Cerita ini berawal dari aku yang berumur 6 tahun, di Taman Kanak-kanak Sayang Bunda. Dari TK aku memiliki sahabat kecil bernama Helvy, dulu ia tinggal lima rumah dari rumahku. Saat TK kami duduk di kelas yang sama, yaitu kelas B, dimana sebenarnya aku sering sekali berpindah kelas, kadang di kelas A kemudian besoknya pindah kekelas B. Aku di TK tidaklah terlalu pintar sedangkan sahabatku sangatlah pintar, ia mendapat rangking 2 di kelas B, walaupun tidak mendapat juara lima besar, aku tidak terlalu memusingkannya.
Kemudian, Aku dan Helvy saat istirahat sering bermain komedi putar, pernah sekali aku jatuh dari permaian tersebut, dan aku menangis kemudian aku ditenangkan oleh sahabatku tersebut. Ia adalah orang yang baik, aku senang pernah menjadi sahabatnya.
Dari kecil kami sering sekali bermain permainan, seperti bermain permainan BP(bongkar pasang) yang selalu dibelikan oleh ayahku ketika hari kamis, karena di desa batas pasar akan buka pada hari tersebut. Permainan ini dari kertas bergambar yang lumayan tebal kualitas kertasnya dimana terdapat manusia, benda maupun hewan yang di jual di pasar manapun dengan harga Rp 2000,00,- mungkin pada saat ini harga nya kisaran Rp 3000,00,-
Ketika kami memainkan permainan ini, kami sering sekali lupa waktu, baik dari pagi siang atau malam hari. Karena seringnya lupa waktu ketika memainkan permainan ini dirumah dia, terkadang ibu ataupun ayah saya menjemput saya untuk pulang, tak kadang juga adik saya yang menjemput ataupun memanggil untuk pulang, entah itu untuk makan, mandi, belajar ataupun tidur.
Tak hanya permainan ini yang sering sekali kami mainkan., ada lagi permainan dengan nama “Tukar Binder”, di permainan ini kita hanya akan menukar binder tersebut yang lebih bagus menurut pribadi sendiri kepada orang lain yang memiliki binder tersebut. Padahal fungsi dari buku binder tersebut adalah untuk mencatat materi sekolah ataupun bisa di isi dengan keseharian kita seperti nama, kelas, makanan favorit, minuman favorit, matapelajaran kesukaan, nomor telepon, nama e-mail, cita-cita dan lain sebagainya. Dimana masa itu anak-anak masa kami ini hanya menukar –nukar saja, tidak di isi ataupun ditulis di binder tersebut, setelah di pikir-pikir tidak berguna juga hal yang kami lakukan.
Setelah kami menduduki di SD(sekolah dasar) tepatnya SDN 002 Tambusai di desa batas, kami ternyata beda kelas juga(sungguh menyedihkan). Kami jadi jarang bermain bersama di sekolah. Ternyata setelah kelas II SD semester 1, aku dan beberapa temanku yang lain ternyata di pindahkan ke sekolah lain yaitu SDN 027 Tambusai yang jaraknya mungkin <500 m, lucunya saat aku dan teman lainnya jalan menuju sekolah tersebut, kakiku jatuh ke parit akibatnya sepatuku basah dan bau, begitu sialnya diriku saat itu.
Walaupun kami terpisahkan oleh sekolah yang berbeda kami masih sering bermain bersama karena rumah kami yang dekat itu. Karena tentunya anak kecil tak akan kenal rasa lelah ketika sudah bermain. Permainan bongkar pasang tersebut masih terus saja kami mainkan bersama dengan kakak kandung Helvy yaitu Eva Solin.
Kemudian ketika kami bosan kami akan mencari permainan lain seperti berkemping, tentunya bukan berkemping yang harus sampai healing jauh sekali. Kami hanya bercamping di bawah pohon kelapa sawit yang jaraknya tak sampai 100 m dari rumah sahabatku tersebut. Di camping tersebut kami membawa bekal masing-masing dari rumah yang tak seberapa, jika kami henda berbaring di tanah kami akan memotong pelepah(batang daun kelapa sawit) dengan parang karena Helvy adalah orang kuat untuk anak yang berusia 11 tahun, dan kami pun duduk dialas daun kelapa sawit tersebut sambil makan dan berbincang hal yang tidak terlalu berguna untuk di perbincangkan.
