Aku seorang wibu, aku selalu berkhayal dapat masuk ke dunia anime. Suatu hari khayalan ini menjadi kenyataan.
Ketika aku terbangun aku sudah berada di dalam anime yang selama ini kusukai, aku memasuki anime berjudul Be Love. Akh! Rasanya aku ingin teriak kegirangan akhirnya aku bisa melihat secara langsung bagaimana Riki-kun dan Mei-chan terlihat akrab.
Tertawa bersama, berpegangan tangan sambil membicarakan sesuatu yang menyenangkan. Rasanya aku ingin kendekat sekali lagi. Aku berusaha memasang telingaku baik-baik agar bisa mendengar tentang apa yang mereka bicarakan.
"Mei-chan, sebenarnya ... aku-" Ucapan Riki terhenti saat melihatku terjatuh.
Aku merutuki diriku sendiri bisa-bisanya aku menghancurkan scene romantis yang tiada tara ini! Astaga! Maafkan aku, Riki-kun, Mei-chan.
Dengan sigap aku berdiri dan terkekeh untuk menghancurkan suasana canggung di belakang sekolah ini.
"Maaf, kalian bisa melanjutkannya!" ucapku seraya menyatukan kedua tangan sebagai permohonan maaf. "Mohon pamit!"
Aku berlari hingga ngos-ngosan. Teman kelasku, Arika bertanya apa yang terjadi tetapi aku tidak menjawabnya. Aku hanya berjalan ke kelas dan duduk dengan diam. Di pikiranku masih berputar khayalan seandainya aku tidak terjatuh. Aku pasti bisa melihat scene itu dengan baik dan benar.
Aku juga bingung, sebelumnya aku tidur di kamar setelah menonton anime ini, tapi kenapa bangun-bangun aku sudah ada di sini. Apa tujuanku datang ke sini.
Parahnya lagi, aku bukan tokoh apapun, entah itu figuran, atau MC, aku seperti tokoh asing dari luar yang dipaksa masuk ke dalam sini.
Aku menghela napas lelah, tetapi semangatku kembali ketika pasangan kesukaanku, pemeran utama laki-laki dan perempuan datang ke dalam kelas. Mereka duduk tepat di depanku.
Senangnya, apa mereka sekarang sudah resmi pacaran? Atau mereka sudah .... ah sudahlah, aku mengigit bukuku tanpa kusadari dan temanku langsung menegurku.
Arika memang menyebalkan dia selalu saja mengganggu kehaluanku. Aku menatapnya dengan tajam dan yang ditatap hanya tertawa tanpa merasa bersalah.
"Nana, kamu itu sebenarnya menyukai Riki ya?"
Aku tersentak, dia tidak salah tapi tidak benar juga karena aku menyukai mereka berdua.
"Pertanyaan macam apa itu? Untuk apa aku menyukai pacar orang?"
"Mereka bahkan belum resmi pacaran." Arika menjawab dengan santai.
"Hei, mana mungkin! Tadi aku melihat mereka di belakang sekolah dan mereka berduaan berpegangan tangan lalu menyatakan cinta." Aku menjabarkannya disertai senyum-senyum sendiri.
Arika memukulku dengan keras sehingga aku reflek teriak. Dan ya, seisi kantin menatapku sejenak lalu kembali pada makanan mereka.
"Apa-apaan itu, Arika!"
"Nana, mengintip orang itu gak baik!"
"Aku tidak sengaja," balasku kemudian melanjutkan makan.
Sesekali aku menatap mereka berdua yang makan di kantin. Duh, dunia serasa milik sendiri ya! Tapi tiba-tiba Riki-kun datang dengan makananya ke meja kami. Aku cukup kaget, seingatku dia tidak suka duduk dengan orang lain selain Mei-chan karena mereka adalah teman sejak kecil.
Cinta sejak dini itu bisa dibilang cinta pertama kan? Ah indahnya, ini benar-benar dunia yang kuimpikan. Dunia haluku! Datanglah pada ibu! Eh, aku kan sudah di sini. Aku menertawai kebodohanku sendiri.
Mereka yang semeja denganku menatapku dengan bingung termasuk Riki-kun karena malu aku menutup wajahku dengan tangan. Astaga, kenapa aku tidak bisa menahan diri? Ini memalukan.
Setelah aku menghabiskan makananku, Riki-kun mengulurkan tangan. Aku yang kebingungan mengerutkan dahi. Dia tersenyum sangat manis.
"Biar kubantu."
"Aku bisa sendiri." Aku menolak karena aku takut mereka salah paham. Tetapi anak ini sepertinya keras kepala. Dia memaksa untuk membantuku membawa tempat bekas makananku.
