Call Center Cinta (3C)
Gladis datang dengan terburu-buru, dia tiba di kantor pukul 07.50, jam kerjanya dimulai pukul 08.00. Dia bekerja di salah satu provider internet terbesar di negaranya. Dia bekerja menjadi agen call center bagian keluhan pelanggan.
Memasuki kabin dan mulai duduk di kursinya, sambil menyalakan komputer, memasang headset di telinganya. Menatap monitor besar yang ada di dinding, menunjukan berapa banyak antrian telepon yang terhubung. Waiting list pelangan yang menelpon cukup banyak, tertera pengumuman GAMAS (gangguan masal). Dia melepas headsetnya dan bertanya pada teman sebelahnya, menepuk pundaknya yang sedang berbicara pada pelanggan.
“Hei, Dina, gamas apaan?”
Dina menekan tombol AUX pada pesawat teleponnya agar pelanggan tidak bisa mendengar percakapannya, “Tidak tau, tidak ada informasi jelas, kita hanya diarahkan untuk bilang ke pelanggan ada gangguan masal!” Dina menekan kembali tombol AUX untuk melanjutkan pembicaraanya pada pelanggan.
“Oke, thanks,” gumam Gladis.
Gladis memasang kembali headsetnya dan mulai menekan tombol ON pada pesawat telepon PABX-nya. Sambungan pelanggan langsung terhubung.
“Speed Media, selamat pagi, dengan Age ada yang bisa dibantu?” ucap Gladis dengan ciri khas seorang operator dan menyebut dirinya Age sebagai nama onlinenya.
“Ini kenapa internet saya mati?” ucap seorang pelanggan pria.
“Mohon maaf, dengan siapa saya bicara?”
“Peter.”
“Bisa dibantu nomor pelanggannya, Pak Peter?”
“9998989898”
Gladis mengetikan sederet angka yang disebutkan Peter.
“Baik, Pak Peter, mohon di tunggu sebentar saya lakukan pengecekan terlebih dahulu, mohon jangan dimatikan teleponnya.” Gladis menekan tombol hold dari pesawat teleponnya.
Terdengar suara lagu Mars perusahaan tersebut di telinga Peter.
“Kenapa lama sekali, pengecekannya.” Batin Peter.
Tidak sampai satu menit sudah terdengar suara dari Gladis, dia tau tidak boleh hold pelanggan terlalu lama, karena jika keadaan gamas tidak perlu di hold, langsung bilang saja pada pelanggan jika ada gangguan masal.
“Terima kasih telah menunggu, Pak Peter, mohon maaf atas ketidaknyamanannya, setelah kami melakukan pengecekan ada gangguan masal,Pak.”
“Sampai berapa lama?”
“Untuk estimasinya masih belum bisa di pastikan, Pak.”
“Lalu, bagaimana? Pekerjaan saya membutuhkan internet yang kuat, saya sudah membayar mahal untuk berlangganan di Speed Media ini!” ucap Peter marah.
Gladis menekan tombol AUX, “ Semua juga bayar mahal keles, Biasa ja donk ga usah pake urat!” gumam Gladis yang tidak dapat di dengar Peter.
“Mohon maaf atas ketidaknyamannya, Pak!” ucap Gladis.
“Jangan hanya meminta maaf saja, saya butuh solusi!”
“Kami akan usahakan yang terbaik, Pak!”
“Saya butuh kepastian! Kerusakannya dimana sih?”
“Kabel yang tertanam di bawah laut, Pak,” ucap Gladis asal, dia berharap pelanggan cepat menutup sambungan teleponnya, jika diperbolehkan menutup panggilan terlebih dulu, dia pasti sudah melakukannya. Sayangnya peraturan tetap peraturan.
“Kamu jangan asal bicara, ya? mana ada alasan seperti itu? Cepat panggil manager kamu, saya ingin bicara? “
“Mohon maaf, Pak. Manager kami sedang tidak ada di tempat.”
“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!”
Gladis berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut.
“Terserah loe! sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!”
