Awan hitam bergulung-gulung di angkasa lepas, hujan badai turun dengan derasnya, menciptakan kabut tebal yang mampu membikin mata seakan buta. Kilatan petir yang disusul dengan gema suara guntur membuat suasana di tengah lautan lepas itu menjadi kian mencekam.
Nampak di sana, sebuah kapal besar nan mewah, bercat merah gelap seperti warna darah. Di kepala kapal, terdapat patung kepala naga yang gagah sekali, mendongak ke atas seolah menantang siapa saja yang berada di depannya. Di layar kapal yang amat lebar itu, tergambar dengan jelas sebuah tengkorak dengan dua pedang ciri khasnya, di belakang tengkorak itu, nampak pula gambar lain. Sebuah gambar siluet naga. Sekali pandang saja tahulah jika itu merupakan kapal dari bajak laut.
Kapal ini adalah kapal milik seorang bajak laut terkenal, seorang bajak laut yang dikenal sebagai raja lautan. Archon Desberado, itulah nama dari seseorang yang memimpin pasukan bajak laut itu. Pasukan bajak laut yang ia beri nama Sea Dragon Pirates.
Nama itu merupakan nama yang terbilang cukup mengerikan, jika orang mendengar namanya saja, mereka akan lari ketakutan sambil kencing di celana. Bagaimana tidak, Sea Dragon Pirates merupakan pasukan bajak laut yang terkenal akan kebengisan, kebuasan, dan kekejamannya. Tak peduli entah itu orang biasa, bangsawan, elementalist, penyihir, bahkan anggota angkatan laut yang menjadi musuh besar mereka, jika di balik itu semua terdapat emas berlian yang berkilauan, Sea Dragon Pirates tak akan sega melibas mereka.
Saat ini, mungkin sekitar dua tiga kilometer dari sebuah pulau yang di dominasi warna hitam itu, nampak kapal Sea Dragon Pirates sedang bertempur melawan seekor hewan kuno bernama kraken. Entah sudah berama lama pertempuran itu berlangsung, namun sedaritadi belum ada yang keluar sebagai pemenang.
Pulau itu merupakan pulau keramat dan angker, bernama Death Island. Pulau ini dikenal oleh semua orang karena konon katanya, menurut kabar burung yang beredar di sana sini, Death Island itu menyimpan banyak sekali harta karun dan pusaka-pusaka hebat. Artifak dan prasasti kuno, juga ada pula yang berkata, jika di sana terdapat seekor hewan roh tingkat tinggi.
Akan tetapi di balik itu semua, jangan lupakan nama yang teramat horor dari pulau itu. "Death" yang berarti kematian. Hal ini bukan tanpa alasan, karena setiap orang yang lewat di sekitar pulau itu, entah memang berniat untuk mengambil harta karun, atau hanya ingin melihat dari dekat, atau hanya sekedar lewat saja, mereka semua menghilang tak berbekas.
Di pantai pulau itu terlihat banyak sekali tengkorak-tengkorak manusia yang bertumpuk-tumpuk. Bahkan dari jarak kejauhan pun tumpukan tengkorak ini sudah jelas terlihat. Karena inilah, orang menganggap jika mereka-mereka yang hilang di sekitaran pulau itu dan tak pernah kembali telah mati. Karena kesimpulan inilah maka pulau itu dinamakan sebagai Death Island, yang berarti pulau kematian.
Tentu saja Sea Dragon Pirates tak pernah tutup mata soal keberadaan pulau ini. Setelah bertahun-tahun lamanya mereka mengumpulkan kekuatan dan pasukan, akhirnya hari ini Archon Desberado memutuskan untuk mengunjungi Death Island. Karena terlalu percaya diri akan kekuatan bajak lautnya, dia sama sekali acuh terhadap rumor-rumor yang beredar itu.
Dan saat ini, Sea Dragon Pirates sedang dihadang oleh seekor kraken raksasa yang agaknya menjadi penjaga pulau. Akan tetapi sungguh heran mereka semua, kraken merupakan hewan kuno yang menjadi satu dari tiga raja lautan, dan saat ini hewan itu menjaga Death Island mati-matian. Hal ini membuktikan betapa berharganya Death Island. Mengingat hal ini, Sea Dragons Pirates semakin bernafsu untuk menginjakkan kakinya di sana.
"Pertahankan kapal!! Jaga lambung kapal dan layar, jangan biarkan rusak!!" seru seorang pria tua berumur enam puluhan tahun. Rambut, kumis dan jenggotnya sudah putih semua, namun tubuh tinggi besar yang kokoh kuat itu masih membayangkan kekuatan luar biasa. Dialah pemimpin dari Sea Dragon Pirates, Archon Desberado.
Orang tua ini mengayunkan pedang besarnya, menciptakan gelombang tebasan air yang sangat dahsyat menuju salah satu kaki kraken.
"Breeesss!!" kaki kraken itu berhasil dipotongnya dengan sempurna. Terdengar suara yang sangat mengerikan bertepatan setelah kaki penuh tentakel itu terpotong, agaknya kraken itu kesakitan. Namun hanya sebentar saja kaki penuh tentakel itu terpotong, karena sedetik kemudian, kaki itu tumbuh perlahan-lahan dan utuh kembali. Memang inilah satu dari sekian banyak kemampuan kraken, yaitu kemampuan regenerasinya yang luar biasa hebat dan cepat.
Monster kraken melakukan serangan balasan, dia mengayun kaki-kaki yang berjumlah puluhan itu untuk mendesak kapal Sea Dragon Pirates. Dua kaki menyerang Archon, dua kaki menyerang sisi kanan, dan dua kaki lagi menyerang sisi kiri. Kaki yang lain membuat gerakan-gerakan di dalam air untuk mengacaukan pergerakan kapal.
"Jester, jaga sisi kiri!! Elisha, jaga sisi kanan!! Para penyihir, bantu mereka!!" perintah Archon dengan keras. Sama sekali tidak membayangkan ketakutan dalam suaranya itu.
Jester Desberado, putra Archon berusia tiga puluh tahun yang berwajah tampan itu segera melakukan perintah ayahnya. Surai hitamnya itu berkibar-kibar tatkal dirinya melompat ke sisi kiri untuk menahan gempuran serangan Kraken.
