Zildan mendengar tangisan cewek yang dia sukai dari sebuah ruangan. Sekarang dia paham, apa yang dia lakukan hanya menjadi sebuah luka untuknya.
Lama Zildan memikirkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Sampai hatinya benar-benar siap, dia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut untuk menemui Elsa.
"Bel.., Aku boleh bicara berdua sama Elsa gak?" Zildan.
Bela bingung sampai akhirnya Elsa menyuruhnya meninggalkanya berdua dengan Zildan.
"Aku cinta sama kamu, dari saat masih SMP. Tapi aku gak akan memaksa kamu membalas perasaanku. Beri aku alasan buat jauhin kamu" Zildan
"Masih butuh alasan apa? Aku gak suka sama kamu. Apa yang kamu lakukan selama ini cuma bikin aku muak. Please jauhin aku" Elsa menangis, berat rasanya dia mengatakan ini.
"Terimakasih, aku gak akan ganggu kamu lagi. Maaf sudah membuatmu gak nyaman" Zildan kemudian melangkahkan kakinya pergi.
Elsa masih meneteskan air matanya memandangi kepergian Zildan. Tidak lama setelah Zildan pergi Bela datang.
"Sa.., Kamu beneran yakin?" Bela bertanya. Elsa hanya mengangguk sambil menangis.
Zildan sampai di rumah, dengan wajah lemas. Dia bergegas memasuki kamar, perasaannya masih kacau. Dia sudah sering ditolak Elsa tapi hari ini berbeda. Hari ini terakhir kalinya dia mengungkapkan perasaannya. Mulai besok dia sudah memutuskan untuk melupakan semua tentang Elsa.
Malam harinya saat makan malam, Pak Zian ayah Zildan kembali membahas masalah pertunangan.
"Zi..! Minggu ini kamu harus ikut ayah ya?" Pak Zian
"Hufffttt..., apa masalah pertunangan lagi?" Zildan menghela napas.
"Ia, kamu pasti gak nyesal kalau tunangan sama Raya. Anaknya cantik, pintar, baik lagi" Pak Zian
"Ia Zi.., Ibu juga suka sama karakternya Raya" Mama Dian
"Yaudah..., tapi jangan paksa Zi ya" Zildan. Sebenarnya dia mau karena ingin move on dari Elsa.
Waktu berlalu, sesuai janji Zildan mengikuti ayahnya berkunjung ke rumah calon tunangannya yang bernama Raya. Tapi Zildan merasa arah rumah Raya seperti familiar. Benar saja mobil ayah Zildan berhenti di sebuah rumah yang sangat dia tau.
Zildan semakin galau karena rumah yang dia kunjungi adalah rumahnya Elsa. Dia akhirnya bisa menebak siapa Raya. Raya adalah Elsa, nama panjangnya Rayana Elsatian.
Elsa tertegun melihat calon tunangannya tersebut, orang tersebut adalah cowok yang tidak menyerah mendekatinya. Perasaannya kacau, dia sudah menolak Zildan bahkan dalam beberapa hari ini Zildan benar-benar menghindarinya.
Zildan melihat raut wajah Elsa yang penuh dengan rasa takut. Zildan tahu betul Elsa tidak mau di jodohkan. Apa lagi dengan Zildan, orang yang paling dia benci di sekolah.
"Raya, kenalin ini Zildan anaknya om Zian" Pak Yori
"Gak perlu kenalan om, Kita satu sekolah cuma beda angkatan ajah. Siapa sih yang gak kenal Elsa, dia terkenal di sekolah om" Zildan
"Wah.. bagus dong kalau begitu, Raya maukan kalau bertunangan dengan Zildan?" Pak Zian
"Ini om, Raya mau" Elsa tersenyum malu. Sedangkan Zildan tersenyum kecut.
"Maaf Pa.., Zi gak mau dijodohkan. Zi mau mencari jodoh Zi sendiri, kalau Papa maksa saya akan pergi dari rumah" Zilda kemudia pergi
Elsa memandang wajah kemarahan itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Dia paham kemarahan Zildan dan menerima apapun keputusan yang diambil kedua orang tua.
