Seorang wanita tua tampak mengais makanan dari tempat sampah sebuah rumah makan. Karena bau badannya yang menganggu pengunjung, maka pemilik kedai pun langsung mengusir wanita itu.
Ia berjalan menyusuri jalanan dengan begitu riang, meskipun semua orang langsung menutup hidungnya saat berpapasan dengannya. Ia juga tak menghiraukan ucapan anak-anak kecil yang terus mengejeknya dan mengatainya orang gila.
"Orang gila...orang gila!" seru mereka mengikuti kemana wanita itu pergi dan sesekali melemparinya dengan sampah botol plastik.
Ia malah tertawa dan menari-nari mengira jika anak-anak itu menyukainya. Melihat hal itu anak-anak langsung mengerubutinya dan terus meneriakinya orang gila, namun wanita itu tak peduli dan terus menari.
"Awas jangan dekat-dekat wanita itu, nanti kamu bisa dijadikan tumbal pesugihan olehnya!" seru seorang wanita langsung menarik anaknya menjauh dari wanita itu
Seketika Farida berhenti menari, matanya yang besar seketika membulat menatap nyalang wanita di hadapannya.
Entah kenapa tatapan mata itu begitu menakutkan hingga membuat semua anak-anak langsung berlari meninggalkannya, begitupun dengan wanita itu yang langsung menarik anaknya pergi.
"Dasar wanita iblis, pergi kau dari sini!" seru seorang lelaki melemparkan batu kerikil kearahnya hingga mengenai pelipis Farida.
Darah segar mengucur deras dari kening wanita itu,
"Pergi dari sini atau aku akan menyeret mu!" ancam lelaki itu penuh amarah
Farida hanya tertawa mendengar ucapan lelaki itu, tentu saja hal itu membuat Pria itu semakin marah dan langsung menarik tangannya.
Lelaki itu terus menyeretnya meskipun wanita itu meronta mencoba melepaskan diri darinya.
"Sakit!" teriak Farida mencoba melepaskan tangan pria itu yang mencengkeram erat lengannya
"Lepaskan dia pak,"
Seorang wanita muda menghampiri mereka,
"Dia pasti kesakitan karena bapak mencengkeramnya terlalu keras, jadi tolong lepaskan wanita itu,"
"Aku akan mengusirnya dari kampung ini, aku takut dia akan mencelakai warga kampung ini," jawab lelaki itu
"Dia hanya seorang wanita tua, jadi mustahil baginya untuk mencelakai warga. Jangankan untuk menyakiti orang bahkan menjaga dirinya sendiri dia tidak mampu," jawab wanita itu membuat Farida seketika langsung menangis tersedu-sedu
"Cih, jangan tertipu dengan fisiknya yang lemah dan tua, dia itu seorang pengabdi setan jadi bisa saja ia melakukan hal itu dengan bantuan mahluk piaraannya," sahut Lelaki itu
"Kalau masalah itu aku bisa menjamin jika nenekku tidak akan pernah berbuat seperti itu," jawab gadis itu
Ia kemudian melepaskan lengan lelaki tua itu dan menenangkan Farida yang masih menangis tersedu-sedu.
"Jangan menangis, ada Siti yang akan selalu menjaga nenek, sekarang diem ya," bujuk gadis itu sambil mengusap air mata Farida
Gadis itu kemudian menggandeng lengan Farida dan mengajaknya pergi dari tempat itu.
Dari kejauhan seorang wanita mengendap-endap mengikuti keduanya.
Wanita itu tiba-tiba berhenti saat melihat Farida dan gadis muda itu berhenti di depan rumah yang begitu familiar baginya.
"Tidak mungkin, bagaimana dia bisa selamat," ucap wanita itu begitu terkejut saat melihat Farida dan gadis muda itu masuk kedalam rumah itu.
Karena penasaran ia bergegas mendekati pintu gerbang rumah itu, saat ia menarik engsel pintu untuk membukanya wanita itu begitu terkejut saat melihat sosok menyeramkan yang tiba-tiba muncul dihadapannya.
"Arrghhh!!" teriaknya begitu keras
Ia langsung membanting pintu dan berlari pergi meninggalkan tempat itu.
