"Hartono Rudi divonis 5 tahun penjara akibat penggelapan mainan impor ilegal tidak berSNI"
"Putusan Pengadilan terkait kasus mainan impor ilegal oleh CEO PT. Naseba Naru Toys"
"CEO PT. Naseba Naru Toys dipenjara, bagaimana nasib perusahaannya sekarang?"
Berita di televisi, media online dan media cetak tersebut langsung memberikan pengaruh dan kerugian
besar bagi perusahaan Naseba Naru Toys di bawah kepemimpinan Hartono Rudi. Istrinya, Rui Romaya
syok berat dan harus menahan malu di hadapan komunitas dan awak media atas perbuatan suaminya.
Bahkan, dia tidak mampu bangkit dan memilih kabur dari rumah untuk pulang ke kampung halamannya.
Nabihan Rui Hartono, anak semata wayangnya dia tinggalkan bersama ibu mertua, Mina Indrianingsih.
Anak tunggal kebanggaan PT. Naseba Naru Toys. Panggil saja dia, Naru. Naru berusia 23 tahun sudah
lulus S2 dari Universitas Ternama Indonesia jurusan MIPA. Ia berencana memulai Start-Up sendiri
bersama Dilan Diantoro sahabatnya. Namun, harapannya pupus dan harus menggantikan posisi ayahnya
sebagai CEO baru PT. Naseba Naru Toys.
Sudah satu tahun perusahaan ayahnya dia ambil alih. Naru telah melakukan perbaikan banyak dan
perubahan besar demi membangkitkan lagi pamor perusahaan milik ayahnya itu. Sebelum perusahaan
milik ayahnya benar-benar bangkrut, Naru langsung merekrut pegawai baru bertalenta yang memiliki
dedikasi tinggi untuk perusahaan.
Dinding ruang utama pintu masuk perusahaan dia lukis dengan sangat besar tulisan "Naseba Naru", yaitu
sebuah peribahasa jepang yang artinya "Dimana Ada Kemauan Disitu Ada Jalan" dengan background
seekor paus biru raksasa yang mengarungi luasnya lautan samudra. Lukisan yang memberi maksud untuk
selalu mampu membangkitkan semangat dan etos kerja bagi perusahaan.
PT. Naseba Naru Toys sendiri adalah Perusahaan Mainan Indonesia yang berkomitmen menyediakan
mainan edukasi anak-anak. Mainan yang dapat mengasah kecerdasan dan kemauan belajar untuk
anak-anak. Naru akhirnya membuat inovasi baru di dalam perusahaannya dengan mengembangkan
kembali produk mainan edukasi menjadi berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts and
Mathematics) dan Game Education Online. Bahkan perusahaannya berganti nama menjadi Naseba Naru
Corporation.
Kegagalan Naru untuk memulai Start-Up ternyata tidak memberikan kekecewaan yang berlebihan. Ia
bahkan merasa bersyukur dan beruntung bisa melanjutkan kembali perjuangan ayahnya dan bisa
memberikan perubahan yang sangat besar di perusahaannya.
Naru bersama sahabatnya kini sudah bisa menikmati hasilnya yang luar biasa. Perjuangan mereka selama
satu tahun ini benar-benar memberikan keuntungan dan kebanggaan bagi Tim Sukses Naseba Naru.
"Hei Naru.. Kapan Elo akan membuka topeng ikan pausmu itu, heh? Norak banget! Bahkan gak
terasa udah 1 tahun ini. Semua pegawai dan para petinggi perusahaan lain tidak mengenali wajah
aslimu dengan jelas, apa kau tidak khawatir?", tanya Dilan heran.
"Eh, ini bukan sembarang topeng, ini topeng keberuntungan dan kebanggaan perusahaan ini.
Dengan topeng ini gue bisa leluasa bekerja dan tidak menarik perhatian banyak orang akibat
kegantengan muka gue ini", balas Naru santai yang tanpa sadar dia bumbui dengan candaan.
