Megan dan Pandu adalah sepasang pengantin baru, mereka bukan berasal dari keluarga kaya raya yang bisa membeli rumah mewah seperti cerita di dalam dongeng.
Namun mereka sangat bersyukur bisa membeli sebuah rumah yang lumayan luas buat seukuran mereka yang masih tinggal berdua.
Rumah itu sudah satu tahun dikosongkan oleh pemiliknya yang lama, lalu di jual melalui sosial media, namun rumah bertingkat satu itu cukup menarik karena sudah di cat ulang agar tidak terlihat kumuh, walaupun terkesan klasik.
"Sayang minggu ini Mas bagian shift malam ya. Gak apa-apa kan kamu ditinggal sendirian di rumah?" ucap Pandu, sambil menikmati sarapan paginya.
"Ya gak apa-apa Mas." Megan memang sudah tau sekali mengenai pekerjaan suaminya.
"Mau suruh mama aja buat nemenin kamu?" Pandu merasa tidak enak hati meninggalkan Megan sendirian di rumah, apalagi baru satu hari mereka tinggal disana.
"Gak usah mas, pamali nyuruh-nyuruh orang tua." Ya begini resikonya punya suami yang tidak memiliki saudara alias anak tunggal, apalagi Megan berasal dari kota Bandung, sebagai seorang istri Megan pasti memilih ikut bareng suaminya ke Jakarta.
Walaupun Megan sebenarnya tidak yakin apa dia bisa sanggup ditinggal sendirian oleh Pandu, karena rumah yang mereka tempati terkadang membuat bulu kunduknya berdiri tanpa sebab, tapi Megan memang harus terbiasa dengan semua keadaan di rumah ini.
Malam pun tiba, Pandu sudah berangkat kerja. Dan Megan tinggal sendirian di dalam rumah. Megan berusaha bersikap biasa saja, dia mencuci piring di dapur dengan santai.
Tap...tap...tap...
Tiba-tiba terdengar suara langkah seperti ada seseorang yang sedang berjalan, Megan segera mematikan air keran, dia rasa mungkin saja Pandu balik lagi karena ketinggilan sesuatu.
Megan mencari sumber suara dimana langkah itu terdengar, dia masuk ke ruang tamu, "Mas Pandu!" Megan memanggil nama suaminya.
Namun rupanya tidak ada siapa-siapa disana.
Bulu kunduk Megan terasa merinding, ada sesuatu yang dingin serasa menyentuh tengkuknya, begitu tegang. Padahal suara langkah itu terdengar begitu jelas.
Megan segera masuk ke dalam kamar, dia mencoba menenangkan dirinya, mungkin saja itu hanya halusinasi, bisa saja dia salah dengar gara-gara dia sendiri yang hatinya merasa takut dengan suasana di rumah ini.
Megan menarik selimut, dia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Dia berharap dia bisa segera tidur malam ini, namun sayangnya rasa ngantuk itu tak kunjung datang.
Tok...tok...tok...
Megan semakin menegang saat ada suara seseorang yang sedang mengetuk pintu, padahal dia tau di rumah tidak ada siapa-siapa.
Megan hanya bisa duduk di sudut kasur dengan penuh rasa takut, dia tidak bisa lari kemana-mana. Dia menyesal seharusnya dia menginap saja di rumah mertua.
Megan semakin ketakutan begitu terdengar suara tangisan seorang wanita, seakan orang itu ada di dekatnya.
Hik...Hik...Hik..
Hik.. Hik...Hik...
Suara tangis itu makin lama makin terdengar jelas. Megan sudah tidak kuat lagi dengan semua gangguan penghuni rumah ini, dia segera menelpon suaminya.
Namun sayangnya Pandu tidak langsung mengangkat telepon darinya karena dia belum menegang ponselnya, dia jarang memegang ponsel saat lagi bekerja.
Tok...Tok...Tok...
Terdengar kembali suara ketukan pintu. Ingin rasanya Megan menjerit tapi bibirnya mendadak kelu, malah tangannya terus saja gemetaran.
Megan tersentak kaget saat tiba-tiba televisi di kamar menyala sendiri, dia sangat sangat ketakutan sekali.
Drrrtt...Drrrtt...
Ponsel Megan tiba-tiba bergetar, itu ternyata panggilan telepon dari Pandu.
Megan langsung mengangkatnya "Mas..."
"Kenapa sayang?"
"Mas, a-aku takut mas..." Bibirnya terasa berat sekali untuk berucap.
"Takut kenapa sayang? Coba bicara yang jelas."
" A-aku...aku men-dengar suara tangisan Mas. Aku takut."
"Paling suara tetangga kali sayang."
"Nggak Mas, ini ada yang ngetuk pintu kamar juga. Aku takut Mas. Mas cepat pu..."