Wanita itu tiba-tiba terjatuh karena ada sesuatu yang menghalanginya. Ia begitu ketakutan dan terus berusaha bergerak agar bisa berlari dari kejaran sang mahluk menyeramkan yang terus mengejarnya.
Mendengar suara teriakan membuat seorang gadis muda keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Sesosok bayangan itu tiba-tiba lenyap saat gadis itu menghampiri wanita itu dan mengulurkan tangannya.
"Bi Rasti??" ucap Siti tak percaya melihat wanita didepannya
Wanita itu terlihat begitu malu saat Siti masih mengenalinya.
Bagaimana tidak, setahun lalu ia meninggalkan gadis itu ketika mengetahui Sunarto berusaha menjadikannya sebagai tumbal untuk menyelamatkan istrinya.
"Apa ibu yang selama ini mengirimkan makanan dan juga uang kepada kami?" tanya Siti membantu wanita itu berdiri
Rasti menggelengkan kepalanya,
"Jadi bukan ibu yang memberi kami makanan selama ini?" tanya Siti kembali memastikan
"Bukan, aku bahkan baru tahu jika kalian masih hidup. Aku pikir kau dan Ibu sudah ...." tiba-tiba Rasti menghentikan ucapannya saat melihat Farida menatapnya tajam
Wanita tua itu melangkah mendekatinya membuat Farida semakin ketakutan dan berlindung di belakang Siti.
Saat Farida hendak mencekiknya, Siti segera melafazkan ayat kursi hingga membuat wanita itu langsung jatuh pingsan.
Siti kemudian memapah Farida masuk kedalam rumah dibantu oleh Rasti.
Ia kemudian membaringkan wanita tua itu ke tempat tidurnya.
"Sekarang rumah ini benar-benar berbeda," ucap Rasti menatap sekeliling kamar Farida
"Apa kau yang merubah semuanya?" tanya Farida
Siti mengangguk, "Alhamdulillah di bantu seorang Kyai, akhirnya kami bisa membuang aura mistis di rumah ini," jawab Siti
"Kau benar-benar luar biasa, padahal kau masih muda tapi kau bisa melalui semuanya sendirian,"
"Aku tidak sendirian Bi Rasti, ada Pak Kyai dan santrinya yang selalu membantu kami, dan juga Allah yang senantiasa menjawab setiap doa-doaku," jawab Siti
"Apa Bu Farida masih berteriak kesakitan saat magrib menjelang?" tanya Rasti
"Alhamdulillah sekarang sudah tidak lagi, tapi setelah kejadian malam itu, Ibu Farida menjadi terganggu jiwanya," jawab Siti
"Jadi maksud kamu dia gila sekarang?" tanya Rasti
Siti mengangguk pelan.
"Sayang sekali, kenapa nasibnya jadi seperti ini," sesal Rasti
Wanita itu menatap sendu mantan majikannya yang juga menjadi ibu angkatnya.
Tiba-tiba air matanya menetes saat membayangkan kehidupan mewah Farida yang berakhir memilukan.
Farida dulu adalah seorang wanita kampung yang miskin. Ia sangat mencintai Sunarto putra tunggal seorang lurah. Namun cinta mereka tak direstui karena Farida anak orang miskin. Karena begitu besar cintanya kepada Sunarto membuat Ia nekad mengambil jalan pintas untuk mendapatkannya, bukan dengan pelet atau susuk tapi ia menjadi pengabdi setan. Ia melakukan pesugihan agar disetujui menikah dengan Sunarto. Di hari pernikahannya Ibunya meninggal gantung diri. Orang-orang mengira ibunya stress karena putrinya meminjam uang kepada rentenir hingga ia gantung diri.
Padahal ia adalah orang pertama yang dijadikan Farida sebagai tumbal pesugihanya. Di susul kematian ayahnya yang meninggal kerena kecelakaan tunggal di hari ke 40 ibunya meninggal. Mungkin bagi orang awam itu memang terlihat seperti kecelakaan biasa, tapi bagi orang yang menggunakan logikanya itu bukan kecelakaan biasa. Ia meninggal dengan kepala hancur berkeping-keping, padahal lelaki itu masih menggunakan helm dan helmnya masih utuh tanpa lecet sedikitpun.
