Dia...
Tak ada kata yang dapat menggambarkan sosoknya. Sosok yang terus terbayang di dalam angan dan hati. Dialah cinta, dialah arti dan makna dari bahagia. Bersama nya aku tertawa, bersamanya aku terluka. Dia obat, tetapi ia juga racun.
Terimakasih atas luka, terimakasih atas garam yang engkau taburkan di atas luka yang masih terbuka.
Ku hargai usaha mu membuat kan ku secangkir minuman seduh pahit, yang saat ini masih saja aku nikmati rasanya.
Terimakasih atas duka dan rasa kecewa yang engkau berikan. Terimakasih juga untuk canda dan tawa yang engkau lontar kan, walau ujungnya tak bertahan lama.
Aku tahu, aku tak sempurna. Aku bukan sosok yang kamu idamkan, aku juga bukan wanita yang akan kamu inginkan. Maafkan hati ku yang telah lancang mencinta, berkhayal akan sosok mu yang terus bersama ku.
Aku tahu, bahwa kamu tahu. Aku berterimakasih karena kau tidak menolakku, tidak juga menjauhi diriku. Aku tahu dimana tempat-ku dan aku akan kembali ke tempat-ku.
Maaf jika kamu terganggu atas kehadiran-ku. Aku akan pergi, pergi jauh darimu dan... darinya; wanita yang kamu cinta.
Aku tak apa, asalkan kamu bahagia.
Selamat tinggal cinta, Semoga kita tak kembali berjumpa. Bahagialah dengan-nya, biarkan aku mencari yang lain meski sulit.
Aku tahu surat ini tak akan sampai pada-mu, tetapi terimakasih aku ucapkan sekali lagi untuk-mu. Sampai jumpa.