Ponsel Megan mendadak mati, rupanya dia lupa belum mencharger poselnya.
Megan tidak mendengar suara apa-apa lagi, dia memilih untuk keluar saja dari kamar ini, dia ingin pergi dari sana dan menginap di rumah mertuanya.
Megan mulai membuka pintu kamar, dia berjalan dengan pelan sementara kakinya gemeteran, terasa berat untuk melangkah, dia terus menoleh ke kiri dan kanan berharap tidak akan melihat sesuatu yang mengerikan.
Matanya terbelalak begitu melihat ada sosok perempuan memakai gaun putih yang sudah lusuh, dan berambut panjang gimbal, perempuan itu sedang duduk di kursi goyang.
Megan ingin berlari secepat mungkin namun sayangnya kakinya mendadak keram, terasa berat untuk melangkah, yang ada tubuhnya mengeluarkan banyak keringat, menggigil ketakutan.
Apalagi saat perempuan itu menoleh ke arahnya. Begitu terlihat jelas wajahnya yang rusak dengan matanya yang melotot hampir saja mau keluar.
Megan ingin sekali menjerit tapi seakan mulutnya mendadak bisu. Yang ada tubuh Megan malah ambruk ke lantai, tidak sadarkan diri.
****************
Pandu sangat tidak tenang menjalani pekerjaannya, dia begitu mengkhawatirkan istrinya, karena itu dia memutuskan untuk meminta izin pulang lebih awal.
Begitu sampai rumah, Pandu langsung membuka kunci rumah, dia mencari keberadaan Megan dan memanggil nama sang istri, "Megan!"
Namun sayangnya tidak ada jawaban dari Megan. Pandu mencari Megan ke kamar, tidak ada juga Megan disana. "Dimana dia?" Pandu sangat mencemaskan istrinya.
Pandu mendengar ada suara seseorang yang sedang memotong sesuatu dengan pisau di dapur, Pandu segera berlari ke dapur, Pandu merasa lega ternyata Megan sedang ada di dapur.
Tumben sekali Megan mengurai rambut panjangnya. Dia sedang memotong-motong daging ayam.
"Megan, ini sudah larut malam. Tumben masak jam segini?"
Namun tidak ada jawaban dari Megan, Megan masih terus memotong-motong daging ayam itu semakin kecil dengan cepat sampai tangannya ikut teriris.
Pandu segera menahan tangan Megan, dia ngeri melihatnya, "Megan, tangan kamu terluka." Dia merasa ada yang aneh pada gelagat istrinya itu.
Pandu merasakan tangan Megan begitu dingin seperti orang mati, dia kaget saat melihat wajah Megan karena Megan melotot ke arahnya, bahkan mulutnya banyak sekali darah seperti habis makan daging ayam mentah.
"Astagfirullah Megan," Pandu langsung menepis pisau dari tangan Megan karena takut Megan melukai dirinya sendiri.
"Hihihihi.." Megan malah cekikikan suaranya menyerupai kuntilanak.
Megan ingin mencakar Pandu, beruntung Pandu bisa menahannya. Dia merangkul istrinya dengan erat, sambil membacakan do'a-do'a yang dia bisa. Sampai akhirnya Megan jatuh pingsan.
****************
Megan sudah tiga hari tidak sadarkan diri, banyak keluarganya dari Bandung dan keluarga Pandu yang mendo'akannya agar Megan bisa cepat sadar.
Bahkan Pandu sudah memanggil beberapa orang pintar maupun Ustadz untuk menyembuhkan Megan.
Sampai akhirnya Pandu memangil Ustadz Umar, tiada henti Ustadz Umar melantunkan salah satu ayat suci Al-Quran, sampai badan Megan bereaksi, jemarinya mulai bergerak.
Megan seperti sedang berada di sebuah tempat yang sangat gelap, dia melihat ada seberkas cahaya dan mendengar lantunan ayat suci Al-Quran, sampai dia terus mengikuti sumber suara dan cahaya itu.
Dengan perlahan Megan membuka matanya, dia seperti sedang kelelahan sampai nafasnya terasa sesak dan badannya berkeringat dingin. "Mas!"
Pandu memeluk sang istri, "Ya Alloh, Alhamdulillah akhirnya kamu bisa bangun sayang."
****************
Pandu dan Megan baru mengetahui konon katanya rumah ini dulu penghuninya seorang dukun santet, bahkan dulu dia matinya secara tidak wajar, entah itu dibunuh atau bunuh diri, tidak ada yang tau penyebab kematian dukun tersebut, yang pasti dia akan mengganggu siapapun yang menghuni rumahnya.
Padahal rumah itu dijual oleh anak dari dukun itu.
Karena itu Megan dan Pandu memutuskan untuk pindah rumah dari sana.
TAMAT