Aku masih belum sadar apa yang terjadi, kelas yang awalnya penuh dengan teman-temanku kini sudah terbakar dengan seorang siswi yang kutahu adalah Si Anak Baru.
"Kau dengar beritanya ?"
Entah mengapa penampilan siswi yang dikejar-kejar terlihat, ekspresi ketakutan saat sosok yang mengejarnya semakin dekat. Akhirnya Ia memilih untuk melompat kedalam aliran sungai yang sedang meluap.
Aku terdiam, apa yang baru saja kulihat ? Apakah itu adegan dari sebuah film yang kutonton.
"Berita apa ?" Tanyaku pada Hilda teman sebangkuku. Aku tidak tahu berita apa yang sedang sibuk mereka bahas.
"Itu anak kelas sebelah meninggal, katanya tenggelam."
"Perempuan ?" Tanyaku kaget, apa yang kulihat tadi ada hubungannya. Tapi, kalaupun Ia mengapa aku bisa mengetahuinya.
"Iya, Si Melisa."
Aku terdiam jelas aku mengetahuinya, baru saja semalam kami mengobrol dan kini dia meninggal ? Dan apa hubungannya dengan kejadian yang terlihat didepan mataku tadi.
"Memang umur gak ada yang tau, Ka."
Benar apa yang dikatakan Hilda tidak ada yang tau perkara umur. Kematian datang tanpa bisa ditebak, ditunda, apa lagi dihalangi hanya saja penyebabnya yang menjadi urusan apalagi yang terlihat olehku tadi jelas bukan kematian yang wajar.
Sosok itu, apa yang mengejarnya.
Dan kenapa aku mengetahuinya ?
"Lupakan itu, lihat Si Anak Baru. Dia terlihat aneh."
Aku semakin heran, sejak kapan kelas kami kedatangan murid baru. Apa aku sangat ketinggalan berita ?
"Sejak kapan ada murid baru." Tanyaku lagi, sebenarnya apa yang terjadi denganku aku seolah tidak tau apapun.
"Kau tidak datang hari itu." Kini Muthia yang menjawab. "Lihat bukankah dia terlihat sangat pucat, dia juga terlihat Aneh."
"Agak serem sih." Ucapku memperhatikan gadis itu, bukankah dia terlihat menakutkan dia seperti sedang berbicara sendiri ? Apa dia sejenis indigo.
"Lihat dia bicara sendiri."
Aku memilih mengabaikannya, terserah mau bangaimanapun selama tidak merugikanku bukankah itu tidak menjadi masalah.
Sekolah sudah sepi kenapa aku masih berada disekolah, aku jelas tidak mengikuti ekskul apapun. Bahkan Kelas sudah sepi memilih abai kini aku, memilih untuk pulang.
"Kau ?"
Itu suara Wahyu, ketua kelasku dan yang sedang Ia ajak bicara Si Anak Baru. Entah mengapa pembicaraan mereka terlihat sangat serius, sebelum bisa mendengarkan lebih mereka menyadari kehadiranku. Tanpa kata mereka pergi meninggalkan Aku yang masih terdiam.
"Apa aku mengganggu mereka ?" Tanyaku pada diri sendiri.
Kelas kembali heboh karena kembali terjadi seorang siswi yang meninggal karena tenggelam. Entah muncul keinginan dari mana Aku melihat Si Anak Baru.
Deg
Mata kami bertemu, dan Ia memasang senyum itu jelas bukan senyuman ramah. Yang pasti aku sangat takut.
Senyuman itu adalah senyuman yang kulihat pada sosok yang mengejar siswi hingga jatuh tenggelam.
Dia ? Dia pelakunya ? Apa Wahyu juga terlibat ? Aku harus kasih tau Hilda.
"Hilda, aku tau ini gila. Tapi aku melihatnya teman-teman kita bukan meninggal karena tenggelam, itu semua karena Si Anak Baru."
Hilda jelas terkejut, Ia melihat sekitar takut yang lain mendengar ucapanku. Padahal seluruh sekolah sudah sepi hanya ada kami berdua di koridor ini.
"Gimana mungkin ?"
"Itu terlihat begitu saja, aku tau begitu saja, tapi... Tapi Aku sangat yakin Dia pelakunya Hilda."
"Jadi udah tau ?"
Jantungku seolah berhenti berdetak, bahkan nyawaku seolah menghilang meninggalkan jasad yang dingin. Begitu pula dengan Hilda yang sudah melotot tidak bergerak didepanku.
Koridor jelas sudah sangat sepi hanya ada Aku dan Hilda tadi, Bangaimana bisa suaranya terdengar begitu dekat ? Aku jelas tidak mendengar langkah kaki apapun tadi.
Bergerak, kenapa tubuhku tidak bisa bergerak ? Bahkan untuk melihat sosoknya aku tidak bisa.
"Pergi !" Suara Wahyu kini terdengar, bersama dengan kedatangannya tubuh kami sudah bisa bergerak, Dia sudah tidak ada hanya ada Wahyu yang sedang berlari kearah kami.
"Kalian harus cepat pergi, pergi sejauh mungkin." Jelas Wahyu yang tidak bisa kami pahami. "Dia bukan manusia, Dia korban kebakaran yang terjadi dikelas kita beberapa bulan lalu."
Entah apa yang terjadi yang pasti kini Aku dan Hilda hanya bisa berlari, berlari sejauh mungkin dari sekolah itu.
Menjauh dari sosok yang sudah berubah menyeramkan. Dia semakin dekat Kami berlari hingga sampai dipinggir jembatan.
Apakah nasib Kami sama seperti yang lainnya.
Tubuhku terjatuh bebas, hingga mataku terbuka. Aku sudah ada ditempat yang tidak asing.
Kamarku, ternyata itu hanya mimpi, bahkan jantungku terasa sangat lelah seolah memang sudah berlari jauh.
...
Ka Sula 👻