Dia mencabut pedang dan memegangnya erat-erat. Seketika, muncul kobaran api dahsyat yang menyelimuti tubuh pedang itu. Membuat cahaya terang di sekeliling tubuh Jester.
Jester Desberado merupakan seorang elementalist api yang mendapat kekuatannya dari seekor burung Phoenix, sang raja unggas. Dia berhasil melakukan kontrak dengan hewan roh agung itu ketika Sea Dragon Pirates berhasil mendarat disebuah pulau bernama Lava Land. Sang raja burung ini menjadi penjaga dari pulau yang dipenuhi lava itu. Namun bajak Sea Dragon berhasil menundukkannya dan Jester mengambilnya sebagai hewan roh kontrak.
Jester mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, nyala api itu makin lama kian berkobar, membuat suhu udara sekitar sebentar saja menjadi panas.
"Fire Element : Holy Fire Slash!!" seru jester seraya menebaskan pedangnya. Terciptalah sebuah gelombang api yang sangat luar biasa panas mengarah dua kaki raksasa kraken. Gelombang api itu berbentuk horisontal yang bergetak cepat sekali. Begitu serangan itu menyentuh sasaran, seketika dua buah kaki raksasa yang penuh tentakel itu terpotong seketika. Pada bekas potongannya, nampak kaki itu berubah kehitaman karena hangus terbakar.
Kembali terdengar suara jeritan kraken yang memekakkan telinga, kali ini bahkan lebih keras daripada yang tadi. Akan tetapi sama seperti sebelumnya, walaupun lebih lambat, namun kaki itu perlahan-lahan mulai beregenerasi.
Sebelum kraken berhasil menyembuhkan kakinya dengan sempurna, segera Jester berteriak lantang.
"Gunakan sihir kutukan!! Segel luka bakar itu!!"
Segera saja tiga orang penyihir kuat milik bajak laut Sea Dragon itu merapal mantra. Lama kelamaan terciptalah sebuah lingkaran sihir di depan mereka. Kemudian tak lama setelah itu, nampak balok-balok hitam keluar dari lingkaran sihir tersebut.
Setelah mantra selesai dibaca, serentak mereka berseru, "Curse Magic : Eternal Prison!!"
Balok-balok hitam itu segera terbang dengan cepatnya menuju kaki-kaki kraken yang sudah terbakar oleh jurus Jester itu. Kemudian balok-balok yang berjumlah sangat banyak itu segera bersatu dan membentuk seperti tiang-tiang. Sedetik kemudian, tiang-tiang tersebut menancap di bekas luka yang hangus itu sebelum kemudian melesak lebih dalam lagi dan membuat kaki kraken membusuk. Regenerasi gagal!
Inilah sihir ampuh yang dibuat oleh para penyihir Sea Dragon Pirates. Jurus ini bernama "Prison" yang berarti penjara, namun sama sekali tidak ada unsur penjara di dalam sihir itu kecuali tiang-tiang hitam yang memang mirip seperti jeruji besi di penjara. Cara kerja sihir ini cukup sederhana, balok-balok itu akan berubah menjadi tiang-tiang hitam yang amat tajam. Kemudian tiang-tiang itu akan bergerak menuju target dan menusuknya, saat itulah sihir kutukan bekerja. Sebuah sihir yang berguna untuk membusukkan tubuh lawan. Semua sihir putih seperti regenerasi atau penyembuhan sama sekali tidak dapat menangkal Eternal Prison ini. Sungguh sihir yang berbahaya dan jahat sekali.
Akan tetapi mereka semua terkejut, kiranya sihir Eternal Prison sama sekali tidak mempan. Pasalnya, sesaat setelah tiang-tiang hitam itu menancam dalam dan membusukkan kaki kraken, kaki-kaki lainnya tak tinggal diam dan bergerak cepat mencabuti tiang hitam itu.
Inilah kelemahan terbesar dari sihir Eternal Prison. Sihir itu memang berbahaya sekali begitu tiang hitam berhasil menancap di tubuh lawan, namun syarat mutlak untuk mengaktifkan kutukan tersebut adalah dengan cara menancapkan tiang-tiang hitam. Jika tiang-tiang itu tidak menancap dan seandainya ditangkis lawan, tentu tiang-tiang hitam itu tak ada ubahnya seperti sebatang tongkat yang keras saja.
Sama kasusnya seperti kraken tersebut, yang tertancap hanya dua kaki, sedangkan dia masih memiliki kaki lain. Dengan cara mencabuti tiang-tiang itu, asalkan jangan tertancap, sihir kutukan untuk membusukkan tubuh lawan sama sekali tidak bekerja.
"Keparat!!" Jester mengumpat dan kembali melakukan serangan.
Dia melompat tinggi ke udara, memutar tubuh dan dengan sekali tebasan, dia mengirim serangan yang amat berbahaya. Jika musuhnya bukanlah seekor hewan kuno seperti kraken, tentu dia akan hangus dan hilang beserta abu-abunya.
"Fire Element : Sea of Fire!!"
Sama seperti namanya, tebasan pedang itu menghasilkan kobaran api yang hebat sekali. Kemudian ketika Jester mengayunkan pedangnya, kobaran api itu semakin melebar luas dan lama kelamaan jika dipandang sepintas lalu, api tebasan itu seolah-olah seperti ombak lautan yang ganas.
Ombak api ciptaan dester seakan menyiram tubuh kraken dari udara, membuat suasana menjadi terang sekali dan panas. Suara teriakan kraken kembali terdengar ketika ombak api Jester menimpa tubuhnya. Bahkan teriakan ini lebih keras lagi ketimbang dua teriakan sebelumnya.
Api itu benar-benar luar biasa panas, terlihat dari warnanya yang berwarna putih bersih. Ketika serangannya mengenai tubuh kraken, seketika mengepulah asap yang sangat tebal. Asap itu tercipta karena benturan antara api Jester yang bagaikan lava bertemu dengan air laut. menciptakan asap tebal mengepul yang bahkan lebih tebal dari kabut badai itu sendiri.