Sunarto mulai curiga saat ia kehilangan anaknya berturut-turut dalam waktu yang tak berselang lama. Kehilangan dua anak-anaknya membuat lelaki itu akhirnya mencari tahu penyebab kematian anak-anaknya. Ia mendatangi orang pintar, untuk menanyakan hal tersebut. Dari seorang dukun ternama ia baru tahu bahwa istrinya melakukan pesugihan. Saat itulah ia kemudian memutuskan untuk bercerai dengan Farida dan membawa kedua anaknya yang masih tersisa. Namun Farida menolak bercerai dengannya dan mengatakan ia akan berhenti Muja. Ia kemudian mendatangi dukun tempat ia melakukan perjanjian Pesugihan. Dukun mengatakan ia tidak bisa memutuskan perjanjian dengan mahluk halus kecuali ia sudah meninggal.
"Tidak semudah itu Farida, sekali kau terlibat perjanjian dengan mahluk gaib maka kau tidak bisa memutuskannya kecuali jika kau sudah mati," ucap sang dukun membuat Farida ketakutan
"Aku tidak bisa membantumu karena itu hanya akan membahayakan nyawaku,"
Mendengar sang dukun tidak bisa membantunya membuat Farida kemudian meminta bantuan seorang Kyai.
Ia pergi ke sebuah pondok pesantren menemui seorang Kyai dan menceritakan semuanya.
Dengan bantuan sang Kyai ia berhasil lepas dari jerat Pesugihan. Kedua putrinya selamat dan terpaksa harus hidup jauh darinya agar para lelembut itu tak mengejarnya.
Namun semuanya tidak semudah yang dibayangkan oleh Farida meskipun ia telah lepas dari perjanjian gaib, namun tetap saja mahluk gaib itu terus menerornya hingga membuat wanita itu stress dan jatuh sakit.
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh Sunarto untuk mengobati penyakit istrinya, namun setiap di bawa ke rumah sakit, dokter selalu mengatakan bahwa Farida baik-baik saja. Itulah yang membuat Sunarto akhirnya memilih merawat istrinya di rumah.
Sampai dua tahun ia terbaring di ranjang seperti mayat hidup, setiap magrib ia akan menjerit-jerit kesakitan.
Melihat kondisi istrinya yang semakin parah membuat Sunarto ketakutan dan memilih tinggal di panti jompo. Tentu saja ia juga takut karena mahluk gaib itu selalu mengganggunya saat ia tetap tinggal di rumah ini.
Tiba-tiba malam itu dukun tempat Bu Farida meminta pesugihan memberitahunya untuk memberikan tumbal terakhir kepada Sang Gonoruwo jika ingin Farida sembuh dan keluarga mereka bisa melepas perjanjian gaib dengannya.
"Jadi itu alasan kalian meninggalkan aku malam itu?" tanya Siti
Rasti mengangguk malu tanpa berani menatap gadis itu.
"Lalu bagaimana kau bisa selamat?" tanya Rasti penasaran
Siti kemudian menceritakan bagaimana ia melawan Farida yang berusaha membunuhnya. Gadis itu terus melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an sebisanya agar bisa menyadarkan Farida yang kerasukan menurutnya.
Tubuhnya terhempas menghantam dinding, saat Farida melemparkan dirinya.
Wanita itu menyeringai menatap Siti yang meringis kesakitan. Ia kemudian mengambil sebuah kursi dan kemudian menghantamnya kearah Siti. Beruntung gadis itu segera menghindar, ia kemudian berlari keluar dan meminta pertolongan. Beruntung ada seorang lelaki paruh baya yang menolongnya.
"Bantu aku membaca ayat kursi," ucap lelaki itu kemudian melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an
Dengan bantuan Sang Kyai, Farida akhirnya jatuh ke lantai. Lelaki itu kemudian meminta Siti mengambilkan segelas air putih untuknya. Tidak lama Farida sadar, namun wanita itu langsung tertawa terbahak-bahak melihat Siti dan sang Kyai.
"Apa yang terjadi dengannya Aki?" tanya Siti
"Sepertinya mahluk itu masih tidak bisa melepaskannya. Ia memang sudah tidak menyakiti tubuhnya lagi, tapi ia sengaja membuatnya menjadi gila," jawab sang Kyai
Siti menatap lekat wajah Farida yang masih tak sadarkan diri di depannya.
