📪Semoga harimu cerah, secerah bunga matahari ini, selamat menikmati hari mu📪
📪Jangan lupa sarapan agar kuat menghadapi dunia. hehe📪
"Ada lagi" gumaman itu tanpa sadar tergumam oleh pria beralis tebal itu, "entah siapa orang iseng yang setiap hari mengirimkan surat seperti ini" ucapnya seraya membawa masuk bunga matahari dan satu kotak, yang entah apa isinya namun bisa dipastikan itu adalah makanan, karena disur itu tertulis jangan lupa sarapan.
***
Mahendra pemuda yang sering dipanggil Hendra ini tengah kebingungan, dirinya bingung sudah hampir satu bulan ini dirinya mendapatkan surat yang tak bertuan, iya surat yang setiap hari slalu stay berada dimeja depan rumah kontrakannya, sempat dirinya ingin mencari tahu, tapi sayang si pengirim rupanya sangat cerdik, sehingga sering kali Hendra mendapatkan zong jika tengah menyelidiki si pengirim surat itu.
"Hari ini bawa apa Hen?" pertanyaan umum dari teman satu divisinya siapa lagi kalau bukan Yanto, karena Hendra selalu cerita kepada Yanto tentang surat tak bertuan itu.
"Bronis, ini mau tidak, bagikan juga sama yang lain" titahnya kepada sang teman.
"Loe udah ngambil kan?" tanya Yanto yang hanya diangguki oleh Hendra.
***
"Heran deh ko ada ya orang iseng seniat itu" gumam Hendra yang didengar Yanto, saat ini mereka berdua tengah menikmati makan siang mereka yang sedikit terlambat karena harus menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu.
"Apanya yang bikin heran?" tanya Yanto
"Masalah surat itu" jawab Hendra
"Mungkin dia suka sama loe" ucap Yanto
"Kayanya engga, kalau suka mungkin disuratnya udah ada kata cinta atau sair cinta atau apa saja yang berkaitan dengan perasaannya, tapi selama gue terima surat itu, ga ada kata - kata itu" jelas Hendra
"Aneh juga sih, biasanya kan kalau suarat misteius, kalau bukan surat ancaman, ya surat cinta, nah kalau orang ini bukan dari keduanya" bingung Yanto.
"Ya itu dia yang gue pikir juga" Hendra.
"Ahh, sudah lah mending lanjut makan, bentar lagi masuk" titah Yanto yang kembali diangguki oleh Hendra
***
17.00 wib, Hendra berada dijalan menuju rumahnya, langkah kakinya sedikit pelan saat dirinya melihat dimeja samping pintu masuk kontrakannya sudah ada benda yang diyakini adalah dari si pengirim surat. "Apa lagi itu?" pertanyaan yang terlontar dari mulut Hendra, belum juga dirinya sampai dihadapan rumah kontrakan itu.
📪 Ini mungkin tak akan bisa menghapus jejak lelah mu, tapi kurasa bisa sedikit mengurangi rasa dehaga mu, bukankah berjalan kaki itu membuat capek, lihatlah peluh mu mengalir dipelipis mu📪
Surat tersebut berbunyi demikian, Hendra menghela nafasnya saat dirinya membaca surat itu, dia kembali menoleh ke kanan dan ke kiri, namun nyatanya nihil tidak ada siapapun disana, setelah kunci terbuka Hendra membawa masuk sebuah paperbag coklat itu kedalam rumah kontrakannya tak terkecuali dengan surat tak bertuan.
***
📪Jangan mencari tahu siapa surat ini, yang harus kau tahu surat ini ada karena surat ini ingin menemani kesepian mu, jadi nikmatilah selagi surat ini ada, jangan menjadikan surat ini beban mu, sampai -, sampai kau menunggunya diluar📪
Setelah tiga hari Hendra yang geram karena surat dan juga bingkisan atau apapun yang dikirimkan oleh si pengirim surat, akhirnya Hendra memutuskan untuk menunggui surat itu agar dirinya tahu siapa si pengirim surat.
Namun nyatanya selama tiga hari itu juga surat itu absen ditempat biasa surat itu disimpan, hingga Hendra pasrah dan tidak menunggui surat itu datang, dan hari keempat saat dirinya pulang dari tempat kerja, surat itu kembali datang lagi dengan bunyi yang tadi Hendra baca.
"Ya tapi gue penasaran sama loe" kesel Hendra kepada surat itu, sempat dirinya meremas surat itu karena dirinya merasa geram tak dapat mengetahui siapa yang mengirim surat itu.
"Ah masa bodo lah, mending mandi terus tidur" ucap Hendra.
