Panas terik matahari menerpa kulit halus seorang gadis yang tengah memgang semangkuk palstik salad buah di jalanan sambil menawarkan pada orang yang lalu lalang di jalan raya itu. Ia menyeka keringat yang mengalir dari pelipisnya.
"Jam 1 siang" Ia menghela nafas dan duduk di dekat gerobak dagangannya.
Alina, Ia baru memulai usaha menjual salad buah dengan harga 7.000 dengan ukuran mangkok palstik agak kecil. 12.000 untuk yang agak sedang, 18.000 ukuran sedang dan paling besar seharga 27.000.
Ia juga menjualnya melalui via sosmed seperti WhatsApp dan Facebook. Namun karna angka peminat yang rendah, ia memilih mencoba turun lapangan dan menjualnya secara langsung.
"Susah banget lakunyaa..."
Alina mengipas wajahnya menggunakan jari jemarinya.
"Semangat Alina.. Semangat" Ia bangkit lagi dan mulai menawarkan lagi.
"Permisi" Alina menoleh ke asal suara. Di lihatnya seorang pria berwajah tampan. Pria itu memasukkan tangannya ke dalam saku celananya
"Iya, Mas.. Ada perlu? Atau mau coba salad buah ini.. Enak loh dan bergizi di buat dengan buah yang fresh juga dan juga higenis tidak kalah seperti salad di cafe-cafe atau toko besar"
"Ya. Aku beli 1 dulu" Tanpa aba-aba pria itu langsung mengambil semangkuk besar salad buah di dalam gerobak
Alina melongo.
"Nggak punya sopan santun" Fikir Alina
Pria itu memakan salad dengan lahap seperti orang kelaparan
"Lumayan. Berapa harganya" Tanya Pria itu
"27.000"
"Oh murah banget." Pria itu merogoh saku belakangnya..
Ia terkejut saat dompet tak bersemayam disana.
Pandangan Alina seperti menagih
"Kurasa dompetku tertinggal di mobil. Aku ambil dulu ya" Pria itu membalikkan badan
"Hmmm kau ambil saja. Tidak perlu bayar. Aku ikhlaskan." Alina kembali ke pinggir jalan untuk menawarkan lagi
Pria itu mengernyit tidak faham.
"Dia tidak menuduhku sebagai pengemis kan?" Tanya pria itu pada dirinya sendiri
Ia melangkah masuk ke mobilnya dan mengambil dompet.
Ia mengambil 1 lembar uang 100.000 dan menyodorkan pada Alina
Alina terkejut.
"Ehh kamu bayar?"
"Iyalah. Aku bukan pengemis hanya karena dompetku tertinggal."
Alina menggaruk kepalnya yang tidak gatal. Ia malu telah berkata seperti itu tadi.
"Maaf Mas telah megatakan hal tadi" Alina sedikit membungkuk dengan senyuman kecut.
Maluuuu bangeeett..
"Hm lain kali jaga ucapanmu. Sudah jelas aku orang kaya dan kau mengatakan hal seperti itu. Tidak memukul mulut kurang ajarmu itu sudah sebuah keberuntungan untukmu."
"Maaf sekali lagi Mas.. Hanya saja tadi ada orang yang beralasan sepertimu tapi sampai sekarang dia tidak kembali lagi untuk membayarnya" Alina menunduk. Hatinya di selubungi rasa bersalah
"Hmmm. Berapa yang dia ambil"
"Dia mengambil 2 porsi besar seharga 54.000 Mas.."
"Ambil uang 100.000 ini dan tidak usah kau kembalikan sisanya."
"Eh ternyata baik banget orang ini... Malu banget aku" Ucap Alina dalam hati
"Waaahhhhh terima kasih banyak Mas.. Makasih bangett"
"Hm. Panggil Aku Nando. Aku merasa tua di panggil 'Mas'. Beruntung kamu dengan mudah tau namaku dan dari mulutku sendiri"
Alina menyatukan alisnya... Tidak mengerti apa yang di maksud pria di depannya..
