Hai ....
Perkenalkan, namaku Chika. Seorang perempuan muda berusia 20 tahun, yang saat ini bekerja sebagai staf administrasi di sebuah toko fashion.
Hari kamis, adalah salah satu hari "spesial" di tempatku bekerja. Atasan kami selalu meminta karyawannya untuk membuat sesajen di dalam ruang istirahat khusus karyawan.
Di sudut ruangan berukuran enam meter persegi itu, terdapat sebuah genthong (tempat penampungan air tradisional yang terbuat dari tanah liat) yang di dalamnya berisi beras. Genthong itu ditutup dengan tampah, yaitu alat yang terbuat dari anyaman bambu dan biasa digunakan untuk memisahkan beras dengan kotoran.
"Chik, jangan lupa beli pisang raja dan kembang setaman di pasar!"
Bu Yayuk, sang Manajer Toko mengingatkan salah satu tugas mingguanku, yaitu membeli pisang raja dan kembang, serta membuat sesajen. Aku tidak pernah bertanya alasan kenapa harus melakukan hal yang kini dianggap kuno itu.
Singkat cerita, sepulang dari pasar aku membuat sesaji. Kuletakkan pisang di atas piring dan menyajikannya di atas tampah. Setelah itu, aku mulai membuat aneka minuman. Ada susu, kopi manis dan pahit, serta teh manis dan tawar. Tak lupa aku mengisi gelas dengan kembang setaman dan air.
Aku berjalan perlahan membawa semua minuman menggunakan nampan, dan mulai menatanya di atas tampah. Setelahnya, kunyalakan dua puntung rokok serta lima buah dupa lalu meletakkannya di atas tampah.
Waktu bergulir begitu cepat. Kebetulan hari itu datang barang puluhan koli. Rasa lelah mendera tubuh mungilku. Saat memasukkan data produk dan mencocokkan jumlah dengan surel yang dikirim gudang pusat, rasa kantuk menghampiriku. Namun, rasa kantuk seketika hilang karena aku mendengar suara ketukan pintu.
"Siapa?" teriakku.
Aku mengerutkan dahi karena tidak mendapatkan jawaban dari luar. Aku kembali fokus dengan pekerjaan yang menumpuk. Saat sedang serius dengan berlembar-lembar nota, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sedang berlarian.
Awalnya kukira itu adalah pramuniaga dan Kepala Konter yang sedang sibuk keluar masuk gudang untuk menata barang. Akan tetapi, prasangkaku seketika musnah. Bulu kudukku meremang seketika saat membuka pintu tidak mendapati siapa pun di gudang dan ruang istirahat.
Ketika berbalik badan, tepat di depanku ada sosok bocah berkepala plontos menyeringai, hingga menampilkan deretan gigi tajam layaknya gergaji. Mata bocak itu sangat lebar, memiliki daun telinga runcing, dan lengannya lebih panjang daripada kaki. Tubuhku mendadak kaku, tidak bisa digerakkan sama sekali.
Sosok mengerikan itu mulai berjalan ke arah genthong di sudut ruangan. Dia menjilat susu putih yang ada di atas tampah dengan lidah panjangnya. Aku bisa melihat jelas dari ekor mata, ternyata di sana ada beberapa sosok lain.
Sosok perempuan dengan gaun putih panjang lusuh sibuk mengendus kembang setaman sambil melirik aku dan tertawa cekikikan. Makhluk hitam besar berbulu sedang menyeruput kopi dan teh secara bergantian. Matanya melotot hampir copot. Taringnya begitu panjang dan tajam.
Aku berusaha sekuat tenaga untuk memejamkan mata, tapi tidak bisa. Lidahku juga kelu saat hendak berteriak mengeluarkan suara. Di tengah keputusasaan, aku membaca Ayat Kursi dalam hati. Sosok perempuan yang tadinya sibuk dengan kembang setaman mendadak terbang menghampiriku.
Kini mata kami bertatapan. Aku dapat melihat dengan jelas wajahnya. Dia memiliki wajah rusak dan mulut sobek hingga mencapai telinga. Aroma busuk tercium menusuk indra penciumanku. Sedetik kemudian aku berhasil menutup mata. Kemudian ....
"Chika! Bangun, woy!"
Suara menggelegar Bu Yayuk membangunkanku. Aku langsung terperanjat. Napasku tersengal-sengal karena mimpi buruk yang baru saja kualami.
"Kerja! Kerja! Nih, kelarin! Setengah jam lagi komputer mau kupakai buat tutup kasir!" Seru Bu Yayuk sambil menyodorkan setumpuk kertas nota kepadaku.
Jam menunjukkan pukul 21:20 saat aku dan karyawan lain keluar toko. Setelah Een menggembok rolling door, dia menyerahkan kunci toko kepadaku. Satu per satu meninggalkanku yang masih berusaha menelepon pacarku untuk menjemput. Di tengah nada tunggu telepon, sayup-sayup aku mendengar suara perempuan yang memanggilku dari dalam toko.
"Chik ... Chika .... Terima kasih, ya, kembangnya ... hihihihihi!"