Ting.
Seorang gadis cantik berambut panjang mengenakan seragam putih abu-abu baru saja keluar dari lift. Dia tinggal di sebuah apartemen elit bersama dengan kakak perempuannya yang bekerja sebagai wanita karir.
Namanya Kinara, usianya baru 18 tahun. Saat ini dia duduk di bangku kelas XII SMA. Sebentar lagi lulus.
Kinara berjalan sambil menari-nari dan menyanyikan sebuah lagu dari penyanyi idolanya. Di tangannya sekarang sudah ada brosur perguruan tinggi dimana idolanya itu menuntut ilmu.
Setelah tahu dimana Noel, penyanyi idolanya kuliah, gadis itu jadi bercita-cita ingin kuliah juga di sana.
"Pokoknya aku harus bicara pada mommy dan daddy. Aku tidak jadi kuliah di luar negeri, aku maunya kuliah di Jakarta aja. Soalnya Noel juga kuliah di sana."
Kinara berjalan menuju unit kakaknya sambil berbicara sendiri. Sesekali dia menatap foto penyanyi idolanya yang tersenyum dengan wajah tampannya di dalam brosur tersebut.
"Seperti apa yah rasanya melihat Noel secara langsung? Pasti dia aslinya ganteng banget. Ah ... aku jadi nggak sabar pengen cepet-cepet lulus terus kuliah di kampus yang sama sama Noel."
Kinara asyik dengan khayalannya sendiri. Dia tidak sadar jika sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya sambil tersenyum.
Tanpa mempedulikan apa pun di sekitarnya, gadis cantik itu memencet sandi unit apartemen kakaknya lalu masuk ke dalam sana.
Setelah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian sehari-hari, Kinara pun keluar dari kamarnya. Baru saja gadis itu hendak berjalan menuju dapur, tiba-tiba saja dia mendengar bel unit berbunyi.
Ting tong!
"Pasti kurir pengantar makanan." Kinara bergumam seraya berjalan menuju pintu. Begitu pintu unit dia buka, gadis itu langsung terpaku di sana.
Apakah aku sedang bermimpi? Batinnya.
"Nggak, ini pasti cuma mimpi."
Kinara menutup pintu unit kembali. Dia tidak percaya melihat siapa sosok yang berdiri di depan pintu.
"Apa aku udah gila? Kurir pengantar makanan kok aku liat mukanya sama persis kayak Noel. Nggak, nggak mungkin. Aku pasti udah nggak waras. Aku pasti cuma salah liat. Pasti gara-gara aku terus liatin brosur tadi. Jadinya aku terbayang-bayang terus wajah Noel."
Kinara sekarang sedang bersandar pada pintu, sambil memegangi dadanya. Jantungnya sekarang terpacu dengan sangat cepat sekali. Baginya, melihat Noel berdiri di depan sana merupakan sesuatu hal yang sangat tidak mungkin. Mustahil. Pikir Kinara.
Ting tong. Bel unit kembali berbunyi.
"Astaga, apa yang aku lakuin? Kurir itu pasti berpikir kalo aku ini cewek aneh. Dianterin makanan kok malah nutup pintu," gumam Kinara berbicara sendiri. Dia pikir kalau kakaknya sudah memesankan makan untuk dia santap sepulang sekolah, karena biasanya memang seperti itu.
Sebelum kembali membuka pintu, Kinara menarik napasnya dalam-dalam, mencoba mengkondisikan hatinya yang sudah teramat tergila-gila pada Noel, idolanya selama 3 tahun belakangan.
Ceklek. Kinara kembali membuka pintu.
Lagi-lagi Kinara harus menelan ludahnya kasar ketika kembali melihat pemandangan yang sama. Wajah tersenyum Noel kenapa tiba-tiba menempel pada kurir pengantar makanan ini sih? Sial. Ucap Kinara dalam batinnya.
Kinara mengucek matanya berulang kali, berharap wajah si kurir kembali pada wujud aslinya, bukan wajah tampan sang idola yang nampak di sana.
Setelah berkali-kali mengucek mata, tapi pemandangan di depannya tetap saja sama, tidak berubah sedikit pun.
Sepertinya aku harus nyeburin diri dulu ke dalam bathup. Aku beneran udah gila gara-gara ngebet pengen satu kampus sama Noel. Batin Kinara.
Gadis itu lantas hendak menutup pintu unitnya kembali, tapi ditahan oleh pemuda yang berdiri di depan sana.
"Kenapa pintunya mau ditutup lagi?" tanya pemuda itu.
Mendengar suara Noel, seketika mata Kinara membulat. Dia tidak menyangka, suara itu ... suara itu adalah suara Noel.
Tidak mungkin 'kan sekarang Noel beralih profesi menjadi kurir pengantar makanan? Begitu pikir Kinara.
Gadis itu masih belum percaya jika ternyata sosok pemuda tampan yang berdiri di hadapannya saat ini memang benar adalah Noel.
"No-Noel?" Kinara bertanya seraya menunjuk ke arah pemuda itu. Dia menatap Noel tidak percaya.
Noel tersenyum. "Halo, kenalin aku Noel. Aku penghuni unit sebelah. Sekarang kita adalah tetangga," ucap Noel ramah.
Ap-apa? Tetangga? Apa aku nggak salah denger? Batin Kinara. Mata Gadis itu kini menatap Noel tanpa berkedip. Pemuda itu ternyata terlihat berpuluh-puluh kali lipat lebih tampan jika dilihat secara langsung dan dari jarak yang sangat dekat.
Kinara tidak pernah menyangka jika ternyata tetangga baru yang dimaksud oleh kakaknya yang baru pindah tadi malam rupanya adalah Noel, idolanya selama ini.