# Arti Sebuah Cinta #
Malam terasa berjalan begitu cepat,kania tidak sadar kalau dia sudah duduk di restoran itu hampir empat jam. Dan sekarang sudah pukul 23:00,dia sudah cukup lama menunggu Ivan,cowok itu memang tidak akan datang.
"Mungkin dia lupa sama janjinya,aku terlalu kepedean,sadar kania! Please deh,Ivan enggak pernah cinta sama lo!" bisik hati Kania. Gadis cantik itu terus mengaduk-aduk jus jeruknya. Makanan yang di pesannya sudah dingin,rasanya sudah tidak berselera untuk makan.
Tak bisa di pungkiri,Kania memang sangat kecewa sama Ivan.
"Gue pikir dia serius saat mengatakannya,ternyata semua hanya hayalan gue aja."
Meski tahu Ivan tidak akan datang,tapi Kania tetap menunggu cowok itu sampai restorannya tutup.
Kania pulang ke rumah dengan wajah murung,dia terduduk lesu di atas sofa. Pikirannya semakin kacau setelah melihat foto yang di kirim Aurel. Pantas saja Ivan tidak datang memenuhi janjinya,ternyata cowok itu sedang kencan bersama Lastri.
Lastri adalah perempuan yang pernah di deketin sama Ivan,tapi begitu tahu kalau Lastri sudah punya cowok,Ivan langsung menjauhi gadis itu. Kania pikir Ivan sudah tidak mencintai Lastri lagi,nyatanya dia salah. Ivan masih sangat mencintai gadis itu,bahkan dia melupakan janjinya sama Kania.
---
Akhir pekan Ivan datang ke rumah Kania,dia ingin minta maaf secara langsung karena sudah mengingkari janjinya sama Kania.
"Lo ngapain ngerepotin diri datang ke sini cuma untuk bilang maaf,Van? Lo kan bisa sms gue aja." Ucap Kania seraya meminum obatnya.
"Gue udah ngechatt lo berkali-kali tapi enggak ada balasan satu pun. Gue telpon juga enggak di angkat,makanya gue mutusin untuk datang ke sini,soalnya gue khawatir terjadi sesuatu sama lo!" jelas Ivan.
"Kenapa enggak ngabarin gue dari awal kalau lo enggak bakal datang malam itu?" tanya Kania dengan wajah datar.
"Malam itu sengaja gue enggak datang,sebab Lastri tiba-tiba aja ngajakin gue makan malam,dan lo tahu apa yang terjadi?" dengan tanpa rasa bersalah Ivan malah memperlihatkan rasa bahagianya sama Kania.
"Lo jadian sama Aurel malam itu!" sambung Kania dingin.
"Waw hebat! Lo tau dari mana Nia?"
"Lo enggak perlu tau tentang hal itu," jawab Kania dingin. Sepasang matanya menatap Ivan dengan pandangan tak bersahabat.
Ivan merasakan perbedaan dari sikap Kania, "Lo marah sama gue?"
"Siapa yang enggak akan marah kalau di khianati Van?" bentak Kania kesal.
"Khianatin? Maksud lo apa sih,Kan?" Ivan tidak paham dengan omongan Kania.
"Sehari setelah lo bilang cinta dan sayang sama gue,kemudian lo malah jadian sama Lastri,apa itu namanya kalau bukan mengkhianati?" tak sanggup menyimpan rasa sakit lebih lama di hatinya,Kania langsung menumpahkan semuanya di depan Ivan.
"Kania... Gu-gue---" Ivan jadi gugup,dia baru tahu kalau Kania salah mengartikan ucapannya beberapa hari yang lalu.
"Kenapa? Sekarang lo enggak bisa jawab,kan?" Kania tersenyum kecut. Ivan benar-benar membuatnya kecewa.
"Kania,lo udah salah mengartikan ucapan cinta dan sayang gue malam itu,cinta dan sayang gue sama lo itu cuma sebatas sahabat,enggak lebih dari itu!" Ivan mulai menjelaskan,dia tidak mau Kania salah paham padanya.
"Lalu,apa maksud perhatian-perhatian lo selama ini ke gue?"
"Bukankah itu hal biasa dalam persahabatan? Lo juga ngasih gue perhatian lebih kan? Dan gue juga enggak salah paham."
"Jadi selama ini,lo cuma nganggap gue sebatas sahabat?" Seketika tubuh Kania terasa lemah,dia tidak menyangka kalau selama ini Ivan tidak pernah mencintainya,dia cuma menganggap Kania sebagai sahabat enggak lebih.
Suasana jadi tegang,hening... Kania mencoba mengatur nafasnya yang mulai memburu,detak jantung lebih cepat dari biasanya. Di saat yang genting seperti itu,Kania langsung menyuruh Ivan pergi.
"Van,sebaiknya lo pergi sekarang!" Suruh Kania.
Namun Ivan tidak beranjak dari tempatnya,dia tidak akan pergi sebelum Kania Kania mendengar penjelasannya. "Gue enggak bakalan pergi sebelum lo dengar penjelasan dari gue,"
"Kita bicarakan nanti saja,sebaiknya lo pergi sekarang!" Paksa Kania.
Kania sudah tidak kuat,badannya semakin lemah,dan dia tidak ingin keadaannya itu di lihat oleh Ivan.
"Pergi Van! Pergi sekarang juga!" Kania membentak.
