Aku berjalan kaki melewati jalanan kerikil yang belum diaspal itu. Sebuah kampung tempatku tinggal tak jauh dari tengah kota kita-kira butuh waktu 30 menit jika ke kota dengan menggunakan kendaraan tapi butuh waktu 1 jam jika jalan kaki.
Naasnya hari ini aku pulang menaiki taksi hanya sampai setengah jalan, dikarenakan ban mobil taksi yang kutumpangi meletus.
Aku menyeka keringat didahiku tak ada satupun taksi atau ojek yang berlalu lalang ketika akan memasuki area kampungku.
Tubuhku bergedik ngeri ketika melewati pepohonan bambu yang begitu lebat itu hari sudah menunjukkan pukul 10 malam. Salahnya aku ketika selesai melakukan interview di salah satu perusahaan aku tak langsung pulang. Sebab teman kuliahku mengajak bertemu dan menonton bioskop.
Ku kuatkan diriku saat melewati pepohonan bambu nan rimbun itu. Sebab banyak sekali rumor bahwa disana banyak penunggu atau setan. Saat aku berjalan beberapa langkah lebar, sayup-sayup aku mendengar suara orang meminta tolong.
Tubuhku menegang kala mendengar suara itu aku menutup telingaku dan terus berjalan. Namun langkahku terhenti saat suara itu semakin jelas terdengar.
"Jangan ganggu aku siapapun itu ! jin, setan, dedemit, hantu wewe" aku menutup mata dan telingaku namun suara orang meminta tolong itu tiba-tiba agak melemah.
Aku mencoba membuka mata dan menguatkan diri dan mengedarkan pandangan, aku menajamkan penglihatanku pada sebuah semak yang bergerak tak jauh dari tempatku berdiri.
Karena penasaran walaupun takut aku mencoba menghampiri dan setelah aku mendekat aku mencoba menyingkirkan semak itu dengan tanganku.
"Astaga !" betapa terkejutnya aku saat melihat ada orang tergeletak dengan dada yang tertusuk pisau. Orang itu masih hidup walaupun kondisinya sudah melemah.
Buru-buru aku membantu orang itu seorang lelaki yang masih mengenakan pakaian kerja lengkap dengan jas yang masih menempel ditubuhnya.
"Tuan tidak apa-apa ?"
"Tolong.." lirih lelaki itu nadanya mulai lemah
Aku meraba disaku jasnya ku temukan hpnya dengan mode silent ada beberapa panggilan masuk di sana namun tak diangkat, mungkin itu kerabat atau saudaranya.
Aku buru-buru menelfon balik nomor itu, setelah diangkat oleh pemiliknya aku menjelaskan bahwa lelaki itu sedang terluka parah dan mengatakan dimana alamat mereka kini berada. Namun karena buru-buru takut jika lelaki itu meninggal, tiba-tiba saja ada mobil yang melintas. Aku segera menghentikan mobil itu dan meminta pertolongan dan syukurlah pemilik mobil tersebut mau membantu dan mengantar kami ke rumah sakit.
Aku kembali menelfon saudara pemilik hp itu dan mengatakan bahwa mereka akan ke rumah sakit X.
Begitu sampai dirumah sakit lelaki itu segera mendapatkan pertolongan dan bawa ke ruang operasi.
Aku menunggu diruang operasi dengan perasaan cemas. Tak lama datanglah seorang wanita paruh baya mendekat ke arahku, ku rasa itu adalah Ibu lelaki yang sudah kuselamatkan.
"Nak...Saya Ibunya Rain, bagaimana keadaannya ?" Wanita paruh baya itu sangat cemas.
"Dia sedang dioperasi Nyonya, ah..ini hp anak Nyonya" aku menyerahkan hp lelaki yang ku selamatkan yang bernama Rain itu.
"Terimaksih banyak Nak" Wanita paruh baya itu menerima hp yang ku berikan.
Aku melihat jam dipergelangan tanganku ternyata sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, aku meraih hp didalam tasku ternyata ada lebih dari 10 panggilan masuk dan yang menelfon adalah Ayahku.
Aku segera menghubungi Ayahku dan menceritakan apa yang ku alami hari ini dan berjanji akan segera pulang. Untungnya Ayahku memakluminya dan bisa mengerti, ia tidak marah padaku.
"Nyonya saya pamit, sebab ini sudah malam" ucapku ingin segera pulang ke rumah.
Wanita paruh baya itu mendongak ke arahku dan tersenyum ramah.
"Iya, sekali lagi terimakasih ya Nak" Wanita paruh baya itu memelukku. Tak lama ia melepaskan pelukannya karena mendengar pintu ruang operasi terbuka. Wanita paruh baya itu mendekat ke arah pintu dan aku karena takut hari sudah larut malam memutuskan segera pergi dari rumah sakit dan memesan taksi.
Pagi hari mentari masuk dari sela-sela gorden. Aku segera bangun dan memebersihkan diri setelahnya aku memakai pakaian kerja. Hari ini sudah satu minggu aku bekerja di perusahaan Xander Corp.
Setelah sarapan aku pergi berdua bersama Ayahku, kebetulan Ayahku juga ingin membeli pupuk untuk kebutuhannya di kebun.
