Sebenarnya bagaimana harus dimulai, semua orang yang berubah sikap, entah dari mana atau entah sihir apa yang membuat mereka berubah.
Aku merasa takut mengambil tangan mereka.
Mereka dulu membenciku, lalu kenapa menyayangiku dengan sangat?
...
"Mama, hari ini aku mendapat nilai ulangan Biologi 98. Aku akan belajar lagi yang rajin, tetapi jangan hukum aku untuk hari ini. Tanganku, masih sakit."
Aku menutupi tanganku yang penuh dengan kemerahan akibat pukulan keras dari keteledoran ku mengerjakan PR dengan jawaban salah. Pelakunya adalah Mama dan Aku tidak berani membantahnya.
Untuk apa Aku bantah?
Seluruh keluarga akan semakin membenciku.
"Sayang, Mama tidak marah kok. Perlihatkan tanganmu."
Badanku gemetar, apa Mama akan memukulku lagi?
"Sayang, kenapa kamu gemetar?"
Mama menyadarinya, dia maju mendekatiku. Astaga, aku sangat gugup. Butir-butir keringat membasahi dahiku. Aku hanya berharap rasa sakit itu berkurang.
Mama mengusap dahiku yang basah, kemudian memegang tanganku, raut wajahnya menjadi sedih. Tanpa sadar, Mama menangis pelan.
Menangis?
"Ma-Mama, ke-kenapa? Aku, aku akan lebih rajin belajar. Ja-jangan menangis."
Aku kebingungan, aku tidak pernah sekalipun melihat raut muka Mama yang seperti ini. Ada apa dengan tangisannya? Apakah kesalahanku lebih fatal?
"Sayangku, Mama obati ya?"
"A-apa?"
"Sebentar saja, biarkan Mama mengobati tanganmu."
Dengan masih kebingungan, aku mengangguk patuh.
Lalu, Mama menggiringku duduk di ruang tamu. Sedangkan Mama duduk di lantai untuk mengobati tanganku.
Alkohol menyengat kulitku.
Aku masih diam.
Obat merah menutupi lukaku.
Aku masih diam.
Setelah perban mengikat tanganku, aku kembali menatap wajah Mama. Masih ada, air mata yang tersisa dimatanya.
"SAYANG!"
Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam rumah, berlari cepat menuju ke arahku dan Mama. Tanpa aba-aba Papa memelukku.
Ada apa dengan kalian?
"Bi-bisakah Papa menerima maaf darimu?"
Papa tidak pernah memperdulikan Aku, kenapa minta maaf? Kamu sudah tidak memperdulikan Aku sejak lama, kenapa baru sekarang minta maaf? Ada apa dengan semua ini?
Setelah melepas pelukan, Papa dan Mama saling bertatapan. Kemudian mengangguk bersamaan.
Lalu, Mama membuka permintaan. "Apa kamu mau pergi ke rumah sakit?"
"Bisakah kamu setuju? Kumohon, jawab permintaan Mamamu. Kumohon, setujulah." Lanjutnya.
Aku menundukkan kepala, melihat mata mereka berdua yang penuh keprihatinan dan kasih sayang membuat Aku kesulitan memandang mereka. Dengan gugup, Aku menjawab. "I-iya."
...
Papa dan Mama mengantarku ke rumah sakit, berjumpa dengan dokter dan suster membuatku semakin gugup. Kedua tanganku dipegang Papa dan Mama dan Aku sedikit terkejut saat mereka melakukannya. Tetapi semakin lama, Aku terbiasa.
Di dalam ruangan rumah sakit. Aku menatap dokter dan suster dengan tersenyum tipis. Entah pemeriksaan apa yang mereka lakukan, Aku tahu mereka melakukannya bukan tanpa alasan. Entah itu alasan baik atau buruk untukku.
Aku menghela napas.
"Semua pasti baik-baik saja." Batinku setiap kali ketakutan menghantui diriku. Entah ketakutan ditinggalkan sendiri, kekerasan, atau hal menakutkan lainnya. Aku siap untuk menguatkan hatiku.
...
3...
2...
1...
Pintu terbuka.
Papa dan Mama menghampiriku dengan tangisan. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi aku tersenyum manis kepada mereka berdua. Kemudian, Aku dibawa ke ruang lain.
Beberapa saat kemudian, Papa dan Mama memeluk diriku. Kenapa dengan mereka?
Lalu, ada seseorang pria yang Aku kenal datang. Dia datang tergesa-gesa, terbukti dengan pernapasan yang tidak lancar.
Dia menyapa. "Hai, Adik."
Aku termenung.
Tidak pernah sekalipun mendengar pria ini mengatakan Aku adiknya. Biasanya pria ini memanggilku pengganggu.
Dia mendatangiku dengan membawa boneka lucu.
Boneka beruang kecil.
Dia meletakkan boneka beruang kecil di samping ranjang rumah sakitku, kemudian mengecup dahiku. "Maaf Adik."
Kemudian Papa, Mama, dan Kakak tiba-tiba saja mengatakan sesuatu yang tidak pernah mereka ucapkan.
"Kami menyayangimu."
Entah kenapa, hatiku tersentuh. Dan air mataku keluar tanpa sebab. Aku tidak menyuruh air mata ini keluar, tetapi itu keluar dengan banyak.
Ada apa dengan mereka?
"Mama tidak akan menyakiti lagi, Sayang." Ucap Mama.
"Papa akan selalu menjagamu." Ucap Papa.
"Adikku sayang, seseorang yang kamu panggil 'Kakak' ini akan selalu di sampingmu." Ucap Kakak.
Aku tersenyum.
Aku menjawab mereka.
"Kalau begitu, tolong cintai aku dengan banyak."
Seorang dokter mendatangi ruangan kami, tiba-tiba suasana di ruangan berubah.
Papa dan Mama keluar dengan dokter, sedangkan Kakak menemaniku.
Di luar, Aku tidak dapat mendengar suara dokter.
Yang Aku tahu, ada suara teriakan orang-orang yang meneriaki seseorang yang pingsan.
Kuharap, itu bukan hal yang buruk.
Karena Aku, ingin menerima cinta lebih banyak lagi.