"Enggak! Gue enggak mau!" Ivan bersikeras untuk tetap tinggal. "Pergi sekarang atau gue enggak bakal bicara lagi sama lo,sampai kapanpun!" kali ini suara Kania lebih tinggi,dia mengancam Ivan.
Ivan takut dengan ancaman Kania,jadi dia segera pergi. Dan Kania masuk ke kamarnya.
Wajah Kania pucat,berselang lima menit setelah kepergian Ivan,tubuhnya jatuh ambruk ke lantai.
---
Setelah sadar dari pingsannya,Kania duduk melamun di atas kasurnya. Hidupnya tak sempurna,meski lahir dari keluarga kaya raya,tapi dia tidak bahagia.
Kania adalah putri bungsu dari bapak Hardi dan bu Sofia. Kedua orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan,mamanya yang seorang wanita karir kerab kali meninggalkannya sendirian karena harus ngurusin pekerjaan. Dan kehadiran Ivan adalah sebagai pengisi kekosongan dalam hidupnya,Ivan sangat menyayanginya,mereka sudah berteman sejak Kania masih SMP,setelah lulus kuliah dan sama-sama bekerja,mereka tetap menjadi sahabat.
Sampai suatu hari dimana Ivan mengatakan cinta dan sayang sama Kania,di saat itulah kesalahpahaman terjadi. Kania yang juga diam-diam menyimpan rasa untuk Ivan merasa kalau selama ini cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Dan saat Ivan mengajaknya makan malam,dia sangat bahagia karena dia pikir Ivan akan memperjelas tentang hubungan mereka berdua,dan lagi-lagi dia salah.
Kania sangat pandai menyembunyikan rasa sedihnya,jujur saja dia merasa menjadi orang paling kesepian di dunia ini,dia adalah gadis yang kurang kasih sayang dari orang tua,yang Kania butuhkan bukanlah harta,tapi kasih sayang. Dan itu semua hanya bisa dia dapatkan dari Ivan,itu sebabnya dia ingin Ivan menjadi pendamping hidupnya,tapi Ivan malah memberikan cintanya kepada Lastri.
Saat masih asyik dengan lamunannya,Kania mimisan lagi,air matanya juga kembali mengalir deras.
Dia menderita penyakit leukimia,dan dokter bilang kemungkinan besar jika tidak segera di lakukan perawatan intensif penyakitnya akan semakin memburuk,dokter juga sudah meminta Kania untuk mengatakannya kepada kedua orang tuanya,tapi dia masih saja menyembunyikan sampai sekarang. Aurel yang teman dekatnya di kantor saja tidak tahu akan penyakitnya itu,termasuk Ivan.
Kania tidak mau merepotkan banyak orang,malam ini dia merenungi nasibnya sendiri. Dia adalah gadis yang selalu kesepian,dia yang mampu menutupi luka dengan sebuah senyuman,dia yang bisa terus berpura-pura bahagia di saat hatinya sedang tidak baik-baik saja. Dia kuat menanggungnya sendiri.
Kania kembali mengambil foto mama papanya dan memeluknya erat,"Maaf kalau keputusan Kania akan membuat kalian kecewa nantinya,tapi yakinlah semua ini ada hikmahnya." Ujar Kania,air matanya jatuh lagi.
----
Dua minggu Kania tidak masuk kantor,dia bahkan tidak pernah memberi kabar pada Ivan setelah kejadian itu,dan hari ini Aurel datang ke rumahnya.
"Kamu tega sekali membuat aku khawatir Kania,aku tidak fokus bekerja selama dua minggu ini,karena itu pula aku selalu kena tegur sama pak bos," keluh Aurel.
"Aku sedang ingin sendiri aja Rel," jawab Kania.
"Bukan karena patah hati karena di tolak sama Ivan,kan?" Aurel memastikan.
"Kalau kamu nanyain soal patah hati,tentu saja aku merasakan hal itu Rel," ucap Kania dengan suara parau.
"Jujur aja Kania,aku sangat takjub sama perubahan kamu lho,kamu mendadak berhijab gini enggak ada hubungannya sama Ivan,kan?" tanya Aurel.
Mendengar pertanyaan temannya membuat Kania tersenyum, "Aku sadar Rel,selama ini aku sudah lalai sebagai seorang hamba,aku sibuk mengejar cinta seorang makhluk hingga aku lupa mencintai sang pencipta makhluk. Di sisa-sisa terakhir hidupku,aku ingin menjadi hamba-Nya lebih baik lagi." Ucap Kania dengan jujur.
"Kenapa bicara seperti ini Kania? Apa kamu sedang sakit?" tanya Aurel,dia mulai memperhatikan wajah Kania dengan seksama,kemudian pandangannya beralih ke arah botol-botol obat yang terletak di atas nakas di sisi tempat tidur Kania. "Obat yang selama ini kamu konsumsi itu obat apa?" Aurel sudah sejak lama penasaran dengan obat yang di minum sahabatnya,tapi Kania selau menjawab bahwa itu cuma vitamin biasa.
"Ini obat untuk penyakitku Aurel," Kania menjawab terus terang. Dia tidak mau menyembunyikan apa-apa lagi dari sahabatnya.
Mata Aurel membeliak lebar mendengar pengakuan Kania. "Jadi selama ini kamu bohong sama aku?" Aurel masih tidak habis pikir dengan cara berpikir Kania,penyakit separah itu dia sanggup menyembunyikannya selama dua tahun lebih. "Sepertinya bukan cuma aku yang tidak tahu,orang tua kamu juga tidak tahu akan masalah ini,kan?"