"Sombong! Bagi gue, wajah handsome itu sumber percaya diri. Makanya selalu tampil good
looking itu penting bagi gue. Ah! Terserah elo deh. Gue mau keluar dulu, mau jemput pacar"
"Ya udah, sana"
Dilan pergi dan Naru kembali menikmati kursi putarnya, "Haa ah.. Gue sampe gak mengenal apa itu
pacar. Tapi, syukurlah. Dilan masih memiliki kehidupan yang bebas. Gue memang sudah keterlaluan
menariknya ikut terlibat dengan masalah perusahaan ini."
"Yosh! Gue jadi kangen rumah. Gue gak perlu cengeng, gue gak perlu baper. Gue harus terus kuat
untuk bisa berdiri di kaki sendiri. Lagian kan masih ada Oma Mina. Gue mau pulang ke rumah dan
menjenguk Oma di sana"
Naru bersiap-siap untuk pulang menemui neneknya. Naru duduk di mobil dengan dikendarai oleh sopir
pribadinya. Di usianya yang ke 24 tahun ini, ia belum bisa mengendarai mobil sendiri. Kemana-mana ia
harus diantar oleh sopirnya atau pergi bersama Dilan.
“Whuss..”, mobil pun melaju kencang nan mulus.
Sebuah Taman Kanak-Kanak terlihat ramai dan menyenangkan di jam istirahat, karena ini waktunya
anak-anak bermain bebas sepuasnya. TK. Alam terpadu adalah Taman Kanak-Kanak yang kurikulum
pendidikannya berbasis alam. Sebagian besar kegiatannya dilakukan di alam terbuka. Sehingga membuat
anak-anak sangat senang bermain dan belajar di sana.
Kemudian, tampak seorang guru sedang menenangkan anak didiknya yang menangis karena jatuh. Guru
yang biasa dipanggil Bunda Nuha, nama lengkapnya adalah Fauzea Nuha. Usianya 21 tahun dan baru saja
lulus S1 FKIP PAUD. Ia sangat ramah, hangat dan peduli dengan anak-anak.
"Udah ya Yaya nangisnya. Cantiknya hilang lho kalo nangis terus. Gak papa jatuh kan sakitnya
cuma sebentar nanti pasti sembuh. Bunda akan kasih kejutan kalo Yaya bisa berhenti menangis"
Ucap Nuha menenangkan.
Tangisan Yaya pun mulai mereda. Sembari anak-anak masih bermain di jam istirahat, sebuah mobil box
delivery van datang. Mobil box dari perusahaan Naseba Naru Corp. membawakan mainan edukasi
bernama Runabox. Mobil box yang bercirikan lukisan paus biru besar dan tulisan "Naseba Naru" di
kontainernya membuat anak-anak langsung mengenalinya.
"Uwa.. mobil Runabox datang, mobil Runabox datang", Seru semua anak yang melihat mobil dari
perusahaan Naseba Naru Corp. itu datang.
"Ahahaha.. mereka senang sekali bila Runabox datang", sahut Bunda Shelly.
"Asyik! Hari ini nanti kita akan bermain dan belajar lagi bersama Runabox ya Bunda?", Tanya Zian
yang berlari menghampiri Bunda Nuha.
"Iya”, balas Bunda Nuha singkat dan ramah.
"Hooreee!!"
Runabox sendiri adalah produk mainan edukasi berbasis STEAM hasil inovasi Naru dan Tim suksesnya,
mereka membuat mainan rakitan di dalam box yang membuat penasaran bagi yang membukanya. Bukan
mainan jadi melainkan mainan edukasi yang harus dirakit dulu sebelum memainkan mainan tersebut.
Bel pun berbunyi, waktunya cuci tangan dan makan bersama. Setelah selesai makan. Anak-anak
diarahkan menuju pendopo sekolah yang sudah tersedia meja untuk masing-masing anak. Anak-anak
langsung duduk dengan rapi dan tanpa berebut tempat. Sungguh ajaib pengaruh Runabox kepada
mereka.