Dua tahun kemudian. Zildan benar-benar lari dari rumah dan pindah keluar kota. Dia membuka warnet sebagai usahanya dan membuat berbagai animasi untuk film atau game. Zildan juga kuliah di salah satu kampus ternama dan mengambil jurusan programer.
Seperti biasa dia berangkat ke kampus karena ada jam kuliah siang ini. Tapi saat sampai di kampus dia melihat seseorang yang hampir dia lupakan selama ini.
"Sial..., kenapa dia kuliah di sini juga?" Zildan sambil bersembunyi. "Aku harus tenang, anggap gak kenal ajah" Zildan berucap dalam hati.
Zildan berjalan dengan tenang tanpa menoleh sedikitpun ke arah Elsa. Elsa melihat Zildan akhirnya pasrah. Dia yang sudah melepaskannya, artinya dia harus siap kehilanganya.
Zildan sedang duduk dengan Dika temannya yang suka bermain game moba.
"Zi. Aku ke toilet dulu ya, tolong mainin dulu bentar" Dika menyerahkan HPnya lalu berlari pergi.
"Oii..., aku gak bisa main" Zildan.
"Udah mainin ajah gpp kalah" Dika lanjut berlari
" Haizz..." Zildan hanya mengumpat dalam hati. Bukan karena dia gak bisa main tapi dia sudah mutusin fokus ke tujuannya. Fokus kuliah agar cepat lulus. Jadi dia takut terpengaruh lagi
Dulu Zildan tidak terlalu mencolok dalam hal pelajaran. Karena dia seorang gamer profesional, dan waktu belajarnya terbagi dengan waktunya bermain game. Meskipun dia cerdas tapi nilainya hanya standar saja. Tapi saat dia fokus belajar dan stop bermain game lagi. Baru bisa terlihat nilainya melonjak drastis bahkan menjadi lulusan terbaik tingkat provinsi.
Azur_Dik ID game Dika yang biasanya lemah dan menjadi bahan bully. Tiba-tiba bermain dengan sangat habat. Bahkan mampu menjadi MPV dan membawa timnya menang di lima babak berturut-turut. bahkan Amel mengiriminya chat
"Dik, tumben hari ini mainya bagus" Amel
"Gak tau juga, hari ini aku kok beruntung terus ya" Balas Zildan yang mengaku sebagai Dika
"Yakah..., kalau kamu mainnya begini terus bisa-bisa aku jatuh cinta sama kamu" Goda Amel
Zildan tidak menjawab lagi karena ini menyangkut privasi temannya.
Tidak lama kemudian Dika kembali, Zildan segera mengembalikan HPnya. Dika kaget melihat pesan yang dikirim Amel.
"Zi, kamu bilang gak bisa main, nih lima kali MPV terus. Bisa ngalahin Amel, ngaku gak bisa main terus aku yang main dari SMP jadinya ngelawak dong namanya" Dika.
"Kamu salah paham. Tadi bukan aku yang mainin, ada anak fakultas lain yang duduk di sini. Aku minta dia ajah mainin" Zildan berbohong.
"Serius?, Lain kali kalau ketemu dia lagi kasih tau aku ya. Aku mau ngajak dia gabung tim ku buat ikut turnamen kampus" Dika
"Emang, yang hebat mainnya gitu, gak punya tim gitu?" Zildan.
"Ia juga ya. Udahlah ya. intinya kalau ketemu kasih tau aku. Yok ke kelas tar lagi jamnya mulai" Dika. Lalu mereka pergi ke kelas.
Selesai kuliah Dika dan Zildan ingin pulang namun bertemu dengan Amel yang berjalan bersama wanita cantik. Amel melihat Dika bersemangat ingin mengintrogasi.
"Oii.., Dik udah mau pulang?" Amel.
"Rencananya gitu, kenapa?" Dika.
"Cafe bentar yuk" Ajak Amel.
"Mel, kayanya ada teman baru, gak di kenalinkah?" Dika.
"Dik, aku pulang dulu ya. Masih ada kerjaan yang belum selesai" Zildan beralasan kemudian pergi. Sebenarnya dia sedang cemas karena cewek yang bersama Amel adalah Elsa.
"Sombong amat temanmu?" Amel
"Gak boleh gitu Mel, mungkin Zildan memang sibuk" Elsa.
"Ray.., kamu kenal temannya Dika?" Amel penasaran
"Ia, dia kakak kelas waktu SMA" Elsa
"Ohh ia, Dik nih sepupuku Raya" Amel
"Aku Dika jurusan programer, salam kenal" Dika
"Saya Elsa, tapi keluargaku lebih suka panggil Raya" Elsa.
"Elsa... Elsa... Elsa, kok rasanya familiar ya. wajahnya juga kaya gak asing" Pikir Dika dalam hati.
"Kenapa Dik?" Amel
"Gak apa-apa, cuma mau ngingat sesuatu tapi tetap lupa. Yaudah katanya mau ke cafe" Dika
"Yuk, lincah GPL" Amel. kemudian mereka pergi
Di cafe setelah memesan minum, Amel memulai mengintrogasi.
"Dik, jujur siapa yang pakai akun mu?" Amel
"Siapa lagi, ya akulah yang pakai" Dika
"Gak percaya aku. Kamu biasanya main kaya bocah, tiba-tiba jadi super gitu. Itu kaya mimpi sambil jalan. Apa lagi gaya nulis pesannya beda banget sama kamu" Amel.
"Hehehe..., sebenarnya tadi aku sakit perut terus HPnya aku kasih Zi mainin. Tapi kata Zi dia nyuruh mahasiswa lain mainin" Dika mengaku.
"Yakin mahasiswa lain yang mainin?" Elsa penasaran.
"Mana ku tahu, Zi bilang dia gak bisa main. Jadi aku percaya ajah kalau yang mainin orang lain" Dika
mendengar itu Elsa hampir tersedak. "What..., gak bisa main? Dia loh pernah juara dunia" Elsa
"Haahh... Juara dunia?" Amel dan Dika kaget.
"Apa kalian pernah dengar Tim SleepingBirds?" Elsa
"Tau, tim pertama yang jadi juara dunia FYL MOBA Liga, aku ngefans banget sama mereka" Amel.
"Namanya ID Zi_Ice Birds, Nicknya Aldan itu gabungan nama belakang dan depannya Zildan Aziz" Elsa
"Itu artinya waktu itu dia masih SMP?" Dika
"Ia, makanya Aldan kalau main pasti pakai topeng. Soalnya masih dibawah umur. Tahun berikutnya tim bubar karena Aldan umurnya belum 18 tahun. Dan tim gak mau ikut karena mereka gak mau main tanpa Aldan. Semua anggotanya sekarang sudah punya profesi masing-masing" Elsa
"Kamu tahu banyak tentang mereka Ray, kamu kan gak suka game?" Amel penasaran.
"Aku pernah ngeliput mereka buat bahan mading" Elsa. Dan itu jadi awal mula Zildan suka sama Elsa
Setelah mendengar cerita dari Elsa, Amel penasaran dan mencari tau tentang Zildan melalui Dika. Tapi yang Dika ketahui hanya sedikit. Dia hanya tahu tempat tinggalnya saja. Dia juga tahu Zildan punya pekerjaan namun dia tidak tahu pasti apa pekerjaannya.
***
Zilda ingi pergi ke perpustakaan, tapi saat melintasi lapangan basket tiba-tiba dirinya dihalangi oleh sekelompok orang.
"Jadi kalau aku bisa menang lawan dia, kamu mau jadian sama aku?" Aldo
"Aaa??" Zildan bingung, dia gak tau apa masalahnya tapi justru dilibatkan.
"Keluarkan HPmu sekarang kita bertanding" Aldo
"Maaf apa ada yang salah? Aku gak tau apa masalahnya kenapa kamu tiba-tiba ngajak bertanding" Zildan mencoba menjelaskan.
Tapi tiba-tiba tangannya di tarik.
"Sayang kamu harus menang sama dia, kamu gak maukan aku dipegang-pegang sama dia" Amel
"Ya.., tinggal tolak ajah repot amat sih. Tunggu..tunggu... kamu panggial aku apa barusan?" Zildan
"Sayang kamu lupa ya? kita baru jadian dua hari yang lalu" Amel semakin menjadi-jadi.