Di lain sisi, lebih tepatnya sisi sebelah kanan, Elisha yang menjadi istri Archon juga melawan mati-matian. Wanita cantik itu umurnya tentu tak kurang dari lima puluh tahun, namun karena keahliannya dalam bidang alkemis dan obat-obatan, dia berhasil menciptakan sebuah obat awet muda. Sehingga wajahnya ini masih sangat jantik seperti wajah gadis muda dua puluh tahun.
Dia melawan kaki-kaki kraken sebelah kanan kapal dengan mati-matian. Berkali-kali dia memotong kaki raksasa itu dengan tombaknya, namun selalu saja utuh kembali.
Elisha juga merupakan seorang elementalis, dia memiliki elemen air. Hewan roh yang menjalin kontrak dengan wanita ini adalah roh Naga Air yang sangat kuat. Namun bagaimana pun juga, kraken adalah hewan kuno yang menjadi raja lautan dan air sudah menjadi wilayah kekuasaannya. Tentu saja serangan Elisha tidak begitu berarti. Archon yang juga merupakan seorang Elementalis air, serangannya terhadap monster kraken juga tak terlalu berefek.
Setelah jurus elemen api yang bernama Sea of Fire milik Jester berhasil menghanguskan belasan kaki tentakel kraken, monster itu diam bergerak dan lambat laun kaki-kaki itu mulai masuk ke dalam air.
Melihat ini, mengira bahwa pertempuran sudah dimenangkan, para bajak laut itu bersorak gembira.
"Kita menaaaangg!!!"
"Harta karun Death Island menjadi milik Sea Dragon!!"
"Kita kaya!!"
Teriakan-teriakan itu demikian nyaringnya hingga mampu mengalahkan bisingnya suara badai. Akan tetapi berbeda dengan tiga orang yang menjadi keluarga pemimpin bajak laut itu. Archon, Elisha dan Jester sama sekali tidak menunjukkan raut muka senang, bahkan sebaliknya, wajah mereka tegang penuh kekhawatiran.
"Jangan lengah!!! Cepat turunkan sampan dan lita menuju pulau!!" bentak Archon.
Berbondong-bondong awak kapal itu berlari memasuki lambung kapal dan mengeluarkan sampan-sampan kecil agar memudahkan mereka ketika mendarat di pulau. Beberapa awak kapal ada yang menurunkan jangakar besar supaya kapal mereka tidak terseret ombak.
"Ayo berangkat!!" seru Archon yang berada di sampan yang sama dengan istri dan anknya.
Mereka segera mendayung perlahan menuju arah pulau. Ombak benar-benar amat ganas, membuat mereka kesusahan dan merasa berat sekali ketika mendayung. Beberapa menit kemudian, mereka sudah berada jauh dari kapal, mungkin lima ratus meteran. Selama itu pula, tidak ada lagi tanda-tanda kemunculan kraken.
Akan tetapi hal ini malah membuat kekhawatiran Archon beserta istri anaknya makin besar. Mereka tahu pasti bahwasannya kraken tidaklah mati, melainkan hanya "sembunyi".
"Ayah, apakah ini akan baik-baik saja?" tanya Jester dengan khawatir.
"Aku juga tidak tahu." balas singkat ayahnya.
Beberapa saat berlalu, dan kekhawatiran ketiganya terbukti. Ternyata kraken masuk kembali ke laut bukan karena mati, namun untuk memulihkan diri. Terlihat ketika monster itu tiba-tiba kembali muncul ke permukaan dalam keadaan sehat tanpa ada bekas luka bakar sedikit pun.
"Wah dia masih hidup!!"
"Gawatt!!"
Seru anggota Sea Dragon yang mungkinnada seratusan orang itu.
Monster kraken muncul dari belakang mereka, lebih tepatnya di dekat kapal besar. Kemudian tentakel-tentakel monter itu bergera dan melilit bada kapal. Tanpa dapat dicegah lagi, terdengar bunyi berkerotokan yang sangat nyaring ketika kapal kebanggaan Sea Dragon Pirates hancur berkeping-keping.
"Cepat dayung menuju pulau!! Kelemahan kraken adalah darat! Dia tidak akan berani untuk sampai ke daratan!!" teriak Archon memberi perintah sembari mempercepat dayungannya.
Sebenarnya Archon dan Elisha bisa saja menggerakkan sampannya dengan cara menggerakkan air di sekitar untuk menyapu sampan itu ke daratan. Namun hal ini mustahil, karena ombak laut sedang mengganas, sehingga jika hal itu dilakukan, akan membuat mereka kerepotan sekali.
Puluhan sampan bajak laut Sea Dragon lekas bergerak cepat menuju pulau. Awak-awak kapal mendayung dengan buru-buru dan was-was. Tubuh mereka sudah gemetaran karena sadar jika saat ini maut sudah berada di ujung tanduk.
Akan tetapi sepertinya memang sudah takdir mereka untuk mati hari ini di tempat mengerikan itu. Dan menjadikan tengkorak mereka sebagai pajangan pantai Death Island.
Agaknya mereka lupa bahwasannya kraken bukanlah gurita biasa. Dia adalah hewan kuno yang kekuatannya luar biasa kuat. Salah satunya adalah mampu untuk bergerak cepat di dalam air.
Melihat puluhan sampan itu bergerak cepat menuju pulau, kraken mengeluarkan bunyi mengaung-ngaung dan segera menyelam lagi ke lautan. Sesaat kemudian, setelah tubuh kraken benar-benar lenyap, terciptalah sebuah ombak besar yang mengarah mereka semua. Ombak itu tercipta dari gerakan tubuh kraken yang dengan sengaja berenang di dekat permukaan agar menimbulkan ombak besar itu.
"Waaahhh!!!"
"Aaahhh toloongg!!"
Demikianlah mereka menjerit-jerit penuh ketakutan ketika menghadapi maut di tengah lautan lepas itu. Orang-orang Sea Dragon Pirates yang terkenal bengis itu ternyata masih takut dengan yang namanya mati.
Ombak besar itu menghantam pulau dengan keras sekali, membawa mayat-mayat manusia yang sudah tidak utuh lagi ke bibir pantai. Akan tetapi, tiga orang pimpinan dari bajak laut Sea Dragon itu agaknya belum menyerah.
Begitu ombak datang, Archon dan istrinya segera melakukan jurus elemennya. Mereka berdua dengan gerakan berbareng, menghentakkan tangan ke air laut dan membuat air di bawah sampan mereka melambung tinggi. Inilah jurus gabungan keduanya yang disebut Water Mountain.