Karena dia terlalu manis, ya sudahlah. Aku membiarkannya. Aku harap aku bisa dekat dengan mereka berdua. Aku tersenyum lagi dan tak lupa pukulan Arika menghujamiku.
"Kenapa dia bersikap baik padamu?"
"Karena dia memang baik?" jawabku enteng.
"Dia adalah orang yang hanya menempel pada Mei, tetapi setelah Mei pamit tiba-tiba dia pindah ke meja kita. Seingatku saat Mei pergi dulu dia akan menunggu sampai kembali. Atau dia hanya akan makan sendiri. Riki itu orang yang sulit dekat dengan orang lain." Arika menjelaskan panjang lebar meski aku sudah tau. Namun, aku merasa tidak bosan mendengarnya.
Keesokan harinya, sekolah berjalan seperti biasa. Di sini aku tinggal di rumah orang tuaku. Maksudnya orang tua di dunia anime. Aku tidak kenal mereka, tetapi mereka mengatakan bahwa aku adalah anak mereka. Yang membuatku bingung, ketika aku menyadari bahwa tokoh Nana tidak pernah ada di anime ini.
Tetapi namaku memang Nana di dunia nyata dan aku menyimpulkan mungkin saja tubuhku terlempar ke sini dan mereka menemukanku lalu menyembunyikan kebenarannnya karena mereka takut aku sedih. Tidak punya rumah, keluarga, pacar!
Oh, ibu dan ayahku sekarang! Aku mencintai kebaikan kalian! Aku pasti akan menjaga harapan kalian terhadapku. Aku akan hidup dengan bahagia demi kalian, hiks!
"Hei, kamu sedang berdrama lagi?"
"Oh, aku menghapal naskah drama."
"Kamu suka drama?" Tiba-tiba tokoh yang kusukai duduk berbalik menghadapku.
"Ya, aku suka banget! Tapi hanya untuk menghapal, haha." Aku tertawa renyah. Riki-kun juga ikut tertawa mendengarnya.
Saat aku melirik Mei-chan, dia hanya terdiam dengan tatapan di depan. Aku merasa hawa dingin menusukku. Apa dia salah paham? Aku membuang pikiran itu. Mei-chan itu tokoh yang baik, dia tidak akan marah jika orang lain mendekati Riki-kun malahan dia sering meminta Riki-kun akrab dengan yang lainnya. Bukan hanya menempel padanya.
Itulah yang kutau dari dalam anime yang kutonton sebelum ke sini. Aku memegangi perutku ditengah-tengah pelajaran. Aku meminta izin keluar menuju toilet pada guru. Aku pun keluar setelah diizinkan.
Lega sekali setelah mengeluarkan sesuatu yang memang harus dikeluarkan. Tiba-tiba seseorang mendorongku hingga aku terjungkal ke belakang.
"Pengacau! Beraninya kamu menggoda pacar orang!"
Aku tidak mengenali orang ini, mereka berdua memang cantik tapi siapa ya? Apa murid kelas lain?
"Siapa ya?"
"Pura-pura tidak tau!" Buk! Aku melihat kegelapan menghantamku.
Saat aku terbangun, aroma obat-obatan menyeruak dalam hidungku. Kepalaku sakit, pusing dan aku melihat dunia seperti berputar-putar.
"Kamu sudah bangun? Sebenarnya apa yang terjadi?"
Aku memegangi pipi kiriku terasa nyilu hingga membuatku mengaduh kesakitan. Aku jadi malu karena yang duduk di kursi samping tempat tidurku adalah tokoh utama laki-laki yang kusukai. Dia mengambilkanku cermin dan menyerahkannya padaku.
"Akh! Pipiku!" teriakku histeris.
"Siapa yang melakukannya? Akan kulaporkan pada guru."
"Aku gak kenal tapi mereka bilang kalau aku menggoda pacar orang. Entah siapa," balasku dengan jujur.
Sepulang sekolah aku melihat dua perempuan tadi yang mendorongku di toilet. Aku melihat mereka mengobrol dengan Mei-chan. Karena penasaran, aku pun menguping.
"Anak itu memang gak tau diri, sudah dikasih peringatan malah semakin menjadi-jadi."
"Aku melihatnya berbincang bahkan tertawa bersama dengan Riki. Aku pikir kita harus membuatnya dijauhi para siswa agar dia tau diri bahwa dia tidak pantas dekat dengan siapapun."
"Tidak perlu! Aku akan menghilang!" Aku menyela perbincangan mereka dan lari keluar sekolah bahkan aku sengaja menerobos jalan yang ramai dengan kendaraan tanpa melihat apakah ada kendaraannyang lewat.
TAMAT