Aku Chyntia, aku seorang anak sekolah SMA kelas 3 dan aku adalah anak yatim piyatu. 3 bulan yang lalu kedua orang tuaku meninggal dalam perjalanan pulang kerja.
Aku memutuskan untuk bekerja paruh waktu di salah satu Toeserba yang cukup terkenal di Kotaku karena aku membutuhkan biaya untuk masuk ke perguruan tinggi dan biaya hidupku sendiri. Meski aku tahu tabungan kedua orang tuaku cukup buat membiayai aku sampai tamat kuliah, tapi aku tidak mau memanfaatkan itu.
Malam ini terasa sangat dingin tidak seperti biasanya, aku merasakan udara dingin menyelimuti kota kami.Udara seperti akan turunnya salju. Jam kerja aku sudah habis, waktu aku pulang agar segera sampai di rumah tanpa merasakan dinginnya turun salju di malam hari.
Aku meninggalkan tempat kerjaku, aku terus berjalan dan berjalan di atas trotoar jalan yang sudah sepi. Belum sampai di tempat pemberhentian Bus, salju turun satu persatu. Aku segera mempercepat langkah kakiku, aku terus berlari sebelum salju turun lebat. Setelah cukup jauh aku berlari akhirnya aku sampai di tempat pemberhentian Bus. Aku menggosok sedikit bagian tubuhku agar sedikit hangat.
“Dingin sekali malam ini.” Ucapku pelan sambil menghentakkan kedua kakiku yang mulai terasa kaku.
Aku yang masih menunggu Bus terus berdiri memandang lurus ke depan, aku melihat semak bagian depan bergoyang cukup kuat. Aku yang penasaran terus melihat hingga aku tahu apa yang ada di balik semak bergoyang tersebut. “Apakah itu hantu?” Gumamku pelan yang masih merasa penasaran tentang semak bergoyang.
Ada 10 menit aku memandang tanpa berkedip, melompat seokor serigala penuh luka di bagian wajahnya. Di sisi kananku melintas mobil berkecepatan tinggi, serigala yang melompat keluar terjatuh di tengah jalan membuat aku panik harus berbuat apa. “Serigala itu masih bernafas. Aku harus menolongnya.”
Melihat serigala yang pingsan penuh luka dan masih bernafas, aku terus berlari ke tengah jalan tanpa pikir panjang. Aku membentangkan kedua tanganku. “Berhenti.” Teriakku sangat kuat. Kedua tanganku gemetar hebat, wajah aku palingkan ke sisi kanan dengan kedua mata terpejam. Yang aku pikirkan hanya satu, jika aku mati malam ini setidaknya aku pernah menyelamatkan nyawa binatang yang patut di selamatkan.
Ciiiittt!!!
Terdengar suara rem yang cukup kuat dari arah kejauhan, mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi akhirnya berhenti tepat di sisi kananku. “Apa kamu mau mati. Dasar wanita gila.” Bentak pemilik mobil yang memarahiku habis-habisan dengan kalimat kasarnya itu.
Aku hanya diam, menundukkan kepalaku sambil berkata. “Maaf. Maaf ‘kan saya tuan.” Hanya itu yang bisa aku ucapkan kepada pemilik mobil.
“Lain kali jika kamu punya masalah jangan tabrakan diri ke mobil orang lain. Apa kamu paham.” Ucap pemilik mobil menasehatiku, ia pikir aku ingin melakukan hal bodoh seperti itu. Setelah menasehati ku pemilik mobil bergegas pergi meninggalkan diriku.
Melihat serigala lemah tak berdaya, sekujur tubuh penuh luka dan cuaca sangat dingin. Aku membuka jaket hangatku, aku berjongkok. Aku merasa takut akan di makan serigala, tapi aku tidak bisa membiarkan serigala itu sendiri. “Apakah kamu merasa kedinginan.” Ucapku sambil menutupi jaket di atas tubuh serigala yang tergeletak di atas jalan.
Serigala itu hanya mengangguk, ia seperti tahu apa yang aku ucapkan dan membuatku sangat heran. ‘Apa serigala bisa mengerti maksud dan perkataan manusia. Jika memang bisa itu sangat hebat.’ Batinku.
“Aku akan membawa kamu pulang dan mengobati tubuh kamu.” Ucapku. Aku yang sebenarnya ketakutan menggendong tubuh serigala itu. Kedua tanganku gemetar saat aku memeluk tubuh serigala tersebut, tapi aku tidak bisa membiarkannya sendiri. Aku membulatkan tekad untuk membawa serigala tersebut ke rumah.
.
.
2 jam kemudian.
Aku sudah berada di rumahku, di dalam kamar ku. Aku mengambil air hangat dan handuk kecil, aku membersihkan darah yang menempel di bulu indah serigala tersebut. Setelah darahnya sudah sedikit bersih, aku memberi alkohol dan mengobati luka yang di dapat serigala tersebut.
Serigala itu membuka kedua matanya, terlihat mata biru yang indah menatapku sangat dalam. Tangan kanan serigala tersebut di letakkan di atas telepak tangan kananku. 5 menit kemudian serigala itu berubah menjadi pria sangat tampan. Aku terkejut, aku mundur kebelakang.