Ketika ombak lewat di bawah, sampan merekak tak kiat menahan tekanan dan hancur seketika. Ombak itu juga berhasil melontarkan tubuh ketiganya lebih tinggi lagi sebelum akhirnya meluncur deras ke bawah.
"Water Elements : Water Spear!!" seru Archon dan Elisha dari udara. Seketika tercipta sepuluh buah tombak air yang dengan cepat melesat mengarah tentakel-tentakel kraken.
"Groaaarrr!!" monster itu berteriak keras dan menggerak-gerakkan tubuh dengan ganas. Membuat air laut menjadi makin kacau dan tak karuan.
"Sekarang Jester!!" Archon berteriak nyaring.
"Fire Elemen : Fire God Sword!!"
Pedang Jester berubah menjadi gulungan api putih yang besar dan panjang sekali, menjulang ke laing dengan megahnya. Kemudian pria ini mengayunkan pedangnya ke bawah, bertujuan membelah kraken itu.
"Aaaarrrghhhh!!" teriak Jester sembari mengayunkan kedua tangannya.
"Sraaaattt!! Boommm!!!" tubuh kraken itu terbelah sebelum akhirnya meledak dengan dahsyat.
Bertepatan dengan ledakan itu, mereka bertiga jatuh ke bawah dan menimpa air dengan keras sekali. Ternyata sebelum tubuh mereka benar-benar jatuh ke dalam air, Elisha sudah lebih dulu melindungi mereka dengan jurus elemennya. Yaitu sebuah jurus yang melindungi tubuh dengan gelembung air.
"Kita selamat!" kata Elisha dengan wajah berseri.
"Monster itu sudah mati!" seru Jester girang.
"Kita kaya!!" ayah menyahut.
Kemudian seperti lupa akan keadaan diri sendiri, mereka saling berpelukan di dalam gelembung air ciptaan Elisha itu. Padahal gelembung itu masih berada dalam keadaan melayang-layang di dalam air laut itu.
"Kepalanya sudah terbelah, tentu inti jiwanya sudah hancur pula dan kraken mati selamanya!!" Jester berucap sesaat setelah mereka berpelukan. Ucapan ini di setujui oleh dua orang tuanya.
Akan tetapi agaknya bukan begitu kenyataannya. Terlihat di kedalaman hutan itu, nampak dua bongkah kristal yang saling tempel dan bersinar-sinar. Satu kristal berwarna hijau, satunya lagi berwarna ungu. Tiba-tiba, kristal berwarna hijau itu bersinar terang sekali dan dalam waktu singkat, tubuh kraken yang sebelumnya sudah bercerai berai itu mulai menempel kembali menjadi satu dan membentuk tubuh kraken.
Sinar hijau itu tak luput dari pandangan ketiganya, mereka merasa silau sekali akan sinar terang yang bersumber dari dasar laut itu. Namun beruntungnya sinar itu hanya sesaat saja sebelum akhirnya menghilang. Dengan hati penuh kebingungan, Elisha menggerakkan gelembung airnya bergerak naik.
"Grrooooaaarr!!!"
"Apa itu!!?" seru Elisha dengan muka pucat. Begitu pula dengan suami dan anaknya.
"Tak mungkin...." desis Jester penuh ketakutan.
Dari kedalaman laut yang gelap gulita itu, nampak banyak sekali bayangan yang bergerak-gerak. Bayangan-bayangan itu besar sekali dan perlahan-lahan mulai bergerak ke permukaan, menuju mereka. Mendengar suara barusan, tahulah mereka jika itu adalah tentakel-tentakel kraken.
"Dia belum mati!! cepat lari bawa ke pulau!!" bentak Archon yang mulai panik.
Elisha mentaati perintah suaminya. Segera dia bawa gelembung air itu ke permukaan sebelum akhirnya melesat cepat menuju pulau. Wajah mereka sudah seperti mayat hidup, pucat sekali sampai benar-benar putih. Namun monster kraken masih lebih cepat lagi, terbukti ketika mereka sudah sekitar tiga ratus meteran dari bibir pantai, tiba-tiba tiga buah tentakel kraken mencuat dari dalam air dan menghadang mereka.
"Menghindar!!" Archon berseru dan melompat ke samping diikuti istrinya. Sedangkan untuk Jester, dia melesat ke kanan ke arah puing-puing pecahan kapal yang hanyut di air.
Akan tetapi suatu kesalahan bagi Archon dan Elisha, karena panik dan tanpa perhitungan, mereka buru-buru melompat ke kiri. Padahal di kiri sana masih ada sekitar tujuh tentakel yang mengepung, sedangkan di tempat jester, hanya ada satu tentakel. Maka celakalah dua orang itu, delapan tentakel raksasa dari kraken segera bergerak ke bawah dan dengan keras sekali menimpa tubuh ke duanya
"Byuurrr!! Boommm!!" terdengar suara keras ketika air tempat mendaratnya delapan tentakel itu melesat ke atas seperti air mancur raksasa.
Ombak yang ditimbulkan daripada ledakan itu mampu membuat kayu yang dijadikan pegangan Jester terpental. Membuat pria itu terpental pula. Namun sayang sekali, karena Jester bukannya terpental mengarah bibir pantai melainkan mengarah ke laut lepas, sehingga saat ini dirinya semakin jauh dari pantai.
"Ayaahhh!! Ibuuu!!!' jerit Jester.
Air di sana masih berkecamuk hebat, ditambah daya pukulan delapan tentakel itu, menyebabkan air laut membentuk semacam pusaran. Kemudian terdengar kraken itu berteriak kencang sekali, disusul dengan munculnya cahaya biru terang dari dasar laut.
"T-tidak mungkin....itu....." wajah Jester memucat.
Lama kelamaan, cahaya biru terang itu semakin terang dan terang. Bahkan cahaya itu sampai mampu menerangi seluruh Death Island yang amat gelap itu. Akan tetapi, wajah Jester kian ketakutan, dia tahu persis apa adanya cahaya super terang itu.
"Bukankah itu....sihir rahasia....Shackles of Torture?"