"Maaf, aku gak kenal sama kamu" Zildan lalu menoleh ke Aldo. "Kalau kamu mau bertanding, anggap ajah aku sekarang kalah. Kamu bisa jadian sama dia kapanpun kamu mau" Zildan lalu melepaskan tangan Amel ingin pergi.
"Mel, serius! si sampah ini pacarmu? Hahaha...., pengecut gini mau ajah kamu terima jadi pacar" Aldo merendahkan Zildan.
"Hei... jaga mulutmu, aku gak mau bertanding bukan karena takut ya. Aku gak mau karena gak tau permasalahan kalian. Dan kenapa bawa-bawa saya" Zildan
"Sekali takut ya takut ajah. Gak usah banyak bacot" Aldo
"Ok aku mau bertanding sama kamu, tapi ada syaratnya. Kalau aku menang kamu harus minta maaf terus jalan jongkok sepuluh kali. Buat kamu emm... siapa namamu? temannya Dika. Kamu harus jadi pacarnya Dika selama satu bulan gimana?" Zildan
"Ok deal" Aldo
"Aku gak deal. Kalau kamu menang aku jadi pacarmu ajah" Amel
"Kalau itu aku yang gak mau. Gimana kalau satu kali kencan sama aku" Zildan.
Setelah berpikir akhirnya Amel setuju.
"Aku gak punya akun game itu. Pinjam HPmu" Zildan
Mau gak mau Amel meminjamkan HPnya. Zildan dan Aldo bertanding lima babak. Babak pertama Zildan hanya membiarkan Aldo menang. Zildan hanya bermain dengan sebelah tangan.
Amel melihat kelakuan Zildan kesal, dia berpikir Zildan sengaja mengalah biar dia jadi pacar Aldo. Namun babak kedua semua mata serius menatap pertandingan mereka. Kemampuan Zildan benar-benar berbeda dari babak pertama. Aldo tidak bisa berkutik. Setiap kali bertemu Zildan langsung kalah dalam beberapa kali serangan. Begitupun babak-babak selanjutnya. Amel yang memonton dari HPnya yang lain. Benar-benar teringat cara bermain Aldan SleepingBirds.
Aldo yang kalah tidak mau menerima kekalahan dan ingin menyerang Zildan. Tapi Zildan juga tidak tinggal diam. Satu tendangan mengarah ke rahang Aldo membuat Aldo sulit bicara beberapa hari.
Zildan melihat Amel. "Besok saya jemput kamu jam 2 siang, saya mau lihat kamu pakai baju hijau, celana pendek selutut, pakai topi yang ada gambar hewannya" Zildan.
"Kenapa harus pakai pakaian kaya gitu?" Amel protes.
"Ingat, kamu kalah jadi harus ikuti keinginanku" Zildan. Terpakasa Amel mengikutinya saja. Padahal dia berencana tampil secantik mungkin untuk memikat hati Zildan.
Minggu, Zildan menjemput Amel di rumahnya. Kedua orang tua Amel sedang tidak di rumah jadi Amel hanya meminta izin melalui telpon.
"Motormu parkir di sini ajah dulu, kita pakai mobilku ajah" Amel
"Ok, sepertinya mau hujan juga" Zildan. Dia ingin tertawa melihat tampilan Amel, tapi dia menahannya.
Mereka bergegas menuju bioskop, sesampainya disana, Zildan membeli tiket, minuman serta popcorn.
"Kok pilih di deretan ini sih?" Amel
"Sudah dilarang ptotes" Zildan berusaha menahan tawa.
"Kamu kok ketawa sih, ada yang lucu kah?" Amel.
"Jujur kamu beneran gak cocok pakai setelan begitu" Zildan tertawa lepas.
"Ini kan maumu. Huuh" Amel sebel
Tidak lama kemudian tiga orang Cewek menuju deretan kursi mereka. Amel tercengang karena Elsa juga nonton di Jam dan deretan kursi yang sama.
"Lohh... Mel kok bisa kebetulan gini" Elsa sambil melirik Zildan yang cuek.
"Gak tau juga. Zi yang beli tiketnya" Amel
Elsa duduk di samping Zildan sambil berfikir. "Apa dia sengaja?". dulu saat Zildan mengejar Elsa, Dia tau jam dan tempat duduk favorit Elsa. Sering kali Elsa meminta bertukar tempat duduk dengan temannya untuk menghindari Zildan.
Kali ini Elsa tidak menghindari Zildan. "Mungkin ini terakhir kalinya aku bisa duduk dengannya. Setelah ini aku akan bicara dengan papa untuk membatalkan pertunangan kita. Aku gak pantas untukmu, aku sudah nyakitin kamu berkali-kali" Amel berkata dalam hati.
Zildan menonton film dengan jantung berdebar-debar. Dia mencoba bertukar tempat dengan Amel agar tidak kepas kontrol. Zildan sudah ingin gila rasanya akibat perasaan berkecamuk. disatu sisi dia suka nonton film disamping Elsa. Berkali-kali dia membeli tiket film dan berada tepat di samping Elsa. namun Elsa segera bertukar tempat dengan temannya untuk menghindarinya. Hari ini dia bisa duduk disamping Elsa, tapi janjinya untuk tidak membuat Elsa merasa gak nyaman membuatnya bingung.
Ditengah kegalauan Zildan, tangan halus dan dingin menyentuh tangan Zildan. Zildan melirik tangannya, Elsa sedang menggenggam tangannya. Dia menunjukan HPnya yang bertuliskan 'Pls biarkan aku menggenggam lebih lama, besok aku akan bilang ke ayahku dan ayahmu untuk batalin pertunangan kita. Semoga kamu bisa menemukan orang yang tulus mencintaimu'
Zildan melihat wajah sedih dengan mata berkaca-kaca. Pikiran Zildan penuh tanda tanya tentang tulisan yang di tunjukan Elsa.
*
Setelah selesai nonton film.
"Jujur ngeliat kamu pakai pakaian kaya Elsa gini, kaya lucu gimana gitu" Monik.
Amel juga melihat penampilannya memang mirip sama Elsa, bahkan sebagian barang yang dipakai dipinjam dari Elsa.
"Tau nih Zi, sengaja bikin aku keliatan lucu gini" Amel
"Kalian mau kemana lagi" Eka
"Kita mau cari makan dulu, kalau kalian kemana?" Elsa
"Kita juga mau cari makan, bareng yuk?" Eka
"Ka, aku pulang duluan ya. Tiba-tiba aku ngerasa gak enak badan" Elsa beralasan. Padahal dia merasa sakit melihat kedekatan Amel dan Zildan.
"Ohh..., yaudah Sa. Kamu sampai rumah langsung istirahat ya? bye Sa" Eka
"Bye Sa" Monik
"Bye semua" Elsa bergegas pergi
*
Elsa pulang dan segera memasuki kamar untuk melampiaskan semua perasaannya. Dia segera meraih bantal dan menangis.
Saat SMP Zildan memang membuatnya risih. Namun ketika memasuki SMA Zildan sempat izin selama satu bulan karena kecelakaan, dari situ dia merasakan ada sesuatu yang hilang
Dia ingin lebih dekat dengan Zildan tapi egonya membuat dia sulit untuk mengakuinya. Apa lagi dia selalu menolaknya berkali-kali. Sampai saat dia mulai tidak bisa menahan lagi. Ayahnya yang baru pulang dari luar negeri justru ingin Elsa bertunangan dengan anak sahabatnya.
Elsa berkali-kali menolak sampai ayahnya mengancam. Jika dia melihat Elsa diam-diam pacaran di sekolah. Dia akan mematahkan kaki orang yang mendekati Elsa.
Keesokan harinya Elsa curahat dengan dengan Bela kalau dia harus bikin Zildan jauhin dia. Karena takut ayahnya akan membuat Zildan dalam masalah. Itu hari dimana Elsa menolak cinta Zildan, hingga Zildan benar-benar menjauhinya. Meskipun sakit namun demi kebaikan Zildan dia rela.
Namun siapa yang menyangka calon tunangan yang selama ini di katakan ayahnya adalah Zildan. Dan seperti yang di perkirakan Elsa, Zildan benar-benar marah dan tidak mau bertunangan denganya. Bahkan sampai lari dari rumah. Setelah tahu keberadaan Zildan, Elsa mendaftar di universitas yang sama dengan Zildan berharap dia bisa memperbaiki hubungan mereka. Namun selama ini Zildan benar-benar tidak mengacuhkannya.
Sikapnya sangat dingin, Elsa mencoba bertahan karena dia gak pernah dengar Zildan dekat dengan cewek. Dan kemarin sepupunya Amel sangat bersemangat bahkan meminjam beberapa pakaian untuk kencan pertama mereka. Amel senang akhirnya bisa kencan dengan orang yang di kaguminya semenjak SMP. Mimpinya ingin bertemu dengan Aldan yang tak lain adalah nama samaran Zildan gamer favorit Amel.
Dan saat melihat kedekatan mereka hati Elsa benar-benar sakit. Namun sekali lagi dia mencoba tegar. Bukan salah Zildan sampai orang lain yang akhirnya memiliki hatinya. Tapi salahnya sendiri tidak berani berjuang demi cintanya.
Waktu makan malam sudah lewat. Elsa baru merasakan lapar dia sudah berusaha menahan tapi sudah tidak kuat. Akhirnya dia memutuskan keluar untuk membuat mie.
Namun langkah kakinya terhenti saat melewati kamar Amel terdengar suara isakan tangis Amel. Dia bingung kenapa Amel menangis.
Elsa membuka pintu yang kebetulan tidak di kunci, dan melihat Amel sedang menangis.
"Mel kamu kenapa?, Apa yang dia lakuin sampai kamu nangis?" Elsa
"Ray.., Zildan ternyata sudah punya tunangan" Amel
"Kamu tau dari mana?" Elsa kaget
"Tadi dia najak ke pantai. Terus sampai di pantai dia cerita kalu dia suka sama seseorang" Amel bercerita sampai sesegukan.
"Te..terus?" Elsa
"Dia bilang cewek itu sekarang jadi tunangannya. Tapi dia tau cewek itu gak pernah suka sama dia. cewek itu sudah nolak dia berkali-kali" Amel
"Bukannya dia benci sama tunangannya karena sakit hati?" Elsa mulai terbawa perasaan
"Bukan Ray. Dia tau tunangannya gak suka sama dia, dia tau cewek itu mau jadi tunangannya karena terpaksa. Jadi demi cewek itu dia lari dari rumah supaya cewek itu gak perlu jalanin pertunangan yang cuma bikin dia sakit" Amel
"Zildan Bodoh...." Elsa marah mendengar cerita Amel
"Loh kok malah kamu yang marah sih" Amel bingung.
"Mel, pinjam HPmu bentar" Elsa dengan wajah kesal. Amel langsung memberikan HPnya.
Elsa segera menghubungi Zildan. Namun HP Zildan tidak aktif.
"Dasar Cowok Bodoh..., Cowok Tolol.... Dasar Zildan Breennnggggseeekkk" Elsa kesal keluar dan menutup pintu dengan kasar.
Sementara Amel tambah bingung kenapa reaksi Elsa semarah itu.
Pagi harinya Elsa sudah pergi kekampus, sebelum pergi dia menanyakan Dika, Zildan di kampus atau gak. Elsa cuma mengirim pesan
'Dik, tolong Tahan Zildan jangan sampai dia pergi. Tunggu aku sebentar lagi sampai kampus'
'Kamu ada masalah apa sama Zildan' balas Dika tapi tidak ada balasan lagi.
Beberapa menit kemudian Elsa datang kehadapan Zildan. Zildan sedikit kaget tapi sok-sok gak perduli.
"Zi ikut aku sekarang" Elsa dengan wajah penuh emosi.
"Tu..tu...tunggu dulu" Zildan cemas karena wajah Elsa yang menyeramkan karena emosi.
"Gak ada waktu. kita harus clearkan masalah ini" Elsa menarik tangan Zildan. Elsa menarik tangan Zildan dari kelas sampai ke mobil. Elsa sudah gak perduli pandangan orang-orang yang melihat.
Elsa memacu mobilnya menuju ke pantai. Mereka berjalan ke area yang agak sepi.
