"Aku menemukan makanan kaleng yang masih bisa dimakan. Apa kau mau?"
"hmm... tentu."
Membuka kaleng dan makan. Rasa sedikit tak enak jika dibandingkan dengan makanan segar, tapi tak ada waktu untuk memilih.
Mereka berdua bahkan dikatakan beruntung karena masih bisa makan.
"Yuli, ada kau sudah kenyang?"
"lumayan. Ini mungkin terlambat, tapi apa ada gunanya kita makan?"
"ini bukan waktunya bercanda."
"bercanda kah..."
Yuli tertawa kecil. Dia lalu melirik ke arah jendela supermarket.
Jalanan yang ramai penuh dengan orang sudah tak ada lagi. Bahkan jalan bisa dibilang sudah musnah, lebih tepat jika disebut melayang ke entah berantah.
Jika pernah menonton film genre SF tentang kehancuran dunia, maka inilah pemandangan yang dia lihat saat ini.
Benua terbelah menjadi beberapa bagian. Atau mungkin saja planet yang terbelah menjadi kepingan kepingan kecil.
Tak ada yang tahu jumlah korban yang mati dan yang selamat. Yuli bertemu dengan teman sekelasnya bisa dibilang sebuah keajaiban aneh di tengah kehancuran ini.
"apa ada gunanya memikirkan hari esok yang tak diketahui? Hm.. memang ada yang disebut hari esok?"
Dunia mengalami kehancuran. Entah berapa hari lagi dunia masih bisa bertahan.
Fakta dunia belum sepenuhnya meledak menjadi debu sendiri menjadi salah satu keajaiban.
"Selama matahari masih tenggelam di barat, akan selalu ada hari esok."
"Apa kau menemukan arah barat?"
"Di sana?"
Yuli menunjuk ke arah kegelapan yang mulai datang. Tentu saja itu tak bisa digunakan sebagai referensi karena arah sudah tak jelas lagi.
"ha... lupakan. Kita istirahat dan tidur. Besok kita mencari tempat baru."
"Kau tidak seru, Amy."
"Aku hanya ingin hidup."
"..."
Keduanya tahu itu hanyalah sebuah angan palsu. Keluarga, teman dan orang orang yang mereka kenal sudah pergi lebih dulu.
masih selamat di situasi sekarang entah bisa disebut sebagai keberuntungan atau sebuah kemalangan. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Keesokan paginya, mereka berdua pergi setelah mengambil beberapa makanan yang bisa mereka makan untuk beberapa hari ke depan. Mereka cukup beruntung karena masih bisa menemukan air.
Mengamati puing puing kota yang melayang akibat gaya gravitasi yang sudah rusak, ini sebuah pemandangan yang luar biasa jika mereka di dalam sebuah film.
Kenyataannya, ini adalah sebuah mimpi buruk.
Berkat gravitasi yang sudah rusak, mereka bisa pergi ke puing puing lain dengan cara melompat dan seterusnya akan melayang seperti di luar angkasa. Tentu saja tak bisa sembarangan karena mereka tak tahu apakah tempat yang mereka tuju ada oksigen atau tidak. Pengalaman mengajarkan mereka hal itu.
Dua minggu terus berpindah, akhirnya mereka berhenti di sebuah ujung jurang dalam.
Di sana, mereka melihat sebuah kepingan tempat besar yang penuh dengan kehidupan, tapi tak ada binatang atau manusia di tempat itu.
Mereka seolah menemukan sebuah surga setelah melewati neraka.
"Jika kita sampai di sana..."
"Ya.. jika.."
Mereka sanggup melangkah sejauh ini karena jarak antara kepingan cukup dekat, tapi seolah tempat itu berbeda dengan semuanya, jaraknya begitu jauh.
Melompat kekuatan penuh tak akan menjamin mereka akan sampai
Tapi mereka harus dihadapkan oleh dua pilihan. Makanan mereka hampir habis, jika mereka mencari ke tempat lain, mereka mungkin akan menemukan makanan lain dan membuat bertahan untuk hari selanjutnya.
Pilihan kedua, jika mereka sampai ke tempat itu, kemungkinan mereka akan hidup sampai tua bisa terwujud. Tempat itu benar benar surga.
"Amy, apa kau akan ikut denganku?"
"Apa kau harus menanyakannya?"
Keduanya tersenyum satu sama lain, tatapan mereka sudah menjawab semua pertanyaan.
Saling menggenggam tangan, keduanya berlari. Dan pada akhirnya melompat menuju masa depan yang menanti mereka di ujung dunia.