Akhir-akhir ini di desaku banyak hewan ternak milik warga yang mati tidak wajar. Hewan-hewan itu mati seperti di cabik-cabik hewan buas. Kabar yang tersiar kalau ada harimau dari hutan yang memasuki pemukiman atau berita yang lebih konyol kalau hewan itu di mangsa vampire yang nggak bisa memangsa manusia karena sampai sejauh ini belum ini ditemukan jejak adanya harimau atau serigala jadi mereka berspekulasi vampire yang bisa melakukannya.
Aku tidak terlalu percaya semua itu, tetapi malam ini rasanya sedikit mencekam. Suasana desa yang habis hujan terasa sepi, tidak banyak orang berlalu lalang.
Suara deru mobil yang kemudian berhenti memecah keheningan. Aku menoleh dari jendela untuk melihat mobil siapa itu. Mobil jenis SUV berwarna putih itu berhenti di depan halaman rumah kosong di sebelah rumahku. Dua orang laki-laki dan satu orang perempuan keluar dari sana. Aku tahu itu hanya dari jenis pakaian yang mereka pakai, selebihnya aku tidak bisa melihat dengan jelas, terutama seorang diantara mereka yang begitu tertutup dengan topi hitam menutupi separuh wajahnya dan juga masker.
Ketika aku sedang tidur aku merasa seseorang sedang memperhatikanku dari jendela. Aku bangun untuk melihat, sekelebat bayangan dari jendela rumah di sebelah rumahku berlalu.
"Apa itu? Apa seseorang tengah memperhatikanku?" Tanyaku pada diri sendiri sambil menutup gorden kamar.
"Aku jadi curiga kalau tetangga baru itu adalah vampire-nya. Mereka tampak aneh, apalagi kulit mereka yang putih pucat itu."
Esok pagi aku bangun dari tidurku, aku melongok ke jendela kamar lagi memastikan tidak ada yang aneh sejak kejadian semalam.
Dari atas sini aku bisa melihat pria di sebelah rumah yang kemarin datang menggendong kucing kesayanganku, fulgoso. Lewat pintu kaca samping rumahnya dia membawa fulgoso masuk.
"Fulgoso?"
Meong meong meong . . Suara kucing tersiksa terdengar setelahnya. Dengan panik aku berlari menuju rumah sebelah. Tanpa permisi aku membuka pagar rumahnya dan masuk melalui pinty kaca sampingnya juga.
"Fulgoso!" Teriakku mengagetkan mereka bertiga yang sedang berdiri berkeliling meja dapur. Aku melihat darah berceceran di sana.
"Kalian apakan kucingku?" Tanyaku.
Seorang pria yang lebih muda mendekat kepadaku.
"Jadi ini kucingmu?" Tanyanya. Dia memiliki kulit yang putih pucat, tingginya aku perkirakan sekitar 170 cm, dan aku memperhatikan wajahnya berhias mata one linenya, terasa tidak asing. Wajah ketus datar itu.
Apakah ini? Gumamku tidak percaya. Dia...dia...
"Min Yoongi!" Seruku. "Kamu anggota BTS bukan?" Tanyaku.
"Kamu Army?"
"Euh...iya, dan biasku kamu!" Aku tersipu malu.
"Ini kucingmu! Sudah kami obati." Kata seorang wanita paruh baya yang aku perkirakan ibunya.
"Fulgoso, kamu nggak apa-apa?"
"Sepertinya dia tertabrak mobil dan kakinya terluka jadi kami mengobati dia." Jelas wanita itu.
"Terimakasih bibi sudah menolong fulgoso."
"Namanya fulgoso? Lucu juga."
"Demi apa? Aku bertetangga dengan dia di desa ini?" Kata hatiku tidak bisa memalingkan pandangan dari wajahnya yang berkilauan itu.
"Apa kamu akan tinggal di sini?"
"Hanya sementara, aku orang sibuk. Di sini hanya untuk liburan."
"Oh selamat datang di desaku. Hati-hati selama tinggal di sini karena sedang tidak aman. Ada binatang buas yang memangsa hewan ternak."
"Bukankah mereka bilang itu ulah vampire?" Ujar Yoongi.
"Haha...itu konyol, mana ada vampire sekarang ini. Tadinya aku berpikir kalian vampire itu tetapi aku malah dapat jackpot."
"Kalau kami memang vampire bagaimana?"
"Aku rela jadi mangsa Min Yoongiku." Pikirku malah jadi tersipu.