Tak hanya permaina BP, tukar binder kemping, kami kumpulan anak-anak simpang jeruk, sering juga memainkan permainan “Tongkat Dingin” dimana permainan ini jika kita cari di internet adalah permainan yang pemain di bagi menjadi dua kelompok, kelompok bermain dan kelompok jaga. Ketika kita hendak mendapatkan kelompok tersebut kita akan hompimpa terlebih dahulu, dengan menyebutkan “Menang banyak”. Jika hanya satu orang yang mendapat putih ia akan menjadi penjaga begitu juaga sebaliknya. Katika sudah mendapat siapa penjaga dan pemain maka penjaga akan mengitung 1,2,3.... sambil menutup mata dan berbalik badan dibalik tiang atau tembok, dan pemain akan berpencar. Saat pemain sudah mendapat tempat persembunyian maka penjaga akan mencari dimana posisi pemain, ketika penjaga telah menemukan salah satu pemain maka penjaga harus segera ke tempat posisi dimana penjaga tadi berhitung sambil menyentuh tiang ataupun tembok tersebut, dengan menyebutkan nama dari pemain tersebut.
Jika penjaga berhasil maka pemain akan masuk kelompok dari penjaga tersebut, jika sebaliknya maka pemain yang berhasil tidak akan ikut dalam pemilihan penjaga berikutnya. Lalu jika sudah selesai permainan maka yang tidak berhasil memenangkan permainan tersebut, akan berbaris kebelakang dan penjaga pertama akan memilih secara acak yang akan menjadi penjaga berikutnya, dengan mengatakan “satu dari belakang/dua dari belakang ataupun seterusnya” maka jika orang tersebut adalah yang disebutkan penjaga pertama, maka ialah penjaga berikutnya, begitulah seterusnya sampai semua anggota sudah bosan/lelah.
Selain banyaknya kesenangan yang ada akibat permainan yang ada, pernah ada suatu kejadian dimana ketika orang tua dari sahabatku tersebut menyuruh kakak dari Evi yaitu Eva untuk membeli supermie dan telor di warung dekat jalan lintas. Saat kami hendak dalam perjalanan kami masih bersendau gurau di jalan, setelah kami membeli barang tersebut ketika hendak menuju rumah, kami melihat di samping kiri depan, terdapat sosok putih berjalan, sontak kami kaget dan berteriak kemudian lari sekencang yang kami sanggup, setalah sampai dirumahnya kami berkeringatan dan jantung kami masih berdegup kencang ketakuan dan kami menceritakan hal tersebut kepada Evi sahabatku terssebut dan ia terkejut.
Tak hanya kejadian tersebut yang pernah aku alami, aku begitu sangat ingat sampai sekarang saat kami masih belum menginjak usia 5 tahun, di balik gorden di ruang tamu rumahku aku sangat ingat aku melihat seorang nenek yang berambut panjang keriting, dan aku berteriak menangis karena melihat sosok tersebut, kemudian orang tuaku menenangkan ku sambil memelukku.
Sebelum aku melihat kejadian tersebut orang tuaku pernah mengatakan bahwa saat aku masih balita aku pernah melihat arwah dari pamanku sambil menunjuk arah dapur dengan tangan kecilkku sambil berkata “itu” beberapa kali ke arah tersebut, sontak ibuku kaget dan ibu ku pingsan juga setelah melihat juga, dan orang-orang berkumpul diteras rumah kami, dan tetanggaku menenangkan ibuku dengan menyemburkan ubi yang sudah dibasahi air.
Selain kejadian itu sahabatku sendiri juga pernah mengalami kejadian yang cukup meyeramkan dimana ia menceritakan saat ia tidur sekitar subuh hari, ada yang memanggil dengan mengatakan “Bangun evi” yang katanya suaranya berasal dari jendela dan sahabatku tersebut menyahut “sebentar lagi mak”. Saat pagi harinya ketika ia bangun, ia bertanya pada ibunya
“Mak, adanya mak bangunkan aku tadi?”
“Mana ada mamak bangunkan” seru ibunya”
Tak lama kemudian sahabatku tersebut mengalami demam, dimana kata orang dulu, jika seorang anak kecil menyahut suara dari suatu makhluk asing maka ia akan mengalami demam karena energi dari anak kecil masih belum kuat untuk menerima energi dari makhluk asing tersebut.
