Di malam pernikahan mantan pacar , aku datang ke pesta pernikahannya karena undangan sudah ada ditanganku tiga hari yg lalu. Aku datang dengan menggunakan gaun terbaik yg kupunya. Tentu saja aku menjadi pusat perhatian karena gaun backless tersebut memperlihatkan punggung mulusku yg sedikit berotot. Aku pun berdandan sesempurna mungkin malam ini. Aku menata rambutku dengan indah agar memperlihatkan punggung mulusku.
3 Hari sebelumnya..
Kumantapkan langkahku menuju pesta tersebut, setelah tiga hari yg lalu aku mengurung diri dikamar. Aku menangis sepuas-puasnya, hingga membuat kakakku yg cuek padaku jadi khawatir. Ia datang ke kamarku dan bertanya keadaanku.
"Maria ada apa denganmu?" tanyanya.
"Aku tidak apa kak.." jawabku.
"Memangnya aku percaya jika kau menangis sampai matamu sembab begini.." ucapnya kesal karena ulahku.
"Toni akan menikah kak 3 hari lagi, dan ia bahkan baru memutuskan hubungan kami 3 hari yg lalu.." jawabku dengan bergetar.
"Jadi laki-laki itu memutuskan hubungannya denganmu seminggu sebelum pernikahan??" tanya kakakku Darius.
"Iya kak.." jawabku masih dengan air mata mengalir.
"Apa kau pernah disentuhnya?" tanyanya dengan sorot mata tajam.
"Tidak.. " balasku jujur.
"Jujurlah padaku.. jangan berbohong.." ucapnya menegaskan pertanyaanku.
"Aku selalu menolaknya, dan berkata ada urusan jika dia menginginkannya.." balasