"Ahhh Shiiitttttt" Umpat Aira dalam hati saat pekerjaannya ditambah oleh kepala divisinya.
"Kenapa wajahmu seperti itu? kamu tidak suka?" Tanya Tomo sang kepala divisi.
Aira hanya diam dan tidak menjawab.
"Kerjakan, jika senin pagi tidak selesai, maka kamu akan saya pecat!!" Tomo melenggang keluar meninggalkan meja Aira.
"Lihat saja nanti, aku akan punya kuasa untuk memecat pimpinan seperti dia nanti." Gumam Aira.
Tidak terasa, waktu terus berlalu, kondisi kantor sudah gelap dan hanya ada lampu kecil, pekerjaan Aira pun sudah selesai dan Aira bergegas pulang meninggalkan kantor yang sudah dua tahun ini ia tekuni.
Aira hanya pegawai biasa dibagian HRD, dia pegawai yang paling muda dan tidak banyak mengeluh sehingga membuat kepala divisi seenaknya memberikan pekerjaan lebih pada Aira.
Ingin rasanya Aira melaporkan pimpinan divisinya yang selalu berbuat seenaknya, namun Aira enggan mencari masalah dengan Tomo. Meski Aira kadang berkhayal suatu saat ia akan menjadi salah satu orang penting pemegang perusahaan dan membabat sebagian kepala divisi yang berbuat seenaknya pada pegawainya.
"Ahhh khayalanku terlalu tinggi, bahkan aku saja tidak tau wajah wajah petinggi perusahaan selain si Tomo menyebalkan itu." Ucapnya dalam hati.
Aira berjalan dibawah lampu jalanan menuju halte bus, "Udah jam sebelas, mana ada bus!" Gumamnya.
Lalu ia membuka aplikasi driver online, namun tidak ada satupun driver yang mau mengambilnya.
Jarak Apartemen yang disewa Aira dengan kantor tidak terlalu jauh, Aira cukup berjalan tiga puluh menit untuk sampai ketujuan, jika naik bus way, Aira hanya turun di halte berikutnya saja dan jika memakai ojeg online hanya butuh waktu sepuluh menit.
"Bugghh, bughh, bughhh."
Aira melihat seseorang yang sedang dipukuli oleh beberapa orang menyerupai preman.
Jalan yang memang sudah agak lengang membuat para preman mencari sasaran orang yang masih berkeliaran dimalam hari.
"Duh gimana ini?" Batin Aira.
Terlihat para preman sedang mengambil barang berharga dimobil oramg yang sedamg dipukulinya.
"Sepertinya itu sekelompok begal." Gumamnya lagi.
Aira segera mengeluarkan ponselnya dan merekam kejadian itu, cukup tiga puluh detik ia merekam, lalu ia mencari suara sirine polisi di aplikasi ponselnya dan menyalakan speakernya dengan kencang dari balik semak-semak yang tidak terlihat.
"Suara ambulan bos." Ucap salah satu anggota begal.
"Itu sirine, be*go!!" Kata begal satunya sambil mentoyor kepala temannya.
"Polisi." Ucap begal lainnya.
"KABUR!!!" Kata begal satunya sambil menuju motornya dan bergegas melarikan diri.
Aira menghela nafas, setelah ia tak melihat lagi anggota begal itu, ia segera menghampiri pria yang menjadi korban.
"Anda tidak apa-apa Mas?" Tanya Aira.
Namun pria itu sudah terkapar tidak bergerak. Aira mencari identitasnya namun tidak dapat ia temukan karna sudah diambil oleh begal.
"Aku bawa saja ke apartemenku." Gumamnya lalu memapah Pria tadi masuk kedalam mobil dengan susah payah. Aira yang memang bisa mengendarai mobil pun membawa pria tadi menuju ke apartemennya.
Aira dibantu oleh security apartemen untuk memapah pria itu dan membaringkannya di sofa.
Aira melepas sepatu dan dasinyang sudah tidak beraturan itu, dengan perlahan juga Aira membersihkan luka diwajah pria itu.
"Tampan sekali." Gumam Aira.
Pagi menjelang, Pria yang bernama Bryan perlahan mengerjapkan matanya.
"Awsshhh" Pekik Bryan sambil memegang rahangnya.
Bryan duduk dan melihat sekelilingnya. "Aku dimana?" Gumamnya.
Lalu pandangan Bryan beralih pada sosok wanita yang tertidur dengan wajah tertunduk beralaskan lengannya.
Bryan mengingat kejadian semalam. "Semalam aku dirampok, apa dia yang menyelamatkan aku?"
Bryan menatap wajah Aira yang tertutup sebagian rambut. Tangannya terulur dan perlahan menggoncangkan bahu Aira.
"Mbakk." Panggil Bryan membangunkan.
"Sebentar Pak, lima menit lagi kerjaan saya selesai." Kata Aira mengingau.
"Dia ngigau." Gumam Bryan.
"Mbak Mbakkk." Panggil Bryan lagi.
Aira mulai terusik, "Ahhh Bapak ini, saya kan lagi fokus ngerjain kerjaan bapak juga, kenapa ganggu sih." Bentak Aira yang membuat Bryan terkesiap.