Selain ibuku ayahku juga pernah sekali melihat makhluk tersebut, ceritanya berawal dari ketika ayahku dan ibuku pergi kerumah bibiku yang jaraknya <400 m dari rumah orang tuaku. Saat itu ketika ayahku hendak pergi ketoilet yang mana jarak dari toilet terlalu kebelakang dimana semua pohon kelapa sawit dan kurangnya cahaya disana.
Tak beberapa lama kemudian saat ayahku hendak mendongakkan kepalanya keatas, ia melihat sosok makhluk halus yang begitu panjang yang panjangnnya beberapa meter dimana suku batak nama dari hantu tersebut adalah “Begu Ganjang” yang artinya sesuai dengan namanya “Begu” berarti hantu dan “Ganjang” yang berarti panjang sehingga artinya adalah hantu panjang, dan ayahku tentunya kaget dan segera menuju rumah
Ia menceritkan semua itu kepada ibuku ketika sudah dirumah kami ini. Itulah yang kami perbincangkan bersama sahabatku dan teman lainnya ketika kami sedang tidak melakukkan apapun saat malam hari, ketika kami menceritakan hal-hal tersebut kami sendiri ketakukan saat hendak pulang, dan meminta ditemani saat kerumah masing-masing karena ketakutan.
Beberapa bulan kemudian kami pernah berantam entah karena apa, mungkin karna sudah terlalu lama sekali sekitar usia 8 tahun yang lalu sehingga akupun lupa alasannya. Kami berantam selama beberapa minggu, tentunya kami tidak bercakapan tidak saling memandang apalagi kerumah masing-masing untuk bermain(namanya anak kecil)
Setelah beberapa hari kami berbaikan lagi entah karena apa juga, dimana saat hari tahun baru mereka segerombolan datang kerumah dan membangunkan aku dengan memanggil “Gabe” di jam 12 malam karena sudah mulai pergantian tahun dan kami sudah baikan, seingatku kami saling meminta maaf dan berpelukan.
Katika kami dari SD yang kristen baik protestan, katolik dan pentakosta kami belajar agama digereja yaitu Gereja GBKP(Gereja Batak Karo Protestan) yang berada disamping rumahku, karena disekolah kami tidak ada guru agama kristen baik SD-SMP yang ada di Batas dan Tambusai yaitu SMPN 3 Tambusai sehingga kami belajar agama digereja itu dulu, sekarang sudah berpindah di Gereja GNKP(Gereja Nias Kristen Protestan Indonesia).
Saat sebelum kami belajar agama lebih tepatnya menunggu dari kelas yang terkecil selesai belajar, disitulah banyak anak SD yang bermain, termasuk juga aku dengan Evi, dimana kami bermain lompat tali ataupun engklek, Eva dari kakak Evi sangatlah suhu dalam memainkannya dan aku begitu terkesima melihatnya.
Tak jarang juga mereka di antar oleh orangtuanya dan ada pula yang dimenaiki sepeda. Kami juga memiliki sepeda dan awal mula aku dapat menggunakan sepeda adalah karena sahabatku itu sendiri, dimana dia lah yang mengajari aku, dengan cara aku didepan dan dia di belakangku dengan tempat duduk yang sempit yang mana kami berlatih menyeimbangkan badan terlebih dahulu.
Setelah aku rasa sudah bisa, aku menggayuh beberapa putaran dan boom, aku terjatuh di semak belukar yang penuh duri kecil, sangat sakit dan akupun menangis, kemudian Evi membawaku sambil mendorong sepedanya dan mencabuti duri yang masuk kedalam kulitku karena tidak bisa di ambil semua durinya maka ibuku mengoleskan minyak tanah di lukaku.
Pernah juga kami lebih tepatnya aku, Evi, Eva dan Lucky(kakak laki-laki Evi) bermain masakan beneran, dengan menggunakan lilin dan kaleng saat hujan gerimis. Saat itu kami memasak kangkung tumis di kaleng yang kecil itu, bahan yang kami gunakan yaitu bawang, cabai, minyak, garam dan kangkung yang kami curi dari tetangga di belakang rumahnya. Lalu alatnya yaitu kaleng lasegar, lilin mancis dan sendok.