Kenzo dan Siska yang merupakan training langsung dari perusahaan akan membimbing anak-anak
menggunakan boneka tangan berkarakter Paus. Paus memang icon utama dari Naseba Naru Corp.
*****
Pagi hari di hari sabtu, Nuha bersama adiknya sedang berjalan-jalan di pinggiran sungai. Kayla Adeeva,
gadis kelas 4 SD itu tiba-tiba mendengar suara sesuatu yang sedang tercebur. Seorang pria tercebur ke
dalam sungai. Dia langsung memberitahukannya kepada kakaknya.
“Byuuurr..!!”
"Kak Nuha, ada yang tercebur di sungai", Ucap Kayla panik
"Mana?!", Kakak dari Kayla pun ikut menjadi panik
Nuha langsung sigap hendak menolong seseorang yang tercebur itu. Dia sangat pandai berenang,
sehingga dia tidak merasa khawatir sama sekali. Nuha melepas jaketnya dan langsung menceburkan diri
ke dalam sungai. Menyusur ke bawah mencari seseorang tersebut. Darah terus mewarnai air sungai,
membuat penglihatan Nuha sedikit terganggu.
Nuha terus menahan nafas dan mencari orang tersebut. Terlihat samar-samar sebuah tangan
mengambang dengan badan yang masih tertarik ke dasar sungai. Nuha segera meraih tangan tersebut
dan berhasil menangkapnya.
"Itu dia", Batinnya
Nafas yang mulai habis dan tenaga yang mulai melemah, Nuha tetap berusaha menarik seorang pria itu
keluar dari sungai. Kakinya terus berayun demi segera muncul ke permukaan.
"Kakak?!", panggil Kayla cemas.
"Kayla, bantu kakak menariknya ke permukaan", Pinta Nuha sedikit terengah-engah.
Setelah berhasil di permukaan, Nuha menolong dengan terus menekan-nekan dada pria tersebut namun
tidak berhasil, karena tenaganya tidak cukup kuat. Dia terus berusaha hingga tidak terasa air matanya
mengalir. Dia merasa sangat kasihan kepada pria tersebut, mengingatkan pada kedua orang tuanya yang
meninggal karena kecelakaan. Nuha bahkan melihat dengan mata kepalanya sendiri kedua orang tuanya
menghembuskan nafas terakhir ketika mereka telah dibawa ke rumah sakit.
Dia tidak ingin kejadian itu terulang lagi kepada pria yang saat ini berada di hadapannya. Ia benar-benar
ingin menyelamatkan dan membuatnya hidup kembali. Air matanya terus menetes, dengan suara
sesenggukan. Nuha berusaha memberikan beberapa kali nafas buatan tapi juga masih belum berhasil.
"Ayolah, bangunlah! Kumohon, bangunlah! Aku telah menyelamatkanmu, kumohon! Hiduplah
kembalii!!", lirih Nuha mulai sesenggukan.
"Paus biru?", Perlahan pria itu membuka mata, melihat ke arah seorang gadis yang sedang
menolong dan menangisinya. Sesekali dia terbatuk untuk mengeluarkan air yang terjebak di dalam
sistem pernafasannya.
"Kak Nuha! Dia membuka mata"
Pernyataan Kayla membuat Nuha kaget sekaligus senang. Pria itu telah bernafas kembali, namun dia
kembali menutup matanya. Kemudian Nuha menelepon ambulan dan beberapa menit kemudian
Ambulan tiba di seberang jalan. Kayla yang mengetahui kedatangannya langsung melambaikan tangan ke
arah petugas ambulan. Mereka langsung menuruni tangga bukit dengan membawa tandu lipat menuju
tempat korban berada.