"Galak juga nih cewek." Batinnya.
Aira kemudian membuka matanya, ia teringat bahwa dirinya tengah berada di apartemen bersama seorang pria asing. Aira mendongakan wajahnya melihat Bryan.
"Kamu sudah bangun?" Tanya Aira dengan muka bantalnya.
Bryan hanya nyengir, "Sudah Mbak, Mbak yang selamatin saya semalam?" Tanya Bryan.
Aira mengangguk.
"Jangan panggil saya Mbak, sepertinya kamu lebih tua dari saya. Nama saya Aira."
Bryan ingin tersenyum, namun bibirnya masih sakit saat akan menyunggingkan senyum. "Saya Bryan."
Aira mengangguk, "Semalam saya mengalihkan perhatian begal begal itu, lalu mereka pergi meninggalkan Mas Bry, saya cari identitas Mas Bry tapi tidak ada, sepertinya dompet Mas Bry diambil mereka." Kata Aira.
Bryan mengangguk.
"Aku sempat merekamnya." Kata Aira laginsambil memperlihatkan ponselnya pada Bryan.
Bryan mengulang beberapa kali video tersebut, "Ini murni begal." Ucapnya.
Aira memandang Bryan seakan bertanya, Bryan menyadari hal itu.
"Ah begini, aku kira semalam preman kiriman dari lawan bisnisku." Kata Bryan menjelaskan.
Bryan melirik sebuah mangkuk dengan handuk kecil di meja. "Terimakasih sudah menolongku." Ucapnya tulus.
"Sama-sama Mas, apa Mas mau saya antar pulang? Mobil Mas ada basement apartemen." Kata Aira menawarkan diri.
"Jika aku masih mau disini, bolehkah?" Tanya Bryan. Dirinya hanya enggan pulang kerumah dan bertemu ibu tirinya yang sedang gencar gencarnya menjodohkan Bryan dengan gadis yang tidak Bryan sukai.
Aira nampak berfikir.
"Maaf, aku hanya belum kuat untuk pulang meski kamu yang mengantarku." Kata Bryan.
Aira mengangguk, "Istirahatlah, saya mau bersih bersih dulu." Lalu Aira berdiri untuk menuju kamarnya.
"Maaf, Ra. Bolehkah aku meminjam ponselmu? Aku ingin menghubungi temanku."
Aira memberika ponselnya. "Pakai saja."
Bryan menerimanya. "Terimakasih."
Setelah Aira meninggalkan Bryan seorang diri di ruang tamu, Bryan segera menelpon asistennya. "Semalam saya dirampok oleh begal dijalan XX jam sebalas malam, cek semua cctv dijalan itu, bereskan mereka." Ujar Bryan.
Bryan pun mengirimkan rekaman video dari pinsel Aira ke ponsel asistennya. Bryan meletakan pinsel milik Aira di atas meja.
Tak lama Aira keluar dengan wajah yang sudah bersih. Aira menuju dapur untuk membuat sarapan. Untungnya ini hari sabtu, sehingga ia tidak oerlu buru buru berangkat ke kantor.
Ponsel Aira berdering, menunjukan nama Tomo maniak dilayar ponselnya, Bryan melihatnya dan mengernyitkan dahinya.
Aira yang mendengar ponselnya berdering segera mengambilnya.
"Iya Pak?" ~Aira~
".........."
"Ya Tuhan, ini hari libur Pak, kenapa saya disuruh masuk? Lagi pula anda yang menikmati uang lembur saya." ~Aira~
"........."
"Maaf Pak, untuk saat ini saya tidak bisa, semalam saja saya pulang jam sebelas malam." Aira memutuslan panggilannya sepihak.
"Dasar Tomo gila, lihat aja nanti, kecuranganmu pada bawahanmu akan segera terbongkar." Geruru Aira yang terdengar oleh Bryan.
"Kamu kerja?" Tanya Bryan.
Aira berjalan kembali kedapur dan diikuti oleh Bryan.
"Iya, Saya pegawai di perusahaan Abi Corp."
"Abi Corp?" Tanya Bryan meyakinkan yang diangguki oleh Aira.
"Bagian apa?" Tanya Bryan.
"Karyawan biasa pak, HRD."
Sejenak Bryan berfikir, "Berarti Tomo yang tadi mebelpon itu adalah Tomo kepala divisi HRD." Gumamnya dalam hati.
"Kamu disuruh lembur? Kenapa gak mau? Kan lumayan uang lembur di Abi Corp itu besar." Tanya Bryan.
"Iya, kalo nerima duitnya besar. Kadang duitnya sebagian ditilep sama si Tomo maniak dan gila itu." Jawab Aira.
"Dia siapa?" Tanyanya pura pura tidak tau.
"Dia kepala Divisi, hanya ke aku aja dia seenaknya karna aku tidak berani melwananya."
"Apa dia begitu sudah lama?" Tanya Bryan mendalam.
Aira mengangguk, sambil memotong sayuran ia pun bercerita.
