Hai, namaku Asya. Aku duduk di bangku kelas 9 SMP, aku bersekolah di sebuah SMP favorit di kotaku. Pada suatu hari, di sekolahku mengadakan kerja bakti yang harus diikuti semua kelas. Kelas kami kebeteluan bekerja bakti di taman kelas.
Waktu bel masuk kelas berbunyi, kami semua duduk di bangku masing-masing. Wali kelasku masuk kedalam kelas dan memberitahukan agar kita segera menuju ke tempat kerja bakti. “Anak-anak silahkan kalian menuju tempat kerja bakti dan membawa peralatan masing masing!” ucap Mam Lina. Kami menjawab, “Iyaa buu siap.”
Kami semua segera menuju ke taman kelas untuk bekerja bakti. Kita semua membersihkan taman bersama-sama. Ada yang menyapu, mencabuti rumput, membuang sampah, dan lain-lain.
Pada pukul 08.40 kami sudah selesai bekerja bakti, taman kami sudah bersih. Aku dan teman-temanku kembali ke kelas. Selesai kerja bakti, teman laki-lakiku membut manisan mangga. Ada yang memotong mangga, membawa cabai, garam dan beberapa bahan lainnya. Aku dan teman-temanku yang lain hanya tinggal memakan saja. Selesai makan, kami tidak lupa untuk membersihkannya.
Pada saat kami berkumpul di kelas, salah satu siswa laki-laki dari kelas sebelah mengajak semua anak laki-laki di kelasku untuk bermain di lapangan basket. Sedangkan aku dan teman-teman perempuanku mengobrol hal random di kelas.
Pada saat pertengahan kami mengobrol, tiba-tiba teman laki-lakiku mencariku. “Asya dimana? oh ini Sya, Tegar tangannya patah,” ucap Andre teman Tegar. Aku kaget, dan aku langsung berdiri mengatakan “Loh, kok bisa?” Tegar adalah kerabat dekatku, aku sudah mengenal dia sejak lama. Mendengar kabar dia yang katanya tangannya patah hatiku terpuruk tak berdaya. Tanpa basa-basi, aku segera menuju ke lapangan basket dengan semua temanku.
“Sya, sudah jangan menangis,” ucap temanku menenangkanku. Kulihat Tegar sudah dikerumuni oleh siswa dari kelas lain. Lalu aku segera menghampirinya. “Kamu kenapa?, Kok bisa seperti ini?” tanyaku kepada Tegar. dia hanya menggelengkan kepalanya dengan tubuh yang sangat lemas dan tangannya patah. Aku sangat tidak tega melihatnya seperti itu. Seluruh badanku gemetar dan aku tidak bisa berkata-kata. Aku tidak tahu persis mengapa dia bisa seperti itu.
Lalu Fernan memanggil wali kelasku di kantor guru. “Mam Lina, Tegar tangannya patah,” Mam Lina pun syok dan segera menuju ke lapangan basket. Lalu Tegar pun langsung digotong ke ruang guru untuk menunggu mobil dan dibawa ke puskesmas. Lalu aku menuju kelas dengan teman-temanku dan semuanya menenangkan aku dengan memelukku. Aku pun menangis di kelas karena aku tidak tega melihat Tegar seperti itu. Teman-temanku pun menenangkan aku. “Sudah tidak apa-apa, doakan Tegar baik-baik saja,” ucap Ayu teman dekatku.
Pada waktu pulang sekolah, temanku Andre berkata kepadaku “Wah sekarang sudah tidak ada yang menemani saat pulang sekolah, hahaha.” ucap Andre mengejekku. Aku pun hanya terdiam.
Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar tidurku. “Tegar mengapa dia bisa jatuh sampai tangannya patah yaa?” ucap diriku dalam hati. Dan mendoakan agar dia bisa cepat sembuh. Aku pun menangis di kamar karena aku sangat kaget dan tidak menyangka mengapa hal seperti ini bisa terjadi pada Tegar. Aku pun menceritakan kepada kakak perempuannya Tegar lewat chat whatsaap karena kakaknya sedang bekerja, jadi dia tidak bisa ikut ke puskesmas. Pada jam 8 malam Tegar membalas pesanku, dia mengatakan besok dia akan operasi lalu aku memberinya semangat agar dia bisa melewati semua ini.
Keesokan harinya, aku memberitahukan kepada teman-temanku kalau hari ini pada Rabu, Tegar akan operasi. Kita semua mendoakan Tegar bersama-sama agar operasinya berjalan lancar. Dan Alhamdulillah saat pulang sekolah Tegar memberitahuku lewat chat whatsapp bahwa dia sudah selesai operasi, dan operasinya berjalan lancar.
