Pulau tak berpenghuni.
Terlihat ada sebuah puing-puing pesawat yang telah jatuh ke Pulau tersebut.
Di dekat puing terdapat seorang pemuda berusia 19 tahun tengah berbaring di tepi pantai.
Pemuda itu terbangun sambil mengerjapkan matanya. “Uhmm, Aku berada dimana?”
Pemuda tersebut duduk dan melihat ke sekeliling dan dia terlihat mengingat seluruh kejadian yang telah terjadi padanya.
“Pesawat kehilangan kendali, kemudian jatuh menabrak sebuah pulau. Dilihat dari situasi pesawat hanya aku saja yang masih hidup.”
Pemuda bernama Jaden Smith berdiri dan melihat ke arah pesawat kembali. Matanya menyipit dan melihat ada seorang perempuan yang tengah terduduk di kursi penumpang.
Jaden dengan cepat berlari ke arah perempuan tersebut. Tiba di dekatnya, pemuda itu terkejut.
“Anya Marina, Artis Top seluruh Dunia.” Jaden mencium bau bensin, dia dengan cepat sadar dan menyelamatkan perempuan tersebut.
Membuka pengaman di kursi penumpang, Jaden menggendong Anya dengan cepat keluar dari pesawat.
Jaden merasakan bahwa pesawat sebentar lagi akan meledak. Tepat seperti dugaannya, di saat dia sudah agak jauh dari pesawat.
Badan pesawat tempat Anya sebelumnya berada seketika meledak dengan keras.
Jaden sedikit terdorong dan terjatuh tersungkur ke pasir pantai. Anya yang berada gendongannya jatuh terlebih dahulu.
Jaden membuka matanya, dia melihat Anya berada di bawahnya. Posisi keduanya seakan ingin berciuman.
Anya yang merasakan getaran dan nafas seseorang, dia terbangun dan membuka matanya perlahan-lahan.
Anya terkejut ketika melihat seorang pemuda yang berada di atasnya. Dengan cepat tangan kanannya menampar pipi Jaden dengan keras.
“Mesum.” Anya berteriak dan Jaden yang tidak siap terjatuh ke samping kanan. Tubuhnya benar-benar lemah sekarang.
“Siapa kamu? Juga dimana ini?” Anya bertanya dengan dingin dan menatap ke sekelilingnya. Dia melihat bahwa dirinya berada di pantai, serta terdapat puing-puing pesawat.
Jaden mengelus pipinya dan menatap dengan tajam ke arah Anya. “Kau tahu, menampar seseorang yang menyelamatkan hidupmu, bukankah tidak sopan?”
Anya mendengar itu menyipitkan matanya dan berkata, “Hah, orang mesum dan rendahan sepertimu, patut untuk ditampar. Juga kau menyelamatkan diriku? Hallo, itu hanya alasanmu agar bisa menyentuh tubuhku yang cantik, bukan?”
Jaden tidak menyangka bahwa Artis yang populer memiliki sifat seperti ini. “Huh, terserahlah.”
Jaden beranjak pergi dari tempat. Dia mengabaikan Anya, fokusnya sekarang adalah bertahan hidup di Pulau tak berpenghuni.
Jaden tersenyum, dirinya beruntung selalu mengikuti perkemahan dan penjelajahan. Hal itu membuat dia memahami alam.
Anya melihat Jaden berdiri, dia mengabaikannya. Sikap sombong dan Harga dirinya jauh lebih tinggi dibandingkan sikap rendah hati dan baiknya.
Anya hanya berpikir pasti akan ada yang menyelamatkannya nanti. Dia terlalu naif dan berharap tinggi.
***
Jaden mulai membangun pondok kecil, bagaimanapun hal itu diperlukan untuk sekarang. Beruntung seluruh persediaan Alam utuh.
Jaden juga mulai mengumpulkan berbagai makanan dan mengambil kelapa untuk air minumnya nanti. Dia benar-benar sudah terbiasa akan hidup di Alam.
Anya sendiri tetap diam dan menunggu kapal, dia juga merasa lapar dan haus. Dirinya menatap ke arah Jaden namun sebentar.
‘Siapa juga yang mau meminta bantuan dengan orang udik dan mesum sepertinya. Seharusnya kapal akan segera sampai.’
***
Malam pun tiba, Jaden sudah membuat api unggun untuk dirinya. Dia juga sudah mencari ikan-ikan kecil di pinggir laut.
Jaden menatap ke arah Anya yang terlihat kedinginan. Dia merasa kasihan, akan tetapi dirinya mengingat hinaan sebelumnya.