"Apa alasan kamu nolak pertunangan?" Elsa
"A...a..aku sudah gak suka kamu lagi" Zildan
"Jujur..." Elsa membentak
"Ia, aku jujur" Zildan
"Terus apa maksud ceritamu ke Amel?" Elsa
"Cee..cee.. cerita apa?" Zildan.
"Dasar Beerrreeengggseeekk, sudah begini masih gak mau jujur lagi. Apa kamu mau kita terus salah paham?" Elsa
"Aku nolak, karena aku gak mau kamu terima aku karena terpaksa. Aku tau kamu gak pernah suka sama aku. Kalau kamu gak berani nolak. Biar aku ajah yang nolak. Puas" Zildan akhirnya melepaskan semua unek-uneknya.
Elsa menangis berjalan menghampiri Zildan dan memeluk Zildan. Zildan hanya tertegun, jantungnya berdetak cepat.
"Bodoh....Zildan Bodoh..., aku selalu berpikir kamu membenciku karena menolakmu. Apa kamu tau alasan aku menolakmu saat itu?" Elsa.
"Karena kamu gak suka sama aku, aku mendengar curhatmu dari ruang penyimpanan alat olahraga" Zildan
"Tunggu!, berapa banyak yang kamu dengar?" Elsa
"Kamu bilang, kamu benci situasinya, kamu benci kenapa aku selalu mendekati kamu. Jadi aku mutusin untuk menyerah karena aku sadar selama ini cuma bikin kamu sakit" Zildan.
"Dasar Bodoh..." Elsa
Zildan ingin mengatakan sesuatu tetapi bibirnya tertahan karena Elsa mencium bibirnya. Sedetik kemudian Elsa melepas ciumannya.
"Dasar bodoh, kamu hanya mendengar sebagian tapi sudah menyimpulkan. Apa kamu tahu saat itu aku galau, antara milih kamu atau milih Ayahku. Ayahku sudah mengancam mau patahin kaki cowok yang dekatin aku. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa. Dan juga aku gak mau ngasih harapan ke kamu, sementara aku sudah punya tunangan. Lebih baik kamu kecewa saat itu juga, dari pada sudah terlanjur jadian baru gagal karena aku sudah punya tunangan" Elsa menjelaskan
"Ja..jadi sebenarnya kamu juga.." Zildan gembira sambil memeluk Elsa. Mereka saling menatap dan berciuman mesra penuh penghayatan.
Setelah selesai berciuman Zildan menatap Elsa.
"Aku sudah menentukan pilihan. Ayo kita batalin pertunangan ini" Zildan
"Maksud kamu?" Elsa
"Aku sudah gak mau tunangan. Lebih baik kita langsung menikah" Zildan.
"Engak mau, kamu harus lamar aku dengan be..." kata-kata Elsa berhenti karena Zildan membuka kalungnya dan mengeluarkan cincin yang sudah tiga tahun dia jadikan mata kalung.
"Aku ingin kamu jadi istriku. Hanya kamu. Apa kamu mau menikah denganku?" Zildan.
Semua kebenaran terungkap. Beberapa bulan kemudian mereka meresmikan hubungan pernikahan.
Amel meskipun kecewa tapi dia bahagia, akhirnya sepupunya yang selama ini mengejar seorang cowok yang menjadi tunangannya. Akahirnya membuahkan hasil yang diinginkan.
Di acara pernikahan Elsa, Amel menghampiri Dika. "Apa kamu belajar keras bermain game untuk mendekatiku?"
"Ya.., dulu memang begitu. Tapi aku gak berbakat jadi gamer jadi aku menyerah" Dika tersenyum pahit.
"Aku berikan kamu sedikit bocoran. Aku bukan mencari seorang gamer. Aku cuma mau cowok yang pantang menyerah" Amel kemudian berlalu pergi.
*
Cinta memang tak biasa
setiap detik, setiap menit, bahkan setiap jam
Cinta bisa merubah segalanya.
Cinta itu seperti dirimu
setiap waktu, setiap saat, setiap apapun
bisa membuatku mengupayakan segalanya
Cinta itu seperti lantunan lagu.
Meskipun aku menutup telinga,
hatiku tetap mendengarnya
Cinta itu seperti kamu
hanya kamu, ya hanya kamu.
bagiku hanya satu itu,
hanya kamu.