Kami mengiris bawang dan cabai, Lucky sendiri menyalakan lilin tersebut, lalu kamipun menumisnya. Setelah masakanya selesai kamipun memakannya, aku begitu terkejut karena rasanya yang enak, aku berpikir rasanya akan sedikit gosong atau terlalu asin karena api dari lilin tersebut kurang meyakinkanku jadi aku tidak memiliki pemikiran yang bagus terhadap kangkung yang kami masak saat itu. Kami menikmai masakan tersebut walau hanya beberapa sendok makan saja yang dapat kami rasakan karena porsinya yang begitu sendikit untuk dimakan sebagai makan siang kami bertiga.
Ada suatu lagu anak yang begitu kami sukai ataupun kami gemari yaitu lagu yang berjudul “Hachi anak sebatang kara” setiap kami sedang bosan kami akan menyanyikan lagu itu.
“Hachi anak yang sebatang kara
Pergi mencari ibunya
Di malam yang sangat dingin
Teringat mama
Walaupun kesepian
Hachi tetap gembira
Mama....
Mama....
Dimana kah kau berada?
Mama....
Mama....
Suatu saat pasti bertemu...”
Lagu Hachi menceritakan seekor lebah yang mengembara kesana kemari untuk menemukan ibunya berada, ia terpisah dengan ibunya karena sekelompok musuh yang menyerang kerajaan lebah tersebut, dan membawa ratu atau ibu dari Hachi tersebut pergi, juga menghancurkan kerajaan tersebut sampai sudah tidak berbentuk lagi. Di dalam perjalanan Hachi yang bertekat mencari ibunya terdapat banyak sekali konflik ataupun permasalahan yang ia alami, tetapi ia masih dapat tersenyum karena ia yakin pasti bisa menemukan ibunya, ia tak pernah patah semangat dan lelah, walau terkadang saat ia dimalam hari, ia akan menangis karena begitu merindukan ibunya tersebut.
Tentunya dari lagu tersebut begitu banyak makna dan arti yang bisa kita kutip sebagai contoh yang baik di kehidupan kita seperti adanya semangat pantang menyerah. Dari kisah lagu tersebut bersyukurlah kita yang masih memiliki ibu, karena ibulah yang melahirkan, mendidik dan menyayangi kita dengan sepenuh hati tanpa imbalan apapun, tentunya kita patut untuk menghormati, sayangi dan cintailah ibu kalian. Karena itulah kami berdua begitu menyukai lagu tersebut, bahkan terkadang menangis saat menyanyikan lagu itu.
Ketika kami menginjak kelas III SD, kami yaitu aku, Evi, Eva, Lucky dan adikku bernama Jadi Banuarea mengikuti les Leptop, Bahasa Inggris dan Matematika yang jaraknya lumayan dekat dari rumah kami hanya 400 m dirumah buk Yantini br Sinurat. Tak hanya belajar, kami terkadang bermain saat belum mulainya pembelajaran seperti bermain game seperti Feeding (game ikan), Bounce Blitz Out, Vermintz Deluxe, Zuma, Purple Place, Catur dan banyak lagi kemudian menggambar di aplikasi Paint pada Leptop tersebut dan tentunya tak lupa berfoto banyak sekali foto yang kami ambil dan beberapa video, tetapi sekarang ini beberapa gambar yang kami ambil hanya beberapa yang terlihat saat ini. Pernah ada suatu kejadian saat aku bermain dirumah Evi kami bermain leptopnya dan memainan beberapa permainan, kemudian ketika aku sedang bermain Microsoft Office Word 2007, aku mengklik bagian Insert di Shapes
Ketika aku mengklik itu pada leptopnya, garis-garis yang terbentuk tidak terputus-putus bahkan ketika aku menekan tombol X tetap tidak bisa dan aku juga menekal tombol Ctl+Z tetap juga tidak bisa, aku hampir menangis, kemudian datanglah Lucky dan ia memperbaiki leptop tersebut, aku juga tidak ingat bagaimana dia memperbaikinya. Jika ingin mencobanya silahkan saja, aku tidak pernah lagi mencobanya karena trauma.
Di les tersebut begitu banyak sekali buku-buku, dari buku ilmu pengetahuan, buku ilmiah, buku matematika, kamus, dan buku fiksi seperti novel, cerpen, cerita rakyat, dongeng bahkan komik yang tidak terlalu terkenal. Ketika kami saat sedang istirahat kami akan membaca buku-buku tersebut seakan-akan kami adalah kutu buku padahal kami membacanya saat sedang bosan saja(sungguh lawak sekali beliau ini).