"Siapa yang tanya namamu?" Ucap Alina dalam hati.
"Okee.. Salad buah buatanmu enak.. Lain kali aku akan memesannya dalam porsi banyak untuk 150 karyawan di kantorku." Nando melangkah meninggalkan Alina yang ternganga.
"150x27.000 = 4.050.000. Dalam sehari? Ya tuhan ini mimpi apa bukan.."
Sejak pertemuan itulah, Nando sering datang ke tempat Alina berjualan.. Awal yang canggung tapi lama lama lumer seiring berjalannya waktu.
Hingga beberapa bulan berlalu Alina semakin dekat dengan Nando.. Alina bisa membuka kedai salad buah yang banyak peminatnya.
Dan Nando hampir setiap hari berkunjung ke kedai Alina sepulang kerja.
1 Tahun berlalu... Seorang gadis cantik berbalut kebaya putih dengan riasan yang sempurna di tuntun untuk duduk di meja akad.
Senyum terlukis dari seorang Nando yang terkenal dengan sebutan bos yang sombong tapi sebenarnya baik hati.
Semburat merah di pipi Alina semakin menambah blush on di pipinya makin sempurna.
"Seorang yatim piatu bisa bersanding dengan bos besar adalah hal yang luar biasa. Karena lumrahnya seorang konglomerat akan menindas orang kecil sepertiku.. Sangat langka bisa ada di sampingmu sebagai sorang istri dan rumah bagi hatimu."
Pertemuan pertama yang hampir membuatku jatuh pingsan karena rasa malu yang hebat. Perlahan lahan pertemuan seorang pembeli dengan penjual dan melaksanakan akad jual beli, kini berganti akad pernikahan.
Sebuah ikatan sakral dan suci. Ikatan lahir dan batin perempuan dan laki-laki.
"Saya terima nikahnya Alina Fatmawati Binti Sutrisno yang di wakilkan pada wali hakim dengan mas kawin 100 gram emas dan rumah beserta isinya di bayar tunai." Nando mengucapkan dengan nada tegas dan jelas
Hati Alina bergetar.. Indah sekali. Detak jantung yang berpacu cepat dan keringan tipis yang keluar dari tangan Alina
"Sah?"
"Sah"
"Sah"
"Alhamdulillah..." Penghulu membacakan doa-doa.
Alina mencium punggung tangan Nando, dan Nando mencium kening Alina.
Ciuman kening yang membawa ketenangan di hati Alina dan Nando.
Senyum terukir di bibir semua orang.. Nando yang usianya sudah 30 tahun akhirnya menemukan sosok pendamping hidup sekaligus Ibu dari anak-anaknya.
Alina tidak menyangka ia akan menikah di usianya yang ke 22 tahun.. Dan akad pernikahan hari ini berlangsung di hari ulang tahunnya.
Tangis haru Alina pecah.. Nando memeluknya untuk menenangkannya.
"Makasih Mas.." Bisik Alina
"Panggil aku Hubby" Goda Nando
"Eehheeeemmm romantisnya nanti aja woy... Ini baru kelar Ijab Qobul. Tuh salamin tamu dulu" Roy, teman Nando merasa ada aroma-aroma kemesraan yang membuat Roy kepanasan.. Karena dia masih jomblo di usianya yang ke 29 tahun ini
Yang lain terkekeh.. Alina melepaskan pelukannya. Ia tersipu malu.
"Hiliihhhh iri bilang Roy." Bela Nando
"Siapa yang iri, Habis ini aku nyusul kale...." Roy bersidekap sambil tersenyum bangga
"Oohhh si playboy udah nemuin playgril nih"
"Buseetttt tuh mulut minta di sumpel, Do"
'PLETAK'
Sebuah jitakan mendarat sempurna di kening Nando
Alina terkekeh melihat tingkah mereka berdua yang dekat bagaikan saudara ini