Masa mudaku tidak seperti kebanyakan orang. Jika bagi semua orang masa muda adalah kenangan yang paling menyenangkan dan tidak ingin di lupakan. Namun, bagiku masa muda adalah perjalanan hidup yang menyakitkan.
Entahlah.. Kenapa aku bisa berfikir seperti itu? Kalian juga pasti bingung dengan hal itu. Ya, aku juga sama. Kenapa masa mudaku bisa seperti itu. Kalian boleh baca ceritaku ya..
Semuanya berawal dari perceraian itu, dimana orang tuaku memilih untuk bercerai karena keegoisan mereka. Tanpa memikirkan akibatnya, dan anak-anaknya yang akan menjadi korban.
Ya, aku anak broken home. Sejak usia 12 tahun, kehidupanku berubah. Harus bisa menerima orang lain yang masuk ke dalam kehidupan keluargaku. Ibuku menikah lagi, begitupun dengan Ayahku.
Tinggal bersama Ibu tidak seindah yang di bayangkan. Dulu, aku selalu berfikir jika memilih untuk ikut Ibuku saat orang tuaku bercerai akan lebih nyaman. Kenapa? Karena aku seorang anak perempuan yang bisa di bilang lebih dekat dengan Ibu. Namun, kenyataannya tidak seindah yang di bayangkan. Ketika Ibuku memutuskan untuk menikah lagi. Kehidupanku dan adiku mulai kacau.
Dimana Ayah tiri kami membawa seorang anak yang umurnya hanya beda 3 tahun dari aku. Dimana anak laki-laki ini tidak bisa berbaur dengan kami. Bahkan dia selalu saja membuat aku dan adiku di salahkan oleh Ibu. Entahlah kenapa Ibu begitu membela anak sambungnya itu.
Bingung melanda..
Di saat aku melihat jika rumah tangga Ibuku kali ini juga tidak baik-baik saja. Suami Ibuku hanya bekerja semau dia dan hanya Ibu yang harus bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan rumah termasuk kebutuhan anak sambungnya itu.
Aku yang masih usia remaja, mulai bisa berfikir dewasa. Aku melihat bagaimana Ibuku yang begitu mencintai Ayah tiriku hingga dia rela di perlakukan layaknya kerbau yang harus terus bekerja di saat lelah sekalipun.
Entah apa yang membuat Ibu begitu menurut dan takut pada suaminya sekarang. Padahal pada Ayah dulu, Ibu tidak seperti ini. Adik ku akan lulus sekolah dasar, dia mulai membutuhkan biaya untuk masuk ke sekolah selanjutnya. Namun, dengan keadaan ini Ibu tidak punya uang lebih untuk biaya sekolah adik ku.
Di usia 13 tahun, aku mulai mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang. Dimana aku bisa sekolah dan bekerja. Hasilnya aku tabung untuk biaya masuk sekolah adik ku. Dia adik laki-laki yang aku sangat sayangi dan aku harapkan bisa menjadi pelindungku suatu saat ini.
Namun, dengan seiring berjalannya waktu. Hal itu tidak terjadi, adik ku mulai menjadi pemberontak. Dia putus sekolah dan menjadi pribadi yang sulit untuk di nasihati. Dia mengalami broken home yang dia lampiaskan dengan sikap seperti ini. Adik ku mulai terhasut oleh ayah tiriku. Dia bahkan tidak lagi mau mendengarkan ucapan dan nasihatku sebagai kakaknya.
Hidupku mulai hampa, tidak ada yang peduli padaku. Seolah aku adalah anak terbuang yang tidak di inginkan kehadirannya.
Jika kalian bertanya dimana ayahku? Dia ada, namun dia di sibukan dengan keluarga barunya dan mengurus anak Kakak perempuanku yang sudah menikah. Memang dari kecil Ayah selalu membandingkan aku dengan Kakak Perempuanku. Mulai dari segi prestasi, sifat dan lainnya.
Aku muak dengan keluargaku ini. Dimana aku tidak mereka perdulikan. Mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri dan anak-anak yang mereka banggakan. Tentunya bukan aku salah satunya.
Kalian tahu, bagaimana aku begitu takut hanya untuk meminta uang untuk keperluan sekolah. Mereka selalu saling menuduh jika tentang biaya sekolahku atau biaya hidupku saat itu.
"Mintalah pada Ibumu, kau kan tinggal bersama Ibumu. Kenapa minta uang padaku"
Begitulah jawaban Ayah saat aku meminta uang untuk keperluan sekolah. Dan jika aku meminta pada Ibu...
"Kamu itu tanggung jawabnya Ayahmu, meski tinggal disini seharusnya Ayahmu masih tetap memberimu nafkah. Bukan malah terus menyusahkan Ibu"
Jawabannya adalah itu. Lalu, aku harus minta pada siapa? Tentangga? Apa mungkin mereka akan memberikan jika orang tuaku saja tidak memberi apa yang aku butuhkan. Bukan apa yang aku inginkan, tapi yang aku butuhkan. Aku sudah tidak peduli lagi dengan keinginanku.
Jadi, apa bisa masa mudaku itu sama dengan orang lain? Masa-masa terindah yang takan pernah terlupakan dalam hidup. Tapi tidak dengan masa mudaku. Nyatanya, masa mudaku tidak seindah yang di bayangkan.