemu. Deket sama kak Yudah tuh Azel ngerasa happy banget. Tapi sekarang, hati Azel sakit banget pas tau kak Yudah beda.” Lirih di akhir kalimat. Yudah yang mendengar itupun menutup matanya, ia mengusap kasar wajahnya, cairan bening itu dengan bebas keluar dari matanya. Semua itu tak luput dari penglihatan seorang Grazella.
Yudah menatap dalam gadis cantik yang berada didepannya, ia meraih tangan kecil itu lalu membiarkan Azel mengetahui detak jantungnya.
“Lo dengar kan Zel, gua hampir serangan jantung saat dekat sama lo. Gua selalu rasain itu, bahkan waktu lo datang kepikiran gua Zel.” Ujarnya, Yudah bahkan tak menyadari bahwa dirinya mulai menangis. Sebesar itu rasa sayangnya kepada seorang Grazella, sampai sampai cewek itu berhasil membuatnya jatuh air matanya. Biarlah harga dirinya hilang saat ini, dia hanya jujur dengan apa yang dia rasakan.
“Lo tau Zel? Kenapa gua milih buat kenalin diri daripada membalas pemintaan maaf Lo, karena gua udah suka sama lo. Mata lo buat gua jatuh sedalam dalamnya. Gua juga nyesek zel, waktu gua tau lo berdoa dengan cara yang berbeda.” Azel masih mendengar apa yang Yudah katakan, kini air matanya tidak sanggup ia tahan.
Jika aku tau akhirnya akan seperti ini, aku akan memilih untuk meninggalkanmu tanpa maaf waktu itu. Batinnya.
“Gua ga tau Zel, apa yang harus gua lakuin setelah ini. Kita bahkan baru kenal beberapa hari, dan itu sanggup buat gua ngerasa kehilangan lo banget.” Lirihnya lalu menurunkan tangan azel dari dadanya. Azel yang mendengarnya dengan cepat menyatakan sesuatu yang mampu membuat Yudah mengerutkan keningnya “Siapa yang bakal kehilangan?.” Tanyanya “Kita kan?.” Jawabnya kembali dengan pertanyaan.
Azel mengusap sisa sisa air matanya, lalu ia menangkup wajah tampan yudah yang saat ini terlihat lucu baginya karena cowok itu memperlihatkan ekspresi bingungnya.
“Kita ga bakal pisah, ayo jalanin. Azel bakal temenin kak Yudah, sampai kak Yudah berhasil dapatin dia yang sama.”
Cerpen Karangan: Cahya Ig: chissst_
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 21 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com