“Apa kamu bilang? Dasar cewe brengsek, bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?”
Gladis panik, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah.
'Gawat, pelanggan gue denger makaian gue!' batin Gladis.
“Mohon maaf, Pak. Saya tidak bicara dengan Bapak.”
“Dasar operator bodoh! Nama kamu Age kan? saya akan laporkan ke atasan kamu, saya masukan ke koran pembaca. Dasar cewe gila!”
“Hallo … hallo … mohon maaf, Pak. Suara anda tidak terdengar dengan jelas.” Gladis sengaja acting tidak mendengar ocehan Peter.
“Kamu jangan mempermainkan saya, Ya! dari tadi sambungan telepon suaranya jernih tiba-tiba bisa tidak mendengar suara saya!”
Gladis tetap berpura-pura tidak mendengar perkataan Peter. “Hallo … Hallo …, mohon maaf Pak Peter suara anda tidak terdengar dengan jelas, percakapan tidak dapat dilanjutkan. Terima kasih telah menghubungi Speed Media, selamat pagi, selamat beraktifitas.”
“Hei, jangan pura-pura gadis bodoh ….” Peter marah.
Gladis memutuskan sambungan telepon Peter, tanpa peduli makian Peter masih terdengar di telinganya sampai sambungan telepon diakhiri.
Peter kembali menghubungi call center Speed Media. Namun, hanya terdengar lagu mars perusaahan tersebut, yang menandakan antrian yang menelpon banyak.
“Sial!” Peter membanting ponselnya. “Bakal gua cari loe, operator brengsek!”
Peter memperpanjang masalah agen call center tersebut, dia melakukan pengaduan keluhan pelanggan ke koran pembaca, hingga akhirnya Gladis dipecat dari pekerjaannya.
“Ah, sial! Gara-gara pelanggan bernama Peter, gue jadi dipecat!”
Gladis mengambil ponselnya, mengganti SIM Card-nya dengan yang baru, dan menelpon lelaki yang menjadi penyebab dirinya di pecat.
“Hallo.” Baru satu kata yang terlontar dari Peter, sudah terdengar makian dari seorang perempuan di seberang teleponnya.
“Dasar brengsek! bulu babi! kecoa bunting! Gue sumpahin bulu hidung loe memanjang ….!” Puas memaki, Gladis langsung menutup panggilan teleponnya, mengeluarkan SIM Card dan membuangnya.
“Dasar gila!” gumam Peter.
Peter menyelidiki orang yang meneleponnya, tidak sulit baginya menemukan orang tersebut walaupun orang tersebut mengganti nomor teleponnya. Dia menemukan fakta bahwa yang menelponnya adalah seorang agen call center yang kemarin bertengkar dengannya dan sudah di pecat dari pekerjaaannya.
Peter mendatangi rumah Gladis, dia sudah menyusun kata-kata makian untuk berhadapan dengan wanita yang menurutnya sangat menjengkelkan. Gladis membuka pintu, tatapan mereka bertemu, Peter terdiam saat melihatnya, terasa getaran di hatinya. Kata-kata makian yang sudah ia susun sirna seketika. Dia tidak melupakan tatapan gadis ini, yah dia adalah orang yang telah menolong Peter saat terjadi perkelahian dengan segerombol preman saat masih di bangku SMA.
“Anda siapa?” tanya Gladis.
“Aku Peter, pelanggan Speed Media.”
“Apa!” panik Gladis.
“Aku tau kamu di pecat dari Speed Media. Aku akan bertanggung jawab untukmu.”
“Jadi kamu mau menjelaskan ke kantorku agar aku dapat bekerja lagi.”
“Tidak, tapi aku akan menikahimu.”
Gladis hanya bisa mematung di tempat, Peter membawanya ke catatan sipil untuk mendaftarkan penikahan mereka.
Mereka menikah dengan terburu-buru, Peter tidak ingin kehilangan gadis ini lagi, sudah cukup lama dia mencarinya tapi tidak menemukannya. Tidak disangka mereka dipertemukan berkat call center.
Tamat.