"Sebenarnya persiapan apa yang kau lakukan." Tanya Harrziel basa-basi, sesungguhnya dia sama sekali tidak peduli apa yang akan dilakukan J padanya nanti. Entah J akan menipunya atau melakukan hal picik lain karena memang sejak awal dia salah sudah percaya kepada malaikat maut.
J berdecak. "Aku tahu kau tak memiliki minat sama sekali soal ini. Lebih baik kau lakukan hal lain atau mungkin kau bisa bermain dengan kesayanganku Cerberus karena mungkin ini akan lama. Bagaimana pun pada dasarnya pekerjaanku ini mengambil sebuah kehidupan, bukan membuatnya."
Tanpa disuruh pun Harrziel memang berencana seperti itu, tapi tidak untuk bermain dengan Cerberus. Karena itu mengingatkan dia kepada kenangan buruk saat di awal-awal dia masih belum mendapatkan tugas selanjutnya dia penasaran jika dirinya bermain dengan Cerberus. Memang awalnya Cerberus terlihat mau mendengarkannya di awal tapi semua berubah saat Cerberus tiba-tiba mendorongnya jatuh ke dalam lautan lava. Dia ingat jika jiwanya hampir hancur waktu itu, dan yang membuatnya kesal adalah dengan entengnya J tidak segera menolongnya dan menjadikan itu sebagai lelucon selama puluhan tahun lamanya.
"Tidak terimakasih. Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan aku tidak akan menggangu. Karena tidak ada gunanya juga aku melakukan hal itu"
.
Cukup sekian lama sampai akhirnya persiapan yang dilakukan J selesai dan entah kenapa dia terlihat sangat puas dengan hasil kerjanya itu. Sebuah portal dengan berbagai campuran warna. Harrziel pun berjalan menuju portal itu. "Baiklah ini dia akhirnya, huh? Kontrak kita selesai sampai disini. Kuharap kau menikmati hidupmu kali ini. Oh, ingatlah jangan membuat masalah lagi, kalau tidak kita akan bertemu lagi dalam waktu singkat."
Harrziel tertawa. "Mengucapkan kata-kata itu sangat tidak cocok untukmu. Tapi yah aku akan merindukanmu J."
J ikut tertawa dan melambaikan tangannya. "Jika kau merindukanku, kau bisa datang lagi ke alam baka nanti."
J yang mengundangnya ke alam baka itu sama saja seperti menyuruhnya untuk mati terlebih dulu. Dan jelas Harrziel tidak mau mati untuk kedua kalinya dalam waktu dekat. "Dalam mimpimu bodoh!" Setelah mengatakan itu Harrziel langsung melompat masuk.
Harrziel bisa merasakan sensasi aneh saat dia masuk ke dalam portal itu. Dia sebenarnya sedikit tidak percaya jika portal yang dibuat J benar-benar bekerja. Padahal sejak awal Harrziel tidak bisa mempercayai J karena dia mengaku sebagai malaikat maut.
Tapi apapun itu sekarang Harrziel sama sekali tidak memperdulikannya. Benar ini kenyataan ataupun hanya ilusi semata dia tidak peduli karena dia akan bertemu dengan Yoongi lagi.
.
Harrziel terkesiap. Dia melihat yang ada di sekitarnya. Sebuah ruangan yang asing tapi juga tidak terlalu asing karena dia tahu jika ruangan ini adalah kamar tidurnya. Dia langsung bangun dan melihat dirinya di cermin.
Yang dia lihat adalah sosok anak kecil yang manis dengan rambut kemerahan yang berantakan. Tampilkan sama seperti Hoseok. Wujud yang dia pilih saat Yoongi menjadi targetnya waktu itu. Jadi apa dia sungguh bereinkarnasi menjadi Hoseok seperti yang dia inginkan.
Untuk memastikan jika reinkarnasi ini sesuai dengan apa yang dia inginkan, Harrziel akan mengecek satu keinginannya yang lain. Dia berlari keluar rumah dan melihat rumah yang ada di sebelahnya. Dan itu sama.
"...Um, halo. Apa kamu anak yang baru pindah dari rumah sebelah? Aku Min Yoongi, tetanggamu..."
Harrziel tersenyum lebar dan berjalan mendekat kepada Yoongi. "Hai Yoongi, namaku Hoseok. Kau mau berteman denganku?"
Sesuai dengan kontraknya dengan J, apabila Harrziel melaksanakan hukumannya sesuai dengan persyaratan diawal dia bisa bereinkarnasi menjadi apapun sesuai dengan keinginannya sendiri. Dan sekarang Harrziel sengaja bereinkarnasi menjadi Hoseok dan mengambil waktu yang sama dengan saat dia bertemu dengan Yoongi.
Jika saat itu dia hanya seorang roh yang harus mengunakan kekuatan roh untuk mempertahankan kehidupannya agar tetap bisa bertahan di dunia, tapi kali ini dia bisa langsung bersentuhan dengannya tanpa harus mengorbankan dirinya sendiri.
.
.
Sudah lama waktu berlalu dan sekarang Harrziel–Hoseok bahagia dengan hidupnya. Dulu dia tidak memperdulikan hal lain selain dirinya sendiri dan setelah bertemu dengan Yoongi banyak hal yang membuat jadi berubah.
Hoseok mengelus rambut Yoongi tidur di pangkuannya. "Aku sangat beruntung karena bisa bertemu denganmu, Hoseok."
Hoseok tertawa kecil. "Tidak juga, justru aku yang beruntung bertemu orang sepertimu seumur hidupku."
Yoongi ikut tertawa. "Kalau begitu kita sama-sama menjadi orang beruntung karena bertemu dengan satu sama lain."
Hoseok mengangguk setuju. "Benar, keputusanku untuk bertemu denganmu lagi itu bukan kesalahan."