Sampai di rumah sakit korban langsung dibawa ke ruang tindakan bersama dokter dan perawat yang
sedang mempersiapkan segala alat yang dibutuhkan. Nuha menunggu dan duduk di kursi luar Rumah
Sakit. Dia tidak ingin mengikutinya ke dalam. Dia masih trauma masuk rumah sakit setelah kematian
kedua orang tuanya. Dia hanya bisa terus berdoa dan berharap semoga pria tersebut bisa selamat.
"Kayla, ayo pulang", ajak Nuha yang terlihat badannya sedikit menggigil karena kedinginan.
"Eh? Kok pulang kak? Kita gak nengok orang itu dulu?", tanya Kayla.
"Gak perlu, tugas kita udah selesai sampai di sini. Kan, udah ada Dokter yang menangani. Lagian
juga nanti keluarganya pasti langsung menjenguknya"
"Ya udah deh kak, ayo"
Akhirnya Nuha dan Kayla pergi meninggalkan korban kecelakaan itu. Mereka berjalan dan mencari
angkutan umum yang menuju rumah mereka.
Di rumah sakit, pria itu diberi tindakan pertolongan oleh dokter dan para suster. Dokter begitu baik
memberikan pelayanan pengobatan kepada dirinya. Suster memeriksa identitas korban dan berhasil
menemukan kartu identitas milik korban.
"Baiklah, kita fokus menolong korban ini dulu. Setelah itu hubungi keluarganya", sahut Dokter.
"Baik, Dokter", balas Suster
Pria itu telah dirapikan kondisinya. Sebuah monitor hemodinamik dan saturasi di meja sampingnya pun
menunjukkan detak jantung yang mulai stabil. Banyak luka gores dan luka lebam di sekujur tubuhnya
juga telah ditangani. Kepalanya diperban, hidung yang dipasangi selang oksigen dan infus sebagai aliran
cairan dan obat selama ia dirawat di rumah sakit. Ia tertidur tidak sadarkan diri.
Tiga hari pun berlalu bersama seorang nenek juga sudah tiga hari menjaganya untuk melihat cucu satu
satunya bisa segera sadarkan diri. Seorang nenek bernama Mina Indrianingsih. Nenek yang biasa
dipanggil Oma oleh seorang CEO Naseba Naru Corporation, Nabihan Rui Hartono. Oma Mina, begitulah
cara Naru memanggilnya. Pria yang terbaring lemah tersebut adalah Naru.
"Dduuwarrr!!" tiba-tiba Suara televisi yang sedang menayangkan sekilas berita terkini tentang
berita peperangan di luar negeri membangunkannya.
Seketika Naru merasakan pusing hebat dan berteriak-teriak tidak terkendali. Suara itu mengganggu
ingatannya. Naru terus memegang kepalanya karena tidak bisa menahan rasa sakit tersebut. Seketika
Oma Mina langsung menelepon Dokter melalui telepon yang sudah terpasang di dinding kamar.
(Sekilas memori hadir di ingatannya)
Perjalanan pulang yang cukup jauh dan memasuki area yang jauh dari perkotaan dan sepi pemukiman.
Pemandangan berganti dengan banyaknya pepohonan di kedua sisi jalan. Naru bersama sopirnya
hendak kembali ke kantor setelah melepas rindu dengan Oma tersayang. Namun, saat berbelok,
tiba-tiba sopir kaget karena ada kendaraan lain yang datang dari arah depan sehingga dia tidak bisa
mengendalikan kemudi, ia langsung banting stir hingga menabrak pagar alumunium pembatas jalan.
Mobil menabrak pohon cukup keras hingga memunculkan percikan api dan kebakaran. Seketika mobil
meledak dan sopir langsung meninggal dunia di tempat. Mobil benar-benar mengalami kebakaran dan
rusak parah.
Naru masih sempat menyelamatkan diri dengan keluar dari mobil, tapi energi ledakan mobilnya
membuatnya terlempar dan terjatuh menyusuri bukit mengarah ke sungai. Badannya berguling di
bebatuan nan terjal, bahkan belakang kepalanya sempat terbentur keras oleh pohon besar di depannya.