Tak hanya itu kami juga terkadang bermain diluar ruangan seperti engklek dan lompat tali. Sekarang tempat tersebut sudah tidak membuka les karena tidak adanya yang mengajar ditempat itu, dan kebanyakan yang mengajar dulu adalah seorang guru juga dimana ia mengajar di sekolah SDN 002 Tambusai. Yang mengajari kami belajar leptop adalah Bang Arman Siringo-ringo yang letak rumahnya dekat gerejaku yaitu GKPI Batas, dimana ia juga adalah guru sekolah minggu kami dulu.
Guru sekolah minggu merupakan seseorang yang mengajar dan mendidik anak-anak kristen digereja dimana ia mengajari anak-anak tersebut selayaknya guru seperti kebaikan, kesetiaan dan tolong menolong terhadap sesama manusia agar tidak membeda-bedakan dan kejalan yang salah ia jalani kedepannya. Saat ini ia tidak mengajar lagi karena ia tak lagi berada disini ia pergi Di Pekan Baru yang sekarang ia telah bekerja, memiliki istri dan anak yang sangat sehat.
Dan ada suatu permainan yang sangat mengasikkan yaitu permainan yang alatnya diambil dari daun pohon pinang yang sudah tua, kemudian salah seorang duduk dialas daun tersebut kemudian salah seorangnya lagi adalah yang menarik ujung dari daun pohon pinang tersebut secara bergantian.
Ketika kami memainkan permainan ini, kami bermain di bawah samping sahabatku tersebut dimana ada sebuah jalan, bukan jalan yang disemen tapi hanya jalan yang tidak ditumbuhi rumput. Saat kami bermain, biasanya kami memainkan saat cuaca sedang mendung ataupun hujan disiang hari, karena saat hujan ataupun gerimis tanah akan licin sehingga lebih mudah jika ingin menyeret seseorang dengan daun pohon pinang tersebut dan tentu suasanya akan semakin menyenangkan karena terkadang karena tanah yang licin tersebut tentu akan ada salah satu ataupun semua yang bermain akan terpeleset jika ada dataran rendah bahkan terpelesetnya sampai terjungkang dan terhempas ketanah, sehingga sangatlah tidak mudah untuk menahan gelak tawa kami masing-masing.
Dibawah rumah sahabatku tersebut ada dataran rendah dan terdapat genangan air yang panjang tetapi lebarnya tak sampai 2 meter, ketika saat hujan lebat tentu genangan air tersebut naik, kemudian kami masuk kedalam air tersebut dan bermain sepuasnya sampai sudah terdengar adzan magrib, bahkan kami sampai menyusuri air tersebut dari ujung sampai keujungnya
Setelah melewati beberapa bulan, aku menginjak usia 10 tahun dan evi masih menginjak usia 9 tahun di kelas IV SD terpatnya tanggal 28 Desember 2014 , ternyata ibuku melahirkan. Ibuku melahirkan dengan cara operasi di Jl. Syekh Ismail, Rumah Sakit Umum Daerah, Rokan Hulu, Pasir Pangaraian. Ibuku diminta berpuasa selama 6 jam, agar mencegah aspirasi paru-paru yang terjadi ketika isi lambung memasuki paru-paru yag akan berpotensi menghambat aliran udara dan menempatkan pasien pada risiko infeksi serius seperti pneumonia.
Saat dilakukannya operasi kami duduk diruang tunggu, tak beberapa lama kemudian terdengarlah suara tangis bayi dan ibuku masih setengah sadar karena dibius sadar. Setelah operasi selesai, tak beberapa kemudian dibawa keruang inap yang bayinya sudah dimandikan beberapa jam setelah lahir dan ternyata adikku telah diberi nama oleh ibuku sendiri, nama adikku adalah “Lasro Jaya Banuarea” dimana arti dari adikku yaitu Lasro berarti senang, Jaya yang berarti selalu berhasil, sukses dan Banuarea adalah marga dari keluarga ayah kami.
