Di malam pernikahan mantan pacar, aku hamil. Hati dan perasaanku hancur seketika saat itu. Aku tidak menyangka perbuatan mantanku Reno yang memaksaku sekitar sebulan yang lalu itu ternyata menyisakan benih di rahimku.
Kupandangi dua garis biru pada test pack itu dengan air mata yang terus menetes di pipiku. Aku bingung harus ke mana aku mengadu saat ini. Tidak mungkin aku mengadu kepada Reno. Dua minggu yang lalu ia memutuskan hubungan di antara kita berdua. Saat itu ia marah karena aku menolak untuk menuruti keinginannya untuk melakukan perbuatan terlarang itu lagi. Pertengkaran di antara kita tidak bisa terelakkan lagi saat itu. Ia mengomel dan mempermalukanku di depan tetangga-tetangga kosku bahwa aku ini sudah ia nodai.
Keesokan harinya ia datang meminta maaf kepadaku atas perbuatannya itu. Tapi, aku menolaknya. Aku terlanjur malu dan marah kepadanya. Ia kemudian pergi meninggalkanku di perpustakaan sendirian.
Aku hanya bisa menatap kepergiannya dari jendela perpustakaan. Sebenarnya Reno dulu adalah anak yang baik. Kami berpacaran sekitar tiga tahunan. Awla mula kami saling mengenal adalah saat ia menjadi kakak senior dan aku menjadi mahasiswa baru di kampus. Selesai Ospek, dia mengutarakan perasaannya padaku. Aku pun menerimanya dengan syarat kita pacaran yang sehat-sehat saja.
Tiga tahun pun berlalu. Karena banyak pikiran tentang skripsinya, Reno mulai mulai sering keluar malam. Bahkan, kata teman-temannya ia sering mabuk di klub malam. Sejak saat itu sikap Reno pun mulai berubah terhadapku. Ia agak kasar dan mulai agresif terhadapku. Tapi, aku selalu menolaknya.
Karena sayang padanya, aku pun mencoba menasehatinya dengan sabar agar ia berubah dan kembali menjadi Reno yang dulu. Tapi, usahaku gagal. Rini, sahabatku selalu memberikan support kepadaku untuk terus sabar menghadapi Reno. Menurut Rini, suatu saat Reno pasti akan sadar dan meninggalkan kebiasaan-kebiasan buruknya.
Hingga malam itu pun tiba. Reno mengajak aku ke rumahnya untuk merayakan ulang tahunnya. Aku yang mulai agak curiga kepada Reno pun mengajak Rini untuk ikut bersamaku. Ternyata benar, Reno sudah mempersiapkan acara khusus ulang tahunnya yang hanya dirayakan oleh kami bertiga.
Setelah acara potong kue, Reno menuangkan wine ke dalam gelas. Aku menolak, tapi Reno memaksaku. Reno menyuruh Rini untuk membujukku agar aku mau minum sedikit saja. Karena diminta Rini aku pun mau minum sedikit, tapi ternyata di dalam gelasku sudah diberi obat tidur. Akhirnya, malam itu pun Reno berhasil memenuhi keinginannya terhadapku. Dalam keadaan setengah sadar aku sempat mengingat bahwa Reno mengucapkan terima kasih kepada Rini.
Dua minggu setelah putusnya hubungan aku dengan Reno, ada suatu peristiwa yang betul-betul membuatku terkejut dan kecewa. Ternyata, setelah putus denganku, Reno malah menjadikan Rini sebagai pacarnya. Dan malam ini adalah hari pernikahan mereka.
Kuraih Ponselku dengan tenagaku yang sudah lemas. Seharian aku tidak makan. Aku hanya bisa mengurung diri di dalam kamar kos.
Kubaca lagi isi WA dari Rini semalam,
"Cha, besok aku akan menikah dengan Reno. Ini mimpiku sejak lama. Aku harap kamu tidak menggangu hidup kami lagi. Kamu itu hanya sampah yang tidak berguna. Sebaiknya kamu itu pergi jauh-jauh dari kehidupan Reno. Reno itu milikku."
"Ya Tuhan ... Aku tidak bisa membayangkan. Ternyata, sahabatku sendiri setega itu denganku,"
Benar kata Rini. Aku ini hanya sampah yang tiada berguna. Maka aku harus pergi jauh dari kehidupan Reno.
Dalam kebingungan yang sangat luar biasa. Meneruskan kuliah rasanya tidak mungkin karena perutku pasti akan membesar nantinya. Meminta pertanggungjawaban Reno juga tidak mungkin karena saat ia ia pasti sedang mempersiapkan acara pernikahannya. Mengadu kepada orang tuaku juga tidak mungkin karena mereka pasti akan sangat kecewa dan marah terhadapku.
Aku pun memilih untuk pergi ke tempat yang jauh dari tempat ini. Tempat untuk membesarkan anakku. Aku tidak mungkin membunuh anakku. Ia tidak boleh menanggung dosa kedua orang tuanya.
Beberapa jam kemudian ...
Aku berada di dalam sebuah kereta bersiap menuju ke kota tembakau di ujung timur pulau Jawa. Aku sudah menghubungi teman lamaku yang tinggal di sana. Aku sudah menceritakan semuanya kepada temanku itu. Ia mau menampungku. Katanya, aku bisa bantu-bantu di sana menjaga anak-anak yatim di panti asuhan.
Sambil menunggu kereta berangkat, aku membaca sebuah hotline berita terbaru.
"CALON ISTRI ANAK PEJABAT, RENO SEBASTIAN TEWAS DIBUNUH DI KAMAR PENGANTIN."