Naru masih berguling tidak berdaya. Ia tidak mampu lagi mengendalikan dirinya hingga akhirnya ia
terlempar dan tercebur ke dalam sungai.
Dokter pun datang setelah Mina berhasil melakukan panggilan. Naru mengalami cedera kepala akibat
kecelakaannya tersebut yang bisa menyebabkan amnesia. Dokter mengatakan bahwa, kepala Naru yang
terbentur sesuatu dengan sangat keras, maka ada kemungkinan dinding otak mengalami cedera berupa
retak. Dokter akan melakukan tindakan dan analisis lagi setelah ini.
Dia pun tertidur setelah diberi suntikan obat. Beberapa saat kemudian Naru bermimpi, dia sedang
berada di atas lautan yang sangat luas. Air yang dia injak bagai sebuah lantai kaca yang sangat jernih,
membuatnya tidak goyah dan tenggelam ke dalam laut.
Angin berhembus melewati helaian rambutnya. Berhembus melewati helaian kemeja putih yang tidak
dikancing, memperlihatkan perut dan dadanya yang bidang. Begitu sejuk dan menenangkan.
Naru terus menikmati momen tersebut. Hingga dia berani melangkahkan kakinya. Dan terus melangkah.
Tiba-tiba, muncul dari langit seekor paus biru yang sangat besar. Terbang di langit, bagai berenang di
dalam laut. Sungguh memukau pemandangan yang ia lihat.
Paus biru itu menghampirinya. Berenang-renang menggerakkan ekornya dan memandang ke arah Naru.
Naru membalasnya dengan penuh keramahan. Bahkan, Naru mampu menyentuh wajah si paus biru.
Paus biru itu berubah menjadi seorang gadis. Tatapannya sedih dan mengeluarkan air mata. Gadis itu
mengatakan sesuatu namun tidak ada suaranya. Naru hanya bisa memberinya tatapan serius namun
tidak mengerti. Akhirnya, gadis itu menapakkan kakinya di atas air laut dan "byur" ia langsung tercebur.
Naru pun bangun dari tidurnya.
Tangan Naru serasa meraih sesuatu, matanya pun terbuka. Hanya pemandangan di dalam ruang pasien
yang nyatanya dia lihat. Dia akhirnya tersadar dan bangun dari mimpinya. Ia tidak mengerti, sama sekali
tidak mengerti. Isi kepalanya terasa kosong dan ia kebingungan.
"Paus biru"
Hanya ucapan itu saja yang bisa diaucapkan. Dia bangun dan menuruni ranjang kasurnya. Menapakkan
kakinya di lantai dan berdiri. Infus yang masih terpasang di tangannya dia cabut seketika. Darah mengalir
dan membuatnya tidak merasa kesakitan. Dia mengabaikannya dan berencana keluar dari ruangan itu.
"Paus biru"
Ternyata Naru ingin mencari paus biru, gadis penyelamatnya. Hanya dia yang masih terekam di dalam
ingatannya. Naru berjalan keluar tanpa ragu-ragu. Oma yang sedari tadi menjaga pun mulai cemas lagi.
“ Naru, ada apa? Ini Oma, Naru. Sadarlah”
Naru tidak menghiraukannya. Naru seperti melihat bayangan paus biru terbang sedang menuntunnya
berjalan. Dia ikuti petunjuk itu tanpa ragu hingga akhirnya dia bisa keluar dari gedung rumah sakit.
Berjalan dan terus berjalan entah akan kemana.
“Naru, kamu mau kemana? Naru”, Oma Mina hanya terus mengikuti kemana cucunya pergi.
Naru terdiam di pinggir jalan. Melihat manusia berlalu lalang kesana kemari, dia hanya terus
memandangi mereka. Tidak ada satupun dari mereka yang sedang Naru cari, yaitu gadis penyelamatnya.