***
📪Yang manis untuk orang yang juga manis, hihihi. semoga hari mu menjadi manis seperti rasa makanan ini, senyum itu ibadah tapi jangan terlalu manis nanti orang diabetes liatnya, sama seperti pemberian ku ini, jangan terlalu banyak memakannya nanti bisa kena diabetes hihihi, tapi tenang dijamin sehat kalau hanya sesekali. hihihi📪
Hendra sampai tersenyum sendiri membaca surat itu, "ada - ada saja" ucap ya sambil memasukkan surat itu dan dua coklat batangan yang lumayan besar itu kedalam tasnya lantas dirinya memulai aktifitasnya hari itu.
"Nih" ucap Hendra memberikan satu batang coklat kepada Yanto, membuat si pria berkulit eksotis itu mengernyitkan alisnya bingung.
"Sejak kapan loe suka makanan manis?" tanya Yanto
"Dikasih" jawabnya singkat.
"Si pengirim surat itu?" tanya Yanto
"Siapa lagi" jawab Hendra
"Fik's ini mah dia suka sama loe" jawab Yanto
"Ada kemungkinan engga Yan, kan gue udah bilang kalau dia suka gue dia punya peluang buat bilang suka sama gue" balas Hendra, yang membuat Yanto menggaruk tengkuknya sedikit bingung.
"alah bodo lah, yang penting punya cemilan" gumam Yanto yang mendapat tabokan dari Hendra.
"Makan aja no 1 loe" ketus Hendra tak ditanggapi Yanto.
***
📪Selamat istirahat, ini biar si lily menemani kamu dengan aromanya, dia harum seharum perjuangan mu mengejar rupiah. hihihi📪
Hendra membawa satu kotak yang belum dia tahu apa isinya beserta surat berwarna coklat itu kedalam rumah kontrakannya, setelah selesai membersihkan dirinya baru lah dirinya membuka kotak kecil itu, "lilin" alis tebal itu mengernyit tanda bingung "bukan kah dia bilang Lily, tapi kenapa lilin?" bingung Hendra.
walau demikian Hendra tetap menyalakan lilin itu, baru lah Hendra sadar apa maksud Lily yang disebut oleh si pengirim surat itu apa, ternyata lilin putih itu adalah lilin aroma terapi yang harumnya bunga Lily.
"Pantas dibilang Lily" gumam Hendra, sambil merebahkan tubuhnya dikasur lipat tipis itu, lama kelamaan matanya menyipit dan sayu selang 5 menit Hendra sudah terlelap kealam mimpi.
***
Bulan kembali berlalu, setiap hari Hendra ditemani oleh surat itu, dan Hendra sudah merasa biasa kembali dengan surat itu, dan juga benda atau barang yang juga dikirim si pengirim, terkadang jika surat itu absen satu hari saja Hendra merasa kehilangan saking terbiasanya Hendra, sebelum melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur Hendra pasti membuka pintu kontrakannya dan memeriksa apakah sudah ada surat itu disana atau belum.
Seperti pagi ini..
📪Mentari sudah terbit, ku harap kau juga sudah menerbitkan sinar mu pagi ini, sinar yang mencerahkan dunia mu, ingat senyum jangan lupa biar selalu ada ibadah disetiap langkah mu, sepertinya ini surat terakhir untuk mu, setelah ini kau akan terbebas dari si pengganggu ini. hihihi📪
Hendra menghentikan membaca suratnya, saat kata surat ini adalah yang terakhir, ada rasa aneh dalam dirinya, namun dirinya lebih memilih mengenyahkan perasaan itu dan melanjutkan bacaannya.
📪Jangan tanyakan mengapa dan kemana, karena kau tak akan mendapatkan jawabannya, anggaplah surat ini seperti tanggal 30 dibilang Februari..,📪
Hendra kembali menghentikan bacaannya dia sedikit tak mengerti dengan apa yang ditulisnya "emang 30 dibilang Februari itu ada ya?" tanyanya bingung karena setahu dirinya selain tanggal 28 atau 29 tak ada tanggal 30 dibilang Februari.
📪Iya tidak ada, tidak pernah ada tanggal 30 dibulan Februari sama seperti itu anggaplah surat ini tak pernah ada, tapi ijinkan aku mengenang mu seperti tanggal 17 Agustus di Indonesia📪
📪Aku akan mengenang mu seperti masyarakat Indonesia yang selalu ingat tanggal kemerdekaan negara mereka📪
📪Sampai ketemu lagi bunga matahari📪
Hendra memasukan surat itu kembali kedalam sampul birunya, setelahnya dirinya kembali kedalam untuk bersiap karena hari sudah mulai pagi
***
Dan apa yang tertulis didalam surat itu menjadi kenyataan hanya saja untuk melupakan surat itu sepertinya Hendra tidak bisa menepatinya, keinginan si pengirim surat itu.
Dan sampai detik ini Hendra masih tidak tahu siapa sipengirim surat itu, surat itu ,benar - benar seperti tak bertuan saja..