"Lalu kenapa kau tidak membawanya ke rumah sakit jiwa?" tanya Rasti
"Aku sudah pernah melakukannya, tapi Bu Farida sepertinya tidak mau tinggal di sana. Bukan hanya rasa sakitnya yang kembali kambuh saat ia di rawat di rumah sakit jiwa, sepertinya mahluk itu terus menerornya di sana hingga ia minta pulang," kenang Siti
"Mungkin ia merasa aman saat bersama mu. Terimakasih Siti sudah menjaganya meskipun kau tidak mendapatkan gaji darinya," ucap Rasti
"Aku ikhlas melakukannya, lagipula aku sudah menganggapnya sebagai nenekku sendiri, karena aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini aku bersyukur karena ada Bu Farida yang mau menampung ku di sini," jawab Siti
"Lalu dimana suami dan anak-anak Bu Farida sekarang??, aku harap kau bisa memberitahukan kepada mereka jika beliau masih hidup, aku yakin ia akan semakin membaik jika bertemu dengan keluarganya lagi," imbuh Siti
"Kalau Pak Sunarto sudah meninggal dua hari yang lalu, tapi kalau kedua anaknya mereka tinggal di luar negeri kata pak Sunarto. Tapi aku tidak tahu alamat mereka apalagi nomor ponselnya, jadi aku tidak bisa memberitahukan kepada mereka jika ibunya masih hidup," jawab Rasti
Tiba-tiba keduanya dikagetkan dengan suara Farida yang tiba-tiba saja berteriak kesakitan.
Wanita itu meraung-raung dan berusaha menyakiti dirinya sendiri.
Melihat hal tersebut membuat Siti segera menghubungi seorang Kyai untuk membantunya menghadapi Farida yang mulai bertingkah aneh.
Wajahnya yang berubah pucat dengan mata yang seketika berubah memutih membuat wanita itu terlihat begitu menakutkan.
Rasti langsung berlari dan bersembunyi dibelakang Siti.
Alunan suara merdu Siti membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an membuat Farida tertawa terbahak-bahak, ia melompat ke langit-langit kamar dan merayap seperti seekor cicak.
Rasti segera berdzikir saat netra farida beradu pandang dengannya.
"Dimanapun mereka tinggal, aku pasti akan menemukannya, aku pasti akan membunuhnya kerena mereka adalah milikku," ucap Farida kemudian menjatuhkan dirinya kelantai.
Rasti langsung menghampiri wanita itu dan berusaha menolongnya, namun Farida kembali bangkit membuat Rasti berlari ketakutan. Wanita itu langsung mengambil pisau dari dapur dan mengarahkannya kepada Rasti.
"Sadarlah Nek, lawan mahluk itu dan istighfar," ucap Siti berusaha membisikkan ayat-ayat suci ke telinga wanita itu
Farida menarik kerudung Siti dan mendorong gadis itu hingga terjungkal ke lantai,
"Maafkan aku ibu, aku memang bersalah karena meninggalkan dirimu, tolong ampuni aku ibu," ucap Rasti memohon ampun
Farida menyeringai dan kemudian menjambak wanita itu.
"Arrrrgghhh!!"
Siti segera bangkit dan menarik tubuh Farida.
"Kenapa kau begitu ikut campur anak muda!" seru Farida mencekik leher Siti
Saat tangan wanita itu akan mengarahkan pisau ke arah Siti, entah kenapa Farida berusaha menahan tangannya agar tak melukai Siti.
Wajah polos Siti yang selalu setia merawatnya dan memanggilnya nenek membuatnya mencoba sadar dan melepaskan diri dari pengaruh mahluk gaib yang merasukinya.
"Sadarlah nenek, istighfar!" seru Siti
Entah kenapa Farida kemudian memilih menggorok lehernya daripada menyakiti gadis muda yang selama ini merawatnya.
*Bruugghhh!!
"Arrrrgghhh!!" Rasti berteriak histeris melihat kematian tragis mantan majikannya itu.
"Inna Lillahi wa inna ilaihi Rojiun,"