Ah, andai saja dulu aku tidak melakukan hal bodoh. Mungkin sekarang aku sudah bahagia bersamanya. Aku benar-benar menyesal, bahkan penyesalan ini aku bawa sampai tua. Ya tua, kini usia ku sudah kepala empat, dan aku masih sendiri.
Rasa yang aku miliki untuk dia, nyatanya tidak berkurang sedikitpun sampai sekarang. Entah kenapa rasa ini tak berkurang sedikitpun setiap harinya, entah kenapa juga, aku masih saja berharap akan bisa bersamanya.
Aku sudah begitu lama tidak mendengar kabarnya, entah seperti apa sekarang. Sosial medianya sudah begitu lama tidak on, mungkin karena sibuk ngurus anak-anaknya jadi tidak lagi bermain sosmed.
Sampai di suatu ketika, saat aku tengah menyendiri di pinggir pantai menanti datangnya senja. Aku kembali bertemu dengannya, bertemu dengan anak perempuan nya yang sudah besar. Seketika itu bahagia ku sudah tidak terkira. Aku sangat bahagia.
Sampai di mana kita ngobrol, dan aku begitu terkejut dengan keadaanya sekarang yang sudah sendirian. Entah kenapa aku tidak mendengar kabar bahwa suaminya meninggal dalam kecelakaan pesawat waktu itu.
Aku yang terlalu fokus dengan kerjaan, sampai tidak ngeh dengan berita waktu itu.
Mungkin aku salah karena begitu aku mendengar ceritanya aku malah ber-ucap syukur.
Dan aku sangat berharap pertemuan itu jadi jawaban dari doa-doa ku selama ini.
Dan benar saja, Tuhan masih begitu baik padaku.
Aku bertemu dan bersatu kembali dengan dirinya. Setelah memulai kembali perjuangan ku untuk mendapatkan nya yang begitu berliku-liku akhirnya aku bisa bersamanya lagi.
Dan akhirnya cinta pertama kami kembali menyatu.
Dan di usia ku yang sudah banyak ini, aku tidak mengharapkan keturunan dengan nya. Aku cukup memberi cinta ku seutuhnya saja untuk dirinya, dan jadi ayah sambung yang baik untuk kedua anaknya.
Dan aku begitu bahagia sekarang, karena cintaku kembali di ujung senja ku.
Yang berbahagia ....
Riki & Batari