Anak sulungku Dewi, kini sudah memasuki usia remaja, tahun ini Dia sudah berusia 16 tahun. Perubahan sikap dan perilakunya sangat kentara, Dia selalu mengutamakan teman-temannya dari pada Aku, Ibunya sendiri. Nasehatku pun sudah tidak dihiraukannya.
Aku sering mendengar tentang hal buruk dengan sikap teman-temannya, membuat Aku kawatir dengan pergaulannya.
Andai Aku mempunyai kemampuan tembus pandang, Aku ingin sekali memantaunya 24 jam non stop, dan Aku memintanya pada Tuhan dalam doaku hingga akhirnya pagi itu, Aku bisa merasakan kalau Aku mempunyai kemampuan tembus pandang, untuk bisa mengawasi anakku tanpa bisa dilihat oleh nya.
Aku ijin pamit untuk menginap 2 hari Di rumah orang tuaku Di Desa sebelah bersama anak keduaku, Radit. Sedangkan Dewi tinggal Di rumah bersama Ayahnya.
Ku titipkan Radit di Rumah neneknya dan Aku pulang kembali untuk mengawasi Dewi , tentunya dengan kemampuanku saat ini
"Akhirya, Aku sekarang bebas, tidak akan ada yang crewetin Aku , mumpung sekolah libur, Aku mau nongkrong ah sama tema-teman, Ayah juga sudah berangkat kerja, bebas dong "guman Dewi sambil menelfon teman nya, sambil tidur-tiduran di kamar nya
"Hai Put, kita jalan yuk, sekarang mak lampir sedang tudak ada !" Ucap Dewi dengan entengnya.
"Mak Lampir ?maksudnya siapayang dia sebut mak lampir?"
"Elu yang sopan dong sama Ibumu, kwalat loh" jawab Putri saat menerima telfonya.
"Apah ? Dewi menyebutku Mak lampir " tak tetasa Air mataku jatuh dan sembilu seakan menghujam tepat di hatiku, sakit.
"Habisnya nyokap gue tuh baweeelll banget, gini gak boleh, gitu gak boleh .! Ya udah pokoknya sekarang kita nongki, jam 5 sore Aku otw, sekarang Aku masih mau enjoy dulu " pinta Dewi pada putri, teman nya. Dan Ia pun segera menutup telfonnya.
"Jam 5 masih lama, Aku mau mau lihat youtube dulu ah" ucapnya sembari membuka hapenya.
Awalnya yang Ia tonton adalah tutorial make up, beberapa menit kemudian, Dia beralih pada adegan roantis Drama korea, kemudian berlanjut lagi adegan panas dan jangan ditanya apa yang Ia lihat selanjutnya, sebagai Ibu, dadaku terasa sesak melihat kelakuan anak dibelakang kita.
Dewi terus mendekam di kamar menikmati tontonan tak pantas itu hingga jam menunjukkan pukul 4 sore. Dewi segera beranjak ke kamar mandi, setelah itu Dia keluar dan Dia langsung ke meja riasnya tanpa sholat.
Saat jalan bersama teman-temannya , Aku pun mengikutinya sampai ke Mall, dimana mereka janjian .
Pakaian yang di kenakan Dewi terlihat ketat, Dia pakai Rok mini di padukan dengan leging, serta atasan kaos ketat lengan pendek, dengan make up yang sedikit tebal dan rambut terurai.
Dadaku semakin sesak, melihat kelakuan anak gadisku ini, namun ternyata tidak sampai disitu, setelah jala-jalan di Mall, Dia dan teman-temannya lanjut nongkrong di cafe.
Di cafe itu, mereka ternyata di tunggu teman cowoknya, masing-masing cewek berpasangan dengan teman cowoknya, termasuk Dewi, mereka mesrah, saling pegangan tangan dan astagfirulah , satu teman Dewi sedang dicium oleh teman cowoknya, sedangkan Dewi tubuhnya mulai di raba-raba oleh teman cowoknya.
Sungguh Aku tidak kuat melihat semua itu, ingin segera ku tampar anak sulungku ini, tapi sayang nya, Aku hanya bisa melihatnya tanpa bisa menyentuhnya. Hingga akhirnya , Aku ke kamar mandi cafe itu untuk mengembalikan ke bentuk normalku, sehingga Aku bisa terlihat.
Aku langsung menuju meja di mana Dewi dan teman-temannya nongkrong. Tampak mereka semua syok melihatku yang tiba-tiba muncul dihadapan mereka. Terutama Dewi yang terihat sangat ketakutan.
"Apakah kau tidak takut meraba-raba anak saya Hah" ucapku pelan, pada teman cowok Dewi.
"Ibu ?" Dewi menganga.
"Kenapa panggil Ibu, bukankah Aku Mak lampir bagimu ?" Ucapku lagi dengan nada pura-pura tenang, padahal hatiku hancur.
"Sekarang Mau ikut Ibu pulang atau tetap disini melakukan dosa?" Ucapku lagi.
"Bu, maafkan Aku bu"Dewi yang ketakutan akhirnya ikut Aku pulang.
Selama perjalanan, Aku hanya diam. Baru sesampainya di Rumah Aku curahkan rasa marahku pada nya.
"Ibu sekarang bisa memantaumu 24jam tanpa kau ketahui, sejak tadi pagi Ibu selalu mengikutimu tanpa kau melihatnya, Ibu tahu apa yang tonton di hp mu, Ibu tahu semuanya. Ibu sangat sedih , mengapa Ibu mempunyai anak sepertimu.
Ibu tidak mau banyak bicara lagi, Hape mu Aku sita ! Dan mulai sekarang Ibu akan terus meantaumu 24 jam tanpa kamu bisa melihat Ibu. kalau kau masih bersikap nakal dan masih berhubungan dengan mereka, maka jangan panggil Aku Ibu dan kau anak duerhaka , jangan keluar rumah kecuali sama Ibu atau Ayah."ucapku yang masih dengan intonasi yang rendah.
Dewi tampak terlihat syok, dan sejak saat itu, Dia tidak keluar Rumah, sikapnya pun sepertinya sudah mulai berubah. Dan Akupun segera memasukkannya ke pesantren, agar pergaulannya tidak terlampau jauh lagi.