Shackles of Torture, sihir ini merupakan sihir rahasia yang boleh dikategorikan sebagai sihir terlarang. Sihir ini berfungsi untuk menyegel atau membelenggu suatu lawan di dalam sebuah dimensi ciptaan sang pemilik sihir. Dimensi itu berupa sebuah kubus besar yang di dalamnya sama sekali tak bisa dilihat orang dari luar, begitu pula sebaliknya. Di dalam dimensi itu, target akan disiksa habis-habisan dengan cara menusuk-nusuk target dengan ribuan pedang yang diciptakan ruang dimensi.
Dan yang lebih mengerikan lagi, si target yang selain terkurung dan tersiksa, juga mendapat sebuah kutukan. Kutukan itu adalah, dia tidak akan bisa mati sampai masa penyiksaan daripada sihir Shackles of Torture habis. Sedangkan waktu penyiksaan dari sihir ini adalah seribu tahun!! Dapat dibayangkan betapa tersiksanya orang yang di dalam sana, abadi dan setiap harinya selalu disiksa.
Dan ada satu kutukan lagi, yang akan menimpa si pengguna jika dia mengaktifkan sihir ini. Kutukan itu adalah syarat yang harus dipenuhi oleh si pengguna agar kutukan kepada target dapat diaktifkan. Korban nyawa, ya itulah kutukan yang harus diterima penggunanya untuk mengaktifkan sihir ini. Jika Shackles of Torture diaktifkan, maka sudah dapat dipastikan bahwa seseorang yang mengaktifkan sihir ini akan mati dan hancur seketika.
"Tidak ibu....jangaaannn!!! hentikannn!!!" Jester berterika-teriak seperti orang gila, namun apalah daya, mana mungkin Elisha mampu mendengar seruannya. Lagipula, sihir itu sudah terlanjur aktif.
Tak lama setelah cahaya terang sedikit meredup, Jester melihat ada sebuah lingkarang-lingkaran sihir yang rumit sekali di dasar lautan sana. Makin tegang dan sedihlah hatinya karena sadar saat ini ibunya sudah pergi. Lingkaran-lingkaran sihir itu merupakan tanda bahwa seseorang yang mengaktifkan sihir ini sudah berhasil mati dan kutukan target mulai bekerja.
Lingkaran-lingkaran yang amat rumit itu kemudian bergerak-gerak, diikuti oleh teriakan-teriakan mengerikan dari kraken. Kemudian, samar-samar Jester melihat ada sebuah bangunan besar yang tercipta daripada lingkaran-lingkaran sihir itu. Bangunan itu berbentuk kubus yang sangat besar sekali, berwarna biru kehitam-hitaman. Kubus itu secara perlahan mulai mengurung tubuh kraken dari bawah ke atas. Sebelum akhirnya kraken itu benar-benar terkurung dalam dimensi kubus dan teriakan-teriakannya berhenti seketika.
"Ahh...ibu...ayah...." Jester bergumam lirih tanpa mampu berbuat apa-apa. Karena tubuh sudah terlalu lelah dan karena kedukaan hebat karena ditinggal pergi orang tuanya, tanpa dicegah lagi dirinya pingsan di atas kayu pegangannya.
*******
Hari sudah terang dan matahari mulai terbenanm di ufuk Barat. Air laut yang sebelumnya diamuk badai sehingga menciptakan gelombang-gelombang raksasa yang mengerikan itu, saat ini sudah tenang kembali dan menjadi seperti sedia kala. Suara berisik ketika ombak laut menyapu batu-batu karang di pulau yang dipenuhi tengkorak manusia itu memecah kesunyian. Burung-burung pemakan bangkai mulai berkerumun satu-satu di tempat itu untuk memakan bangkai manusia baru yang terlihat saling tumpang tindih di bibir pantai pulau tersebut. Keadaan yang menyeramkan.
Jester terbangun kala itu, dan dia menemukan bahwa dirinya berada di sebuah pulau mengerikan. Sebuah pulau yang didominasi warna hitam dan nampak banyak sekali tengkorak manusia di pantainya.
"Death Island..." gumamnya seraya memandang sekitar.
Benar, pulau tempat Jester berlabuh ini memanglah Death Island. Sebuah pulau keramat yang dari dulu kabarnya belum pernah ada satu pun manusia berhasil menginjakkan kakinya di sana. Namun saat ini, Jester Desberado, putra tunggal dari raja lautan Archon Desberado, seorang bajak laut Sea Dragon yang sangat disegani, berhasil sampai di pulau tersebut.
Memang hal ini boleh dibilang sebagai kebetulan. Karena ketika Jester pingsan di atas kayu pegangannya, tanpa sengaja ombak ganas menyapu dirinya dan melemparnya menuju Death Island. Keberuntungan agaknya masih melekat dalam diri pria itu, karena jika seandainya sabuk hitamnya yang secara kebetulan sekali berhasil melilit di celah-celah kayu itu terlepas, agaknya dirinya sudah mati saat ini.
"Ayah...ibu...." dia bergumam dengan penuh perasaan duka sembari memandang ke laut lepas. Namun hanya sebentar saja sebelum pandang matanya kembali seperti sedia kala, tajam dan mengerikan.
"Aku harus meneruskan cita-cita ayah, cita-cita seluruh anggota Sea Dragon Pirates!" dia berkata tegas untuk menyemangati diri sendiri.
Setelah mengeraskan tekad dan guncangan hatinya, Jester membalikkan tubuh untuk memandang rupa pulau itu dari dekat. Terlihat pulau itu amatlah luas dan dipenuhi hutan, namun daun-daun dari pohon-pohon yang membentuk hutan itu kesemuanya berwarna hitam. Menambah kesan horor daripada pulau itu.
Batu-batu karang yang dipijakinya ini pun berwarna hitam pula, namun ada sedikit warna keungu-unguan. Begitu Jester memandang lebih teliti, tiba-tiba dia berseru tanpa sadar.
"Wah...obsidian!!"
Memang batu-batu karang di pantai Death Island adalah batu obsidian murni. Batu obsidian bukanlah batu spesial atau apa pun, sama seperti emas, batu obsidian adalah batu berharga yang sangat mahal.