Tiba-tiba seorang gadis melayangkan tendangannya pada pinggang seorang jambret dan si jambret
langsung tersungkur jatuh terkena tendangan gadis itu. Tas selempang dan paper bag yang jambret itu
bawa terlepas dan jatuh.
Gadis itu ternyata Nuha, setelah selesai mengurus si jambret Nuha menghampiri tas selempang dan
paper bagnya yang terjatuh. Melihat jaket yang tiba-tiba diambil oleh seorang pria, Nuha teringat
sesuatu. Nuha bertemu lagi dengan pria yang telah dia selamatkan. Sedangkan, Naru akhirnya bisa
bertemu lagi dengan si paus biru, gadis penyelamatnya.
"Paus biru", ucap Naru.
"Ka-Kamu? Ke-ke-kenapa kita bisa ketemu disini?" Nuha malah salah tingkah dan tidak percaya
Naru hanya bisa merespon dengan tatapan diam. Mata sayu dan tatapan tanpa ekspresi itu membuat
Nuha jadi bertanya-tanya dan merasa iba.
"Ja-jaket saya", Nuha langsung mengambil jaket itu dari tangan Naru dengan sedikit ketakutan.
Naru pun langsung melepaskannya.
Naru tidak memberikan respon apapun. Nuha jadi canggung dan kebingungan. Ia ingin sekali segera
beranjak pergi meninggalkan Naru dan tidak mempedulikan keadaannya. Tapi, akhirnya langkahnya
tertahan karena melihat keadaan Naru yang sangat menyedihkan menurutnya.
"Ka-kamu kabur ya dari rumah sakit?", Tanya Nuha.
"Tangannya.. darah bekas suntikan infus masih mengalir di tangannya. Apa dia tidak
menyadarinya?", lanjutnya sambil bergumam heran.
"Duuh.. aku bingung. Aku, pergi aja deh"
Nuha akhirnya mantap melangkahkan kakinya dan beranjak pergi meninggalkan Naru. Namun, Oma
Mina menghentikan langkahnya, “Maaf Nona, Nona ini siapa? Kok cucu saya sepertinya sedang mencari
Nona?”, tanya Oma Mina.
“Eh?”
Akhirnya Nuha mengajak Naru dan Mina ke suatu tempat. Menuju ke taman kota yang suasananya bisa
menurunkan kadar kebingungan Nuha dan membuatnya bisa lebih santai menghadapi obrolan Mina.
Nuha mulai memperkenalkan diri.
“Maafkan saya Nek, jika saya kurang sopan. Nama saya Fauzea Nuha. Nenek bisa memanggil
saya, Nuha”, ucap Nuha.
“Jangan panggil nenek. Panggil saja Oma Mina. Oma adalah omanya pria ini. Dia cucu Oma
satu-satunya. Kamu bisa memanggilnya Naru”, balas Mina.
“Baik, Oma”
“Oma sudah tahu dari keterangan suster rumah sakit, bahwa Naru mengalami kecelakaan dan
seorang gadis telah menolongnya namun gadis itu langsung pergi meninggalkannya. Apakah
gadis itu kamu, nak Nuha?”
“Um.. I-iya Oma.. Maaf”, Nuha memalingkan sedikit matanya karena sungkan dan tidak enak hati.
Tiba-tiba terdengar suara perut yang sedang kelaparan. Suara perut Naru berbunyi. Membuat Nuha
sedikit tertawa kecil. Seketika memunculkan senyum simple di wajah Naru. Nuha pun tersipu.
"Oma, bisakan saya traktir Oma dan Tuan Naru untuk makan?" tanya Nuha sopan, melihat pria itu
lebih tua darinya, dia hanya bisa memanggilnya dengan nama Tuan untuk lebih menghormatinya.