"Setahun terakhir ini, dia sempat mau melecehkan saya, dan meminta untuk menjadi selingkuhannya, tapi saya gak mau, awalnya saya mau resign, tapi saya butuh pekerjaan itu, Mas."
Bryan memakan sarapan yang sudah Aira masakan, "Enak." Ucap Bryan.
Aira hanya tersenyum.
Siang hari, Bryan dijemput oleh Dimas, asistennya. Bryan memutuskan pulang dan berpamitan pada Aira.
"Cari tau tentang Aira, dia pegawai dibagian HRD."
Senin di perusahaan Abi Corp.
"Nona Aira, anda silahkan ikut saya." Ucap Andre.
"Lho ada apa ini Pak Andre?" Tanya Tomo.
"Mulai hari ini, Nona Aira akan menjadi asisten pribadi CEO, ini perintah langsungnya." Kata Andre salah satu sekertaris CEO.
Tomo tidak dapat berbuat apa apa karna ini perintah bosnya langsung
Aira meninggalkan mejanya menuju ruangan CEO. "Lho ada Pak Dimas." Kata Aira saat melihat Dimas membukakan pintu. Aira terkejut saat melihat Bryan duduk dikursi kebesarannya. "Pak Dimas.. Dia??" Tanya Aira ambigu.
"Pak Bryan Abisena, CEO Abi Corp." Ucap Dimas. "Yang anda selamatkan dari para begal." Katanya lagi.
Aira menunduk kikuk. "Masuklah Ra." Panggil Bryan.
Aira melangkah dengan ragu, lalu duduk didepan Bryan setelah dipersilahkan.
"Maaf Pak, saya tidak tau kalau Bapak...."
Bryan memberikan kode pada Dimas untuk meninggalkannya.
"Sebagai rasa terimakasihku, aku meminta kamu untuk menjadi asisten pribadiku dengan bekerja satu ruangan denganku."
"Tapi Pak.."
"Panggil aku Mas seperti biasanya jika kita sedang berdua." Bryan menatap dengan tatapan hangat.
Aira hanya mengangguk seolah terpesona akan ketampanan Bryan.
Hari bergabti hari, sudha tiga bulan Aira menjadi asisten pribadi Bryan dan bekerja satu ruangan dengan Bryan.
Bryan pun memecat Tomo setelah diadakan penyelidikan.
"Bapak memecat Pak Tomo?" Tanya Aira.
"Dia memang layak untuk dipecat." Jawab Bryan santai.
Bryan mendekat pada Aira, tangannya terulur mengusap pipi lembut Aira. "Aku jatuh cinta padamu." Ucapnya lembut.
Aira memundurkan langkahnya, "Maaf Pak, ini kantor."
Namun Bryan menangkap pinggang Aira dan mendekatkannya. "Jangan hindari aku. Aku jatuh cinta padamu saat kamu menolongku, dan semakin hari semakin mencintaimu."
Aira menelan kasar salivanya, "Tapi Pak, saya hanya pegawai Bapak."
Bryan mengecup sekilas bibir Aira, "Katakan kamu juga mencintaiku, Ra."
"Sa... Saya tidak tau Pak." Jawabnya gugup.
Bryan mencium bibir Aira, mereka berpagutan agak lama.
"Brakkk." Pintu terbuka.
"Bryan!!" Pekik Hardi, Ayah Bryan.
Aira melepaskan ciumannya dan mendorong dada Bryan.
"Ohh Daddy, mengapa Daddy menggangguku." kata Bryan santai.
Aira hanya menunduk, lalu ia melangkahkan kakinya namun tangannya ditahan oleh Bryan.
"Jadi dia yang membiatmu mebolak perjodohan?" Tanya Hardi.
"Hem." Jawab Bryan datar.
Hardi sudah mengetahui soal Aira yang menyelamtkan Bryan dari para begal, Aira pun bukan wanita penggoda yang matrealistis, justru ia sangat cerdas dan pintar.
"Daddy tidak boleh mengatur siapa jodohku." Tegas Bryan.
"Baiklah, tetapkan hari oernikahan dibulan depan, Daddy akan pensiun setelah kau menikah." Herdi pergi begitu saja meninggalkan Bryan dan Aira.
Bryan membawa Aira duduk disofa, ia menarik Aira agar duduk di pangkuannya.
"Bapak!!" Pekik Aira.
"Diam, atau kamu mau aku bawa ke ranjang." Kata Bryan yang membuat Aira membelalakan matanya.
"Saya belum bilang ia tentang hubungan kita." Kata Aira.
Bryan mengusap bibir Aira, "Aku tidak butuh persetujuanmu, aku tidak menerima penolakan."
"Tapi Pak..."
"Mas... Panggil aku Mas, Baby."
Tangan Bryan memgusap pipi Aira, "Kamu cantik, hatimu juga cantik, aku tergila gila padamu." Bryan kembali mencium bibir Aira dan Aira pun membalasnya.
"Menikahlah denganku." Kata Bryan setelah nelepas pagutannya.
"Kamu sedang melamarku?" Tanya Aira dengan tidak lagi berkata formal.
"Aku sedang memaksamu, Baby."