Jaden menggelengkan kepalanya. “Perempuan bodoh, harga dirimu terlalu tinggi sampai-sampai tidak mau meminta maaf maupun meminta pertolongan.”
Anya benar-benar gemetar kedinginan, dia merasa lapar dan tak berdaya. Dirinya berpikir kembali.
‘Apakah aku harus meminta makan kepadanya. Namun, aku adalah artis terkenal. Apa kata orang-orang jika, aku meminta-minta.’
Harga dirinya menolak untuk meminta pertolongan, dia terbaring dan bergumam, “Dingin... Mama, Papa, Anya rindu kalian.”
***
Jaden melihat Anya terbaring. Kemudian, menghela nafas dan berdiri lalu berjalan ke arah Anya dengan tegas.
Tiba di dekat Anya, Jaden menepuk bahunya dan berkata, “Ayo makan. Aku ada makanan lebih, juga di sana lebih hangat dibandingkan di sini.”
Anya ingin menolak namun Jaden tidak peduli dengan jawabannya. Dia menggendong Anya seperti Tuan Putri.
“Ap—apa yang Kamu lakukan?” Anya terkejut dan wajahnya memerah karena malu.
Anya memberontak namun Jaden berkata, “Diamlah!”
Anya terdiam, dia benar-benar terlihat tak berkutik sekarang. Jaden puas dengan sikap patuh Anya tersebut.
Tiba di dekat Api Unggun, Jaden mendudukkan Anya di dekatnya agar lebih hangat. Kemudian, dia mengambil ikan yang sudah matang.
“Apakah bisa makan sendiri?” Jaden bertanya dengan nada lembut. Anya menunduk dengan malu.
Jaden menghela nafas dan paham bahwa Anya tidak pernah makan ikan secara langsung bakar. Dia mengambil daun pisang dan mengupas mengambil daging dan membuang tulangnya.
“Ini makanlah! jangan menilai dari tampilan.” Jaden berkata sambil memberikan daging ikan tersebut.
Anya sedikit merasa jijik, dia ingin mengata-ngatai makanan tersebut. Namun, dirinya harus memendam egonya terlebih dahulu.
Anya mengambil daging tersebut dan memakannya. Daging masuk dalam mulut, seketika perempuan itu melebarkan mata indahnya.
‘Enak.’ Satu kata tersebut, membuat Anya memakan daging dengan cepat. Jaden melihat hal itu sambil tersenyum. Lalu, dia juga mulai makan ikan miliknya.
Keduanya makan di pantai, dengan bulan yang bersinar terang di malam hari.
Keduanya selesai makan, Jaden menatap Anya dan berkata, “Tidurlah di dalam, aku akan berjaga. Besok aku akan membuat tempat sendiri kembali.”
“Juga tenanglah, aku bukan seperti apa yang kamu pikirkan. Jika kamu merasa bahwa aku seperti itu, aku akan tinggal di tempatmu sebelumnya.”
Anya terkejut dengan hal itu, dia melihat Jaden berdiri. Dengan cepat, tangannya memegang ujung pakaian Jaden sambil berkata, “Tunggu.”
“Tetaplah di sini, aku percaya denganmu.” Anya sebenarnya tidak ingin berkata seperti itu. Namun, dia merasa kalau Jaden di sebelahnya akan lebih nyaman.
Jantung Anya berdebar dengan cepat. ‘Kenapa aku seperti ini? Kenapa jantungku berdebar-debar? Apakah aku... Tidak Anya, kau harus sadar posisimu dengannya.’
Jaden kembali duduk dan Anya mulai masuk ke Pondok. Anya berbaring dan segera tertidur pulas, Jaden melihat hal itu hanya tersenyum dan menatap ke arah Api unggun.
***
Hari-hari mereka tinggal di Pulau seperti biasa. Perubahan yang terjadi adalah Anya semakin dekat dengan Jaden. Dia menghilangkan harga dirinya, dirinya menganggap Jaden adalah sosok pemuda yang dicintainya.
Sampai akhirnya 5 Bulan kemudian, Jaden dan Anya hidup bersama dengan bahagia. Mereka berdua selalu bercanda penuh kesenangan.
“Nah, Anya... Jika kita kembali ke Kota, apakah kita berpisah?” Jaden bertanya dengan sedih.
Anya sedikit terkejut. Dia dengan cepat memegang tangan Jaden dan berkata, “Tidak, aku tidak ingin kita berpisah.”
Jaden tersenyum, dia mengecup ringan mulut dari Anya dan berkata, “Kalau begitu, ketika kita kembali nanti...”
Jaden menjeda ucapannya. Kemudian, memeluk mesra Anya dan melanjutkan ucapanya.
“Kita menikah.”