Kami hanya tinggal berdua, karena Ibuku sudah lama meninggal saat aku berusia 10 tahun dan kini usiaku sudah 22 tahun.
Dalam perjalanan kami banyak bercerita agar tidak bosan. Hingga tibalah Ayahku mengatakan kalau sebaiknya aku ngekos saja didekat perusahaan tempatku bekerja agar menghemat ongkos pulang pergi dan memudahkan aku untuk bekerja.
"Apa tidak apa-apa Ayah tinggal sedirian ?" tanyaku sebelumnya saat aku kuliah juga aku tinggal dikost-kost'san.
"Ya tidak apa-apa, nanti begitu kamu libur bekerja kamu pulang kerumah" balas Ayahku menerangkan.
"Baiklah Yah, sepulang bekerja nanti aku mencari rumah kost di dekat perusahaan yang harganya terjangkau dengan gajiku" jawabku
"Iya, kalau sudah selesai langsung pulang ya Nduk"
"Iya Ayah"
Motor kami sudah sampai di halaman depan kantor perusahaan tempatku bekerja. Aku turun dari motor ayahku dan membuka helm dikepalaku dan memberikan pada Ayahku, sambil merapikan pakaianku.
"Sudah cantik Nduk" ucap Ayahku tersenyum lembut.
"Aku masuk dulu ya Yah, Assalamualaikum" aku menyalimi tangan Ayahku dan masuk ke dalam kantor.
"Walaikumsalam"
Aku melakukan pekerjaanku seperti biasa hari ini tidak terlalu banyak sebab laporan sudah ku buat kemarin, tingga menunggu perintah kepala divisi untuk memberikannya pada CEO. Tak lama aku dipanggil keruangan kepala divisi untuk memberikan laporan keuangan kepada CEO, walaupun aku baru bekerja disini.
"Baik Pak, akan saya antarkan keruang CEO" Aku pamit keluar dari ruangan kepala divisi semua mata staff keuangan yang sama denganku menatapku dengan penuh arti, dan memberikan semangat padaku dengan menunjukkan kedua tangan yang dikepalkan.
"Fighting"
Aku hanya tersenyum menanggapi aku bingung kenapa mereka bersikap seperti itu kemudian berlalu menuju ruangan CEO.
Aku mengetuk pintu dan membuka pintu ku lihat lelaki yang menjadi CEO perusahaan tempatku bekerja sedang menunduk memberikan berkas tanda tangan.
Aku menyodorkan dokumen berisi laporan keuangan bulan lalu pada CEO itu dengan menunduk tak berani menatap wajahnya.
"Apa ini ?" tanya CEO itu dengan suara beratnya.
"Laporan keuangan bulan lalu Pak, silahkan diperiksa" ucapku gugup
CEO itu memeriksanya dan menandatanganinya kemudian menyodorkannya lagi ke arahku.
"Bagus, Saya suka hasilnya Kyara" ucap CEO itu, aku mengangkat kepalaku saat ia mengucap namaku dan tatapan kami saling bertemu betapa terkejutnya aku kalau CEO itu adalah seorang lelaki yang pernah ku tolong minggu lalu.
"Anda ?!" suaraku agak keras karena kaget namun buru-buru aku menutup mulutku.
"Bapak, sudah sehat ?" tanyaku lagi namun Rain mengerutkan keningnya saat aku menyapa.
"Kamu tahu keadaan saya ?" tanya Rain balik
Aku diam saja seribu bahasa dan berpikir mungkin Tuan Rain lupa denganku orang yang menyelamatnya.
"Ah...maaf Pak, saya mungkin salah orang. Saya permisi" balasku kemudian berbalik menuju pintu keluar. Saat beberapa langkah, suara berat itu menghentikanku.
"Kyara...terimakasih" ucapnya kemudian aku berbalik menatapnya.
"Saya hanya bercanda, Saya ingat wajahmu orang yang telah menyelamatkanku" Ia mendekat ke arahku
"Ba..bapak ingat saya ?" aku mencoba membuka suara.
"Saya mana mungkin melupakan orang yang menolong saya dari kematian" jawabnya
"Ah...saya hanya melakukan kewajiban sesama manusia Pak" jawabku tak mau jika terus dipuji.
Ia tersenyum ke arahku begitupun aku membalas senyuman pula padanya.
Sejak hari itu aku dan Rain menjadi dekat awalnya kami berteman kemudian ia menyatakan bahwa ia menyukaiku dan menjadikanku kekasihnya. Tentu akupun menerimanya bukan karena ia Bosku atau karena lelaki kaya raya. Tapi akupun juga telah jatuh hati padanya sejak pertama kali bertemu dengannya. Hubungan kami berjalan dengan baik hampir 6 bulan, tak lama Rain bersama Ibunya datang melamarku dan Ayahku merestui kami. Hingga kini kami sudah menikah, ternyata Tuhan mempertemukan jodoh dengan cara yang luar biasa. Aku dinikahi oleh orang yang telah aku tolong, yaitu Rain yang tak lain adalah Bosku sendiri.
TAMAT