“Siapa kamu dan kenapa kamu bisa berubah menjadi seorang pria tampan.” Aku mengulurkan jari telunjuk tangan kananku ke arah pria tampan tersebut. “Ka-kamu kenapa tidak pakai baju, apa kamu tidak tahu malu.” Ucapku terbata-bata. Aku langsung memejamkan kedua mataku, meraih selimut dan menyelimuti tubuhnya agar tidak terlalu polos.
Pria tampan tersebut mengambil selimut yang aku tutupin ke tubuhnya, pria tampan itu melingkarkan selimut di seluruh tubuhnya. Pria tampan itu duduk, kedua tangannya memegang pipiku yang memerah. “Terimakasih.” Kedua jari jempolnya mengusap lembut pipiku yang memerah. “Kenapa pipi kamu sangat merah? Apa kamu demam.” Punggung tangan kanannya di letakkan di dahiku.
Aku segera mundur kebelakang membuat punggungku terbentur tembok kamarku. “Jangan dekat-dekat.” Aku membuka kedua mataku. Kedua pipiku semakin memerah saat menatap wajah tampan, kedua bola mata biru memandang diriku sangat dekat. Membuat hembusan nafasnya terhempas di wajahku. “Ka-kamu siapa?” tanyaku sekali lagi.
Pria tampan itu duduk, ia melipat kedua kakinya. “Aku Jhonatan. Aku pangeran dari salah satu serigala yang ada di dalam hutan terlarang. Kami lagi di bantai habis-habisan oleh salah satu manusia yang jahat dan tidak berprikemanusian. Hanya aku yang berhasil kabur dari kejaran mereka. Aku tidak tahu harus kemana, aku hanya tahu berlari dan berlari sangat jauh untuk melindungi diriku. Dan sekarang aku tidak tahu harus tinggal dimana.” Ucap Jhonatan memberi penjelasan buat Chyntia.
“Hahaha.” Chyntia tertawa geli hingga membuat ia menangis. “Kamu seperti seorang pendongeng saja.” Ucap Chyntia sambil menghapus jejak air mata yang keluar dari ujung ekor matanya.
“Aku serius.” Ucap Jhonatan menatap serius wajah Chyntia.
Cyhntia berdiri. “Iya- ia. Aku percaya. Kamu sudah makan?” tanya Chyntia menatap wajah Jhonatan yang terlihat datar.
Jhontan menggeleng. “Sudah 1 minggu.” Jhonatan berdiri, selimut yang melingkar di tubuhnya terlepas membuat burung mati terpampang jelas. “Apa kamu punya daging segar?”
“AAAA..” Teriak Cyhntia, kedua mata spontan terpejam, tangan kanan meraih selimut yang jatuh di atas lantai ruang tamu. “Pakai. Cepat pakai.” Teriak Chyntia memberi selimut tersebut.
Jhonatan mengambil selimut dan membalutkan ke seluruh tubuhnya.
“Mari ikut aku ke kamar mendiang orang tuaku. Aku yakin baju Ayah muat dengan kamu.” Ajak Chyntia menggandeng tangan kanan Jhonatan membawanya naik ke lantai 1 kamar mendiang kedua orang tuanya.
.
.
.
.
1 tahun kemudian.
.
Waktu cepat berlalu, kini Chyntia sudah masuk ke Universitas perguruan tinggi. Jhonatan yang tidak ada kegiatan menjemput Chyntia pulang Kuliah. Jhonatan yang sedang menunggu di depan gerbang yang tadinya berdiri sendiri kini sudah di kelilingi wanita cantik yang kuliah di Universitas Chyntia.
Chyntia yang keluar dari gerbang menaikkan sudut bibir atasnya, kedua kaki melangkah cepat mendekati Jhonatan yang sedang di rayu para wanita.
“Hai. Tampan.”
“Wah..Tampan sekali, boleh minta nomor teleponnya gak?”
“Mau jadi pacarku yang ke 10 tidak.”
“Mau jadi Ayah dari anak-anakku tidak.”
Terdengar suara wanita yang berkata seperti itu merayu Jhonatan.
“Ehem.” Chyntia melirik satu persatu wanita yang menggoda Jhonatan. “Apa kalian tidak ada pekerjaan lain, apa pekerjaan kalian hanya merayu pacar orang.” Tandas Chyntia terlihat kesal, kedua mata berapi-api menatap wanita yang mengelilingi Jhonatan.
Jhonatan tersenyum manis, ia segera merangkul tangan kiri Chyntia. “Sudah kamu jangan marah lagi. Mari kita pulang, aku sudah memasak makanan enak buat kamu.”
Setelah cukup jauh mereka melangkah, Chyntia melepaskan tangan Jhonatan yang merangkul tangannya. Kedua mata yang terlihat masih cemburu memandang wajah tampan Jhonatan. “Apa kamu suka di rayu wanita-wanita gatel seperti itu. Bagaimana jika kamu di jebak mereka dan di bawa mereka kabur untuk di jadikan pajangan. Bagaimana?” Tanya Chyntia menekan di kalimat terakhir.
Jhonatan menarik dagu Cyhntia dan melayangkan kecupan manis. Kedua mata biru memandang wajah manis Cyhntia yang terlihat cemas. “Apa kamu cemburu? Apa kamu sangat kuatir denganku?”
Cyhntia memukul pelan tubuh kekar Jhonatan. “Ia..Kekasih mana yang tidak cemburu bila pasangannya di rayu orang lain dan pasangannya hanya diam menikmati hal itu.”
.
.
Terimakasih..😊😘