Namaku Shofia usiaku 20 tahun. Hari ini cukup melelahkan bagiku, bagaimana tidak? aku mendapat dua panggilan interview dan dua kali itu pula aku mendapat penolakan. Ya, gadis yang hanya tamatan SMU bisa mengharapkan apa selain keajaiban.
Kakiku mulai letih berjalan, tapi demi menghemat uang yang hanya tersisa 20 ribu di dompet aku tetap harus melangkah, sampai saat aku mendengar suara lirih orang minta tolong.
"To-long.... "
Aku memberanikan diri menengok ke dalam gang sempit itu. Namun belum sempat aku melangkah, tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Aku ingin berbalik dan berlari, tapi lagi-lagi aku mendengar suara itu. Akhirnya aku putuskan untuk mencari sumber suara itu. Dan ternyata ada seorang laki-laki dengan baju yang sudah bersimbah darah.
Aku membantunya berdiri, sungguh tubuh pria ini benar-benar berat.
"Tuan, apa kamu masih bisa mendengarku?" pria itu mengangguk. --- "Aku akan mencarikan tumpangan agar kita bisa ke rumah sakit."
Aku memapah tubuhnya hingga tiba di halte. Aku berdiri di tepi jalan dan mencoba menghentikan kendaraan apapun yang bisa aku tumpangani untuk membawa pria itu.
Tak lama sebuah mobil bak terbuka berhenti di depanku. Seorang pria tua tampak ramah menyapaku.
"Nona butuh tumpangan?"
"I-ya pak saya minta tolong. Teman saya sakit bisakah bapak membantu saya membawanya ke rumah sakit?"
Akhirnya pria tua itu setuju dan membantuku menaikkan pria yang tak ku ketahui siapa namanya. Dalam perjalanan dia terus merintih. Aku membantu menekan lukanya dengan cardigan milikku, aku tidak peduli jika bajuku sudah basah kuyup. Yang terpenting pria ini selamat.
Setibanya di rumah sakit pria itu langsung ditangani. Setelah aku mengucapkan terima kasih pada pak tua itu aku pun masuk. Suster memanggilku untuk mengurus administrasi. Tapi sumpah demi apapun aku tidak memiliki uang untuk jaminan. Akhirnya aku hanya bisa meninggalkan KTP ku sebagai jaminan.
Dokter begitu lama menangani pria itu. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan dia sebentar toh aku juga masih meninggalkan KTP disini.
Sampai dirumah ibu memarahiku dan memakiku tanpa sebab. Dia bahkan tak peduli sama sekali dengan pakaianku basah kuyup dan bersimbah darah. Aku hanya memilih diam dan menghindarinya. Tubuhku rasanya begitu lelah, setelah mandi aku langsung tertidur.
Keesokan harinya Bu Minah tetanggaku mendatangi ku. Dia memintaku bekerja paruh waktu menjadi pembantu di rumah majikannya. Aku akhirnya setuju dan melupakan KTP ku juga pria yang terluka itu.
Aku bekerja sebagai buruh cuci dan setrika. Bu Minah sangat baik orangnya, Begitu juga nyonya di rumah ini. Sungguh aku sangat betah bekerja di sini.
Seminggu sudah aku bekerja. Tiba-tiba terdengar suara ramai dari luar. Aku mematikan setrikaku dan mencoba menengok di luar.
"Bu Minah, ada apa?"
"Itu, tuan muda kembali."
"Oh... "
Hanya sebatas itu rasa ingin tahu ku, tanpa berniat mencari tahu lebih mengenai sosok tuan muda di rumah itu. Aku tidak mau kepo dengan hal yang bukan menjadi urusanku.
Selesai menyetrika baju, aku masuk ke sebuah kamar yang sangat mewah. Bertepatan dengan seorang pria yang baru keluar dari kamar mandi. Dia menatapku sambil berkedip lucu. Tapi saat menyadari tuan muda tidak memakai baju, aku langsung membuang wajah.
"Kamu... "
"Haduh mati aku, apa dia marah? aku masuk ke ruangan pribadinya tanpa mengetuk pintu." gumamku lirih.
Tuan muda terus mendekat ke arahku, aku menelan saliva kasar. Tubuhnya benar-benar bagus, dia hanya membungkus pinggang ke bawah dengan handuk besar. hal itu sampai membuat otakku berfantasi liar.
"Shofia Az-Zahra.. "
Aku seketika menatap tuan muda yang juga bosku itu. "Ya... "
"Jadi benar kamu Shofia Az-Zahra?"
"I-iya tuan, ada apa?"
"Kamu adalah gadis penyelamat hidupku."
Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan. 'Apakah tuan muda ini memiliki kelainan?' batinku.
Tanpa ku duga dia memelukku, Ya.. Tuhan jantungku rasanya mau copot. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku perbuat.
"Tomi, apa yang kamu lakukan?" pekik nyonya Desi kaget melihat kali berpelukan, eh bukan lebih tepatnya tuan muda yang memelukku."
"Mah, dia adalah penyelamatku, dia wanita yang aku cari. Dia yang nolong aku waktu itu."
"Kamu serius, Tom?"
"Iya, mah. Akhirnya aku menemukan dia."
'Aku benar-benar pusing, apa maksudnya? siapa yang penyelamat?' batinku terus bertanya-tanya.
"Terima kasih, nak Shofia. Ibu berhutang banyak sama kamu."
"Eh... maksudnya apa ya, Nyonya?"
"Kamu pernah nolong orang terluka di sebuah gang kecil?"
"I-iya, nyonya."
"Yang kamu tolong itu adalah Tomi anak saya."
Entah harus senang atau terharu karena ternyata orang yang ku selamatkan adalah bosku.
"Shofia, maukah kamu menikah denganku?"
"Eh, maksudnya?"
"Sejak tahu jika yang menolongnya seorang perempuan, Tomi berjanji akan menjadikannya seorang istri jika perempuan itu single. Dan beruntung kamu meninggalkan KTP sebagai jaminan," tutur nyonya Desi.
"Shofia, menikahlah denganku."
Aku mengangguk ragu, tapi ada hal yang lebih membuatku terkejut tiba-tiba bosku itu memelukku dengan erat.
"Yes.. akhirnya," seru tuan Tomi dengan keras.
"Kamu itu, Tom. Kaya anak kecil saja," ujar Nyonya Desi.
~Tamat~