Keesokan harinya, ayah kami mengajak aku dan adikku jadi untuk pergi kepasar modern untuk membeli bebrapa makanan untuk kami makan disana kami memakan durian yang telah dibelah dan memakan bebrapa buah dan membawa buah tersebut untuk dibawa kerumah sakit. Setelah beberapa hari dirumah sakit, akhirnya dokter telah mengizinkan untuk pulang kerumah, dengan dibantu oleh beberapa tetangga kami yang membantu membawa barang-barang kami untuk dimasukkan kemobil.
Setelah kami sampai dirumah, banyak sekali tetangga yang datang untuk berkunjung melihat ibuku baik itu hanya sekedar berkunjung atapun berbincang dengan ayah maupun ibuku. Saat semua orang telah kembali kerumahnya masing-masing, ibukku meminta tolong kepada Eva untuk memasak sayur sawi yang tanpa menggunakan penyedap rasa apapun karena ibuku sedang lapar dan tidak boleh memakan makanan sembarangan yeng mengandung bahan pengawet makanan ataupun bahan lainnya yang kurang baik bagi ibu hamil karena saat masa nifasi atau menyusui, makanan dan minuman yang dikonsumsi bisa ikut terserap ke ASI den terminum oleh bayi. Hal ini bisa menyebabkan sulit tidur, dehidrasi, diare dan kolik pada bayi tersebut yang tentunya akan menyusahkan ataupun menyulitkan ibu dalam menyusui ataupun menidurkan bayi jika ia mengalami hal-hal tersebut.
Tak beberapa lama setelah adikku lahir, ibu dari Evi melahirkan. Ibunya melahirkan secara normal sehingga tidak harus kerumah sakit, hanya memanggil bidan terdekat. Saat beberapa orang sedang berada dirumah Evi, aku sedang dirumah untuk mandi. Ketika aku setelah mandi seseorang berteriak memanggil aku dari luar, ia adalah tetangga rumah kami bernama “Darwin siringo=ringo”
“Gabe!” panggilnya beberapa kali
“Apa bang?” teriakku juga menyahut
“Tabraan si Jadi” teriaknya
“Seriusnya?!!” kataku masih tak percaya
“Iya, didekat kuda lumping tabraknya” jawabnya
Sontak aku bergegas mengenakan pakaianku yang masih tertinggal.
Saat itu ada sebuah acara Kuda Lumping didekat peron dekat Masjid Baitulrahman. Adikku (jadi) dan temannya Amos sedang melihat acara tersebut, lalu saat sudah merasa bosan adikku tersebut lapar dan memanggil temannya untuk pulang makan. Saat hendak menyeberang jalan, adikku sudah merasa kosong kiri dan kanan, ternyata tidak masih ada motor yang melaju kencang dari arah jalan dan adikku sudah lari ditengah jalan.
Amos juga hendak menangkap adikku tersebut ternyata ia sudah terlebih dahulu berlari menyeberang dan tertabrak oleh dua orang banci yang membawa burung dalam sangkar, ketika bertabrakan burung tersebut telepas dan terbang keudara. Kata orang-orang yang melihat kejadian tersebut adikku tergelinding jauh setelah tertabrak dan berlumuran darah, saat mendengarkan hal tersebut ibuku menangis dengan histerisnya. Setelah ia tertabrak orang-orang membawa adikku tersebut ke bidan Genta, ternyata alat yang dibutuhkan hanya ada di rumah sakit, kemudian adikku tersebut dilarikan kerumah sakit Insani dengan badannya yang setengah sadar dan mata yang biru.
Saat kami semua hendak kerumah sakit tentunya adikku Lasro dijaga oleh tetangga keluarga Shinta, karena tentu tidak mungkin membawa adikku tersebut yang belum genap 1 tahun dibawa kerumah sakit tentunya akan susah dan menyulitkan. Aku memberitahu berapa ukuran dalam memberi susu dan air panas yang harus diberikan pada adikku tersebut ketika ia kelaparan. Ternyata ibukku menyuruhku untuk tidak ikut dan dirumah tetanggaku untuk menjaga adikku tersebut.
Setelah itu mereka berangkat kerumah sakit tersebut. Keesokan harinya akupun juga pergi saat menjelang sore hari yang diantar oleh kakak sepupu dari ibuku menggunakan sepeda motor. Setelah tiba dirumah sakit, sampailah kami berdua diruang inap adikku tersebut.
Saat tiba aku melihat adikku tergeletak dikasur sambil mendengarkan kedua orang tuaku berbincang, begitu banyak barang dan makanan didalam tersebut,