“Loh, kamu kok bisa pegang hp?” tanyaku padanya. “Bisa, aku mengetik dengan tangan kiri tapi agak susah,” jawabnya. Aku pun menyuruhnya untuk beristirahat saja karena dia pasti butuh istirahat yang cukup. Selama Tegar sakit, aku sangat kesepian. Rasanya tidak ada rasa semangat untuk bersekolah. Dan juga aku tidak pernah lupa mendo’akan tegar setelah aku melaksanakan sholat.
Pada hari Kamis aku dan semua teman sekelasku serta wali kelasku merencanakan untuk menjenguk Tegar pada hari Sabtu pada waktu pulang sekolah. Akhirnya kami mengeluarkan iuran sebanyak 5.000 rupiah untuk membeli buah dan makanan yang lain untuk Tegar. Tapi aku juga ingin membelikan Tegar dengan uangku sendiri.
Pada hari Sabtu sepulang sekolah, kami semua bersama-sama berangkat menuju rumah Tegar. Di perjalanan aku dan temanku berhenti sebentar untuk mampir ke Alfamart untuk membeli roti dan susu untuk Tegar. Walaupun yang kubawa tidak seberapa, semoga Tegar suka dengan apa yang aku bawa.
Sesampainya di rumah Tegar aku dan teman-temanku disambut dengan baik oleh ibunya. Hatiku rasanya tidak karuan, entah mengapa rasanya sangat deg-degan sekali. Aku pun memberanikan diri untuk masuk kedalam rumahnya. Kulihat Tegar terbaring dikasur dengan wajah yang sangat lelah. Aku dan semua temanku dipersilahkan duduk oleh ibunya. Lalu kita memberikan beberapa oleh-oleh yang sudah kami beli sebelumnya. Kita pun diberikan beberapa makanan oleh ibunya.
“Sudah bu tidak usah repot-repot, tapi tidak apa-apa aku mau menghabiskan semuanya,” ucap Bella temanku yang receh. Teman-temanku tertawa mendengar perkataan Bella.
Aku berkeinginan untuk duduk disebelah Tegar sambil bertanya-tanya keadaannya. Tanpa basa-basi aku pun langsung duduk disebelah Tegar, semua temanku dan Mam Lina menyoraki kita berdua. Aku sangat malu, tapi aku hanya menahannya dengan tersenyum. Lalu aku pun mulai menanya-nanya kepada Tegar tentang keadannya sekarang. Ibunya Tegar bertanya kepada teman-temanku dengan nada bercanda.
“Oalah, ternyata ini mbak Asya yang sering chatthingan dengan Tegar,” ucap ibunya Tegar sambil bersenda gurau. Teman-temanku menjawab sambil tertawa “Iyaa, buu hahahaha.” Aku sangat malu, aku hanya tertawa kecil saja. Ternyata ibunya Tegar sudah tau jika aku dekat dengan Tegar. Setelah kita semua saling mengobrol dan makan dirumahnya, kami pun pulang. Rasanya aku sangat sedih ketika kami semua harus pulang, karena waktu pun semakin cepat dan suasana sudah menjelang sore. Akhirnya kita semua berpamitan kepada Tegar dan ibunya.
“Semoga cepat sembuh ya, jangan lupa makan dan minum obat.” kataku kepada Tegar. Dia tersenyum dan menjawab “Iyaa, terimakasih yaa.” Setelah itu, kami semua pulang bersama-sama ke rumah masing-masing.
Sesampainya di rumah, aku langsung membuka hp ku dan aku melihat Tegar mengirim pesan whatsaap kepadaku. “Alhamdulillah, akhirnya kita ketemu. Aku senang karena bisa bertemu dengan kamu tadi, tapi kenapa kok pulangnya cepat sekali? Oh iya, terimakasih juga ya oleh-olehnya,” ucap Tegar.
“Hahaha, iya aku juga senang ketemu kamu. Gatau juga kenapa tadi temanku cepet banget pulangnya padahal aku masih mau bertemu denganmu,” balasku. “Haha, kapan-kapan main ke rumahku lagi yaa,” ucap Tegar. “Iyaa, InsyaAllah,” balasku. Aku sangat senang karena keadaan Tegar sudah mulai membaik, semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Beberapa Minggu kemudian Tegar sudah bisa masuk sekolah. Semua teman-temannya sangat senang begitupun denganku. Tetapi saat pelajaran, dia tidak bisa menulis. Dia hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.
Cerpen Karangan: Nadine Nikita Blog / Facebook: Nadinenikita SMPN 1 PURI