“Ahaha.. Kamu gadis yang sangat manis ternyata. Beruntung Oma bisa bertemu denganmu. Nona,
menikahlah dengan cucu saya!”, Tawa seorang nenek pun sangat lucu didengar. Kemudian, Mina
tanpa ragu-ragu dan secara sadar langsung melamarkan pernikahaan cucunya kepada Nuha.
“Eh?”
“Eeeee??”, Nuha langsung terperanjat kaget.
“Me-me-me menikah? Ba-ba-bagaimana bisa Oma?”, Nuha masih kebingungan.
“Ahaha.. Tenangkan dirimu. Duduk lagi, ayo duduk lagi”, pinta Mina, menenangkan.
“Ba-baiklah"
Naru yang belum pulih dan sehat tidak bisa memberikan respon apapun terhadap ucapan Omanya.
Sedangkan, Nuha terus menganga mendengar ucapan Mina yang seperti bom. Hatinya semakin
berdebar-debar diiringi keringat dingin ketakutan.
“Nona? Nona?! Setakut itukah Anda?”, tanya Mina cemas
“Ma-maafkan saya, Oma. Saya benar-benar kaget mendengar ucapan Anda”
“Oma juga minta maaf ya, Nak Nuha. Jika ucapan Oma begitu tiba-tiba dan mengejutkanmu”
“I-iya, Oma”
Selesai makan bakso, Mina melakukan panggilan kepada ajudannya yang berada di rumah. Beliau
meminta ajudannya untuk menjemputnya dan kembali ke rumah sakit untuk melanjutkan perawatan
terhadap Naru. Nuha pun ikut bersama mereka.
Keadaan fisik Naru sudah cukup membaik, namun ingatannya benar-benar terganggu dan dia didiagnosis
amnesia. Mina sangat prihatin mendengar putusan dari Dokter, tapi melihat kondisi Naru sudah
membaik, Mina bisa terus mengucap syukur.
“Saya ikut prihatin mendengar kondisi Tuan Naru, Oma”, ucap Nuha.
“Tidak apa-apa, Nak Nuha”, balas Mina sedih.
“Kalo begitu, saya akan membantu Tuan Naru untuk mengembalikan ingatannya kembali. Tapi,
masalah pernikahan, bisakah Oma tidak membahasnya lagi?”, tanya Nuha sungkan.
Mina pun mengangguk dan kembali bersyukur. Hari demi hari, Nuha selalu berkunjung ke rumah Mina
dengan dijemput oleh ajudannya sepulang mengajar di TK. Kehadiran Nuha, memberikan kehidupan
baru bagi Naru. Amnesianya tidak membunuh ingatannya melainkan memberikan lembaran baru di
kehidupan yang lebih berwarna.
Naru merelakan segala ingatan masa lalu dan lebih memilih hidup bersama kenangan barunya dengan
Nuha. Nuha sangat ramah dan penyayang, sesuai tindakannya kepada anak-anak di Taman Kanak-kanak
tempat dia mengajar. Bagi Nuha, Naru malah seperti anak kecil yang lucu yang selalu siap menerima
apapun didikan yang akan dia berikan.
Naluri kecerdasan Naru pun membimbingnya, sehingga membuat Naru begitu cepat memahami
masalahnya sendiri. Dia mampu memecahkan teka-teki ingatan yang perlahan hadir dan perlahan
menghilang kembali. Namun, dia akan terus berusaha. Berusaha bersama Nuha, paus biru akan selalu
menuntunnya.
“Nuha”, panggil Naru dari seberang jalan di depan TK. Alam terpadu.
“Ciee.. yang dijemput oleh calon suami”, sindir Bunda Shelly.
“Teh hee.. Aku duluan ya gays”, Nuha berlari menghampiri Naru dengan senyum manis
mengembang menghiasi wajahnya yang ayu.
Seekor paus biru pun terbayang jelas di atas langit sedang melayang-layang terbang di udara.
Bayangan paus biru yang selalu muncul bersamaan keindahan sikap dan perilaku Nuha.
…TAMAT…