Namun yang mengejutkan Jester adalah, batu obsidian seharusnya hanya dapat ditemukan di kedalaman bumi sejauh ratusan bahkan ribuan kaki. Sedangkan di Death Island ini, batu obsidian itu malah menjadi batu-batu karang biasa yang berfungsi untuk memecah ombak. Sungguh aneh.
Jester memilih untuk mengacuhkan keanehan itu, lagipula dia memang tidak terlalu tertarik. Dia lebih tertarik terhadap gunung besar yang menjulang tinggi itu, sebuah gunung yang terletak di tengah-tengah pulau. Entah gunung itu masih aktif ataukah tidak, namun yang menarik perhatian Jester adalah, di sekeliling gunung itu terdapat kabut hitam yang tebal sekali, yang menutupi seluruh permukaan gunung tersebut.
Tanpa ragu-ragu lagi dan mempedulikan burung bangkai yang makin banyak berdatangan, Jester melangkahkan kaki memasuki Death Island lebih dalam. Pertama kali yang dia lihat adalah hamparan hutan luas yang gelap sekali. Wajar karena selain hari sudah memasuki senja, pohon-pohon itu juga berwarna hitam.
Jester terus melangkah lebih jauh, sekitar satu kilometer dari bibir pantai, dia merasa ada kejanggalan. Matanya menajam dan secara refleks tubuhnya sudah siap sedia.
"Krek!! Krekk!!" terdengar bunyi berkerotokan dari sebelah kanan Jester. Pria itu tidak lekas memandang, melainkan memasang indra pendengarannya tajam-tajam. Sadar bahwa saat ini dirinya sedang berada di tempat asing, sehingga Jester sama sekali tidak ingin bertindak gegabah.
Suara berkerotokan itu makin jelas, kemudian di susul dengan menyambarnya sebatang pedang mengarah leher Jester.
"Tring!!" dengan gerakan cepat sekali, Jester sudah mencabut pedang dan menangkis serangan tersebut. Satu nafas kemudian, Jester sudah melompat ke belakang.
"Undead!!" serunya dengan terkejut dan mata terbelalak.
Seperti namanya, undead adalah pasukan-pasukan mengerikan yang tidak bisa mati dengan cara membunuh biasa. Bentuk dari makhluk ini hanya tengkorak biasa atau jiwa tak beraga. Baik dengan tebasan atau sihir apa pun, undead tidak akan bisa mati.
Inilah yang membuat undead sangat sulit dilawan, apalagi jika dalam keadaan dikeroyok seperti Jester saat ini. Sebenarnya undead sama sekali bukan monster kuat, melainkan sangat menyebalkan. Jalan satu-satunya agar lolos dari undead adalah dengan melarikan diri.
Hanya ada satu cara untuk membunuh undead, yaitu dengan membakarnya. Baik itu undead yang berbentuk tengkorak atau jiwa, mereka akan lenyap jika dibakar habis. Untung saja keahlian Jester memang di bidang api.
Melihat semakin banyak pasukan undead yang datang menyerbu, bukannya melarikan diri, Jester malah menerjang maju dengan pedangnya yang sudah berselimut api.
"Fire Element : Sword of Fire!!" pedangnya itu seketika berkobar api yang amat panas, kemudian Jester mulai mengamuk untuk menghabisi undead itu satu persatu.
Hingga beberapa lama kemudian dan tubuh Jester sudah penuh dengan luka-luka, namun pria itu belum juga mampu membersihkan pasukan undead yang teramat banyak itu. Malah sebaliknya, semakin lama pasukan undead itu semakin banyak.
Maklum bahwa nyawanya sedang berada di ujung tanduk, Jester berpikir jika jalan satu-satunya untuk selamat adalah dengan menggunakan jurus pamungkasnya. Sebuah jurus ciptaannya yang luar biasa dahsyat, bahkan pria ini butuh waktu hingga bertahun-tahun untuk menyempurnakannya.
"Srat-Srat!!" secepat kilat pedang yang terselimuti api panas itu berkelebat dua kali, membentuk gulungan api panas yang berhasil membakar habis tujuh undead di sekelilingnya, membuat posisinya menjadi sedikit lega.
Maka lekas saja dia menyarungkan pedangnya dan memepersiapkan kuda-kuda. Kedua kaki dipentangkan dengan posisi kedua tangan mengepal di kanan kiri pinggang. Setelah itu Jester mengerahkan kekuatan elementalnya ke seluruh tubuh, mengisi setiap syaraf dan aliran darah dengan kobaran api panas. Beberapa saat kemudian, tubuhnya mulai terselimuti sinar terang yang amat menyilaukan, membuat pasukan undead itu tak berani mendekat lagi.
"Fire Element : King of Sun!!" seketika sinar di sekeliling tubuhnya menjadi semakin terang dan terbentuklah sebuah kubah di sekeliling tubuh Jester. Tak sampai di sana, jubah itu terus membengkak dan membengkak, membakar habis apapun yang dilewatinya. Tak terkecuali pohon-pohon hutan yang warnanya sudah seperti gosong itu.
Sekitar seratus meter dari tubuh Jester, kubah itu terus membesar dan baru berhenti setelah kurang lebih seratus lima puluh meter dari tubuh Jester. Cahaya kubah King of Sun lambat laun mulai meredup dan menghilang. Menyisakan sebuah kubangan besar dan dalam.
"Hah...hah....akhirnya selesai juga..." gumam Jester sambil terengah-engah. Namun hatinya juga merasa lega karena pasukan undead yang demikian banyaknya itu mampu ditumpas habis.
Matanya menyapu daerah sekitar, memandang cekungan lebar yang diciptakan akibat jurus King of Sun miliknya. Diam-diam dia menjadi bergidik dengan dirinya sendiri.
Tanpa menunggu lebih lama dan menghiraukan luka-lukanya yang makin perih begitu terhembus angin senja, Jester melanjutkan langkahnya menuju gunung tersebut. Karena tekad dan kemauannya yang luar biasa, dia masih bisa berjalan bahkan berlari sekarang.
hingga malam tiba, Jester tiba di kali gunung besar tersebut. Di hadapannya kali ini terdapat sebuah goa yang besar sekali. Dalamnya begitu gelap sehingga jika dilihat dari luar hanyalah warna hitam yang nampak. Jester segera membuat api dengan sihirnya sebelum memutuskan untuk memasuki goa. Entah dorongan darimana, dia sama sekali tidak peduli dengan rasa lapar dan dahaga.
Goa itu bukan seperti goa pada umumnya, jalan goa itu sangat halus. Dinding serta langit-langit juga sangay halus, seperti memang sengaja dibuat untuk terowongan. Hati Jester merasa heran, namun dia tak punya pilihan lain saat ini selain terus masuk ke dalam. Maka dengan kewaspadaan tinggi, dia terus melangkah masuk.
"Apa ini? Tak mungkin kan, jika sebuah tempat yang dijaga oleh monster kraken akan selenggang ini? Mana mungkin hanya undead-undead itu saja yang menjadi jebakan?" gumam Jester dengan keheranan dan penasaran.
Beberapa meter ke depan, pria ini tiba di sebuah jalan menurun yang curam sekali. Jalan di sini tidak lagi halus, melainkan dipenuhi dengan batu-batu runcing yang amat berbahaya. Melihat ini Jester sedikit ngeri, namun kemauan dan tekadnya berhasil menutup itu semua sehingga tanpa pikir panjang lagi, dia melangkah ke depan.
"Srookk!! Aaaghh!!" baru saja dia menginjak batu pertama, tiba-tiba saja batu yang mencuat tajam itu patah, membuat tubuh Jester meluncur ke bawah.
"Sialan!! Fire Magic : Fire Protection!!"
Kali ini Jester menggunakan mananya, dia mengeluarkan sihir api pelindung untuk menjaga tubuhnya dari benturan batu-batu tersebut. Seketika tubuhnya diselimuti oleh mantel api yang tebal sekali dan juga terang, menerangi lorong goa yang menuju ke bawah itu.
Makin lama luncuran tubuh Jester semakin deras, akan tetapi beruntunglah ia karena berkat sihir Fire Protection, dia hanya mengalami sedikit luka ribgan ketika tubuhnya terbentur sana-sini.
"Brukk!!" akhirnya pria itu sampai di dasar goa, bertepatan dengan ini, jubah api dari sihirnya mati seketika.
Dengan sedikit kesusahan, Jester bangkit perlahan dan kembali membuat api menggunakan kekuatan sihirnya. Akan tetapi segera matanya membolat ketika dia melihat banyak sekali boneka-boneka bersenjata yang menyambutnya. Mereka ini berdiri diam seperti patung dan baru menoleh kearah Jester sesaat setelah pria ini menyalakan api.
"Sialan, Soul Doll!!" refleks dia mencabut pedang untuk menahan gempuran boneka-boneka itu yang sudah mulai menyerang.
Ributlah keadaan di sana, hanya mengandalkan penerangan dari api buatannya dan tebasan-tebasan elemen miliknya, Jester bertarung mati-matian. Akan tetapi sebagai putra dari Archon yang merupakan seorang bajak laut hebat, Jester juga mewarisi kehebatan anaknya. Salah satunya dalam kecerdikan otak.
Sudah bertahun-tahun lamanya pria ini berpetualang sebagai seorang bajak laut dan entah sudah berapa ratus kali ia menemui keanehan atau keganjilan selama berpetualang. Sehingga dalam situasi seperti ini, sebentar saja dia sudah sadar akan kelemahan dari Soul Doll yang menjaga wilayah bawah tanah ini.
"Sialan, tak ada pilihan lain!! harus aku coba!!" serunya dan...dia mematikan api buatannya.
hening, tak ada reaksi apa pun ketika Jester mematikan api buatannya itu. Namun tentu saja, pria ini merasa seolah-olah dirinya sudah buta karena saking gelapnya tempat ini.
"Ternyata benar dugaanku, mereka akan aktif saat mendeteksi api. Hah...merepotkan, aku harus berjalan dalam keadaan gelap seperti ini?" Jester mengomel.
Tapi apa boleh buat, hanya itulah satu-satunya cara agar dirinya bisa selamat. Maka dengan perlahan-lahan, dia menghampiri tembok dan berjalan sembari meraba-raba tembok dinding. Tak jarang pula jika dia harus tertabrak salah satu boneka yang ternyata keras sekali.
Sampai lama Jester berada dalam keadaan "buta" seperti itu. Namun akhirnya dia melihat ada cahaya terang di depan sana, sebuah cahaya yang makin lama makin terang begitu Jester berjalan mendekat. Dengan wajah sumringah, pria ini menghampiri cahaya itu yang kemudian berhasil membuat dia terperangah.
Di labgit-langit goa, nampak banyak sekali kristal bercahaya yang indah sekali. Membuat seisi ruangan itu menjadi terang benderang seperti siang hari. Namun yang membuat dia terkejut adalah sesosok makhluk besar di hadapannya itu, seekor makhluk yang dia kenal sebagai satu dari sekian banyak hewan roh tingkat tinggi. Agaknya hewan inilah yang dirumorkan itu.
Hewan itu bertubuh tinggi besar berbentuk kerbau, tanduknya ada empat buah yang dimana satu tanduk itu panjangnya mungkin mencapai dua meter. Bulunya hitam kelam, mata yang merah itu mencorong tajam, menatap Jester dengan tatapan mengerikan. Setiap kali hewan itu bernafas, selalu keluar uap putih dari mulutnya.
"Kau mampu sampai di sini, berarti kau mampu melewati kraken." ucap suara berat itu dengan menggema. Suaranya benar-benar mengerikan.
"Minotaur...kau kah yang menjadi penjaga tenpat ini?" balas Jester.
"Benar...dan kau manusia!! Ketahuilah jika seandainya kau tidak mempunyai Phoenix sebagai roh kontrakmu, mungkin ratusan kawan-kawanku di luar sana sudah membunuhmu!! Hanya karena rasa hormat dan segan kami kepada sang raja Phoenix, membuat dirimu mampu sampai ke tempat ini."
Jester terkejut sekali mendengar ini. Kiranya sedaritadi dia sudah diintai oleh banyak sekali makhluk, dan ternyata bahwa penyelamatnya adalah karena keberadaan roh kontraknya. Pantas saja dia merasa heran, mengapa sebuah pulau yang dijaga monster kraken, hanya berisi undead dan Soul Doll yang tidak terlalu berbahaya.
"Tapi manusia!! Bagaimana pun juga aku sudah ditugaskan untuk menjaga gudang harta. Kau lihat ini, di dalam sanalah tempat harta karun yang kau cari-cari itu berada." kata Minotaur sembari menunjuk sebuah pintu raksasa di belakangnya.
"Sungguh aku sangat menghormati raja Phoenix, hewan kuno yang agung. Tetapi sumpah tetap sumpah, harus aku penuhi. Maka dari itulah, karena kau memiliki roh Phoenix, aku akan beri keistimewaan. Hadapi satu pukulanku ini dan jika kau masih dapst hidup, kau kuanggap layak untuk memiliki semua harta itu dan menjadi pemilik pulau."
Mata Jester berbinar-binar, sinar ketamakan nampak jelas di matanya itu. Tanpa ragu-ragu lagi, dia mencabut pedang dan mengaliri seluruh tubuhnya dengan kekuatan elemental. Seraya mengacungkan pedang ke depan, dia berseru keras.
"Majulah Minotaur!! Aku tak akan mundur sebelum cita-citaku tercapai!!"
"Bagus!! Hadapi ini!!" Minotaur segera melesat cepat seraya mendorongkan kepalan tangan kanan yang berubah warna menjadi merah.
"Fire Element : Sea of Fire!!"
Terciptalah sebuah lautan api yang sangat dahsyat, seolah membentuk tameng pelindung di depan Jester. Jurus ini bukanlah jurus sembarangan, karena terbukti mampu menghanguskan badan kraken yang kuat sekali itu.
"Holy Magic : Holy Shield" gumam Minotaur itu yang kemudian seluruh tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah. Dengan cahaya itu, Minotaur dapat dengan mudah melewati lautan api ciptaan Jester.
"Apa!? Tidak mungkin!! sama sekali tidak berefek!?" seru Jester terkejut.
Melihat tubuh kerbau itu makin mendekat, Jester tak mampu berpikir lagi dan mengeluarkan dua jurus elemen terkuatnya secara berbareng.
"Fire Element : Fire God Sword!! Fire Element : King of Sun!!"
"Apa!!" Minotaur nampak terkejut, namun tetap melanjutkan serangannya.
"Booommmm!!!" terjadi ledakan hebat yang berhasil menimbulkan cahaya terang sekali ketika kepalan tangan Minotaur menghantam kubah raksasa dari jurus King of Sun. Kemudian, dari atas nampak seperti sebuah pilar api yang diayunkan ke bawah. Kembali terdangar ledakan dahsyat dari ruangan penuh kristal tersebut.
*******
"Silahkan masuk, kau sangat layak untuk memiliki semuanya." kata Minotaur yang sudah kehilangan satu buah tanduknya.
Ya, tak bisa dikatakan untuk kalah, bahkan masih jauh dari kata kalah. Namun sesuai janji, Jester berhasil hidup bahkan mengirim serangan balasan yang sangat dahsyat kepada Minotaur, hal itu sudah lebih dari cukup bagi kerbau raksasa itu untuk membolehkan Jester memiliki harta karun Death Island.
Jester memasuki ruangan yang amat luas itu, dan sekali ini dirinya benar-benar dibuat kagum. Ruangan itu terang sekali karena dinding daripada ruangan tersebut berasal dari kristal bercahaya. Di sebelah kanan, terdapat gunungan emas permata juga pusaka-pusaka kuno yang luar biasa banyak.
Di sebelah depan, terlihat banyak sekali kitab sihir, buku pengetahuan, buku pengobatan, buku racun dan masih banyak lagi. Juga di situ terdapat artefak-artefak kuno yang amat berharga.
Di sebelah kiri adalah yang paling hebat. Di sana terdapat sebuah pohon tinggi besar dengan batang pohon berdiameter kurang lebih empat meter. Daunnya rimbun sekali sampai menjuntai ke bawah hampir menyentuh tanah. Jester mengenal pohon ini, sebuah pohon yang hanya dikenal dalam dongeng-dongeng saja.
"Tree of Life..." gumamnya penuh kagum.
Tree of Life merupakan pohon yang luar biasa ajaib. Konon, jika seseorang berada dalam naungan pohon itu, dia tidak akan bisa mati dengan cara apa pun. Bahkan jika seluruh tubuh sudah buntung, asal masih ada denyut nadi, maka ketika tubuh itu diletakkan di bawah pohon Tree of Life, dia akan kembali seperti sedia kala seolah tak pernah terluka sama sekali.
Di bawah pohon itu, terdapat sebuah telaga yang memiliki warna air hijau cerah. Telaga itu juga merupakan telaga yang hanya ada di dalam cerita dongeng saja. Dan saat ini, Jester sama sekali tidak pernah menyangka bahwa dia akan mampu melihat semua itu dengan kedua matanya.
"Immortality Water..."
Ya, itulah namanya. Immortality Water adalah air suci yang dipercaya berasal dari alam nirwana tempat dimana para dewa berada. Air itu dipercaya mampu menambah umur si peminum selama seribu tahun. Dan selama seribu tahun itu, dia tidak akan bisa terkena penyakit apa pun yang bisa membunuhnya. Jika sebelum seribu tahun itu dia mati, berarti orang itu mati dengan cara terbunuh.
"Hahahah...hahah!!" Jester tertawa keras sambil mendongak ke atas.
"Aku kaya!! Aku akan menjadi yang terkuat!! Hey ayah, ibu, kalian lihat ini!! Anak kalian berhasil mewujudkan cita-cita kalian!! hahaha!!!"
Maka pada hari itu, Jester menganggap bahwa Death Island adalah miliknya. Semua hewan tingkat tinggi yang menjadi penghuni Death Island menjadi pengikutnya yang patuh.
Hingga ratusan tahun berlalu, dan nama Jester Desberado sudah dilupakan semua orang. Yang mereka kenal hanyalah nama penghuni Death Island yang kabarnya adalah sesosok iblis kuno.
Setiap kali ada kapal lewat, kapal itu secara aneh akan hancur berkeping-keping. Jika ada paus atau hewan-hewan laut yang menunjukkan diri di sekitar Death Island, mereka akan menjadi bangkai seketika. Karena itulah, orang-orang menamai penjaga pulau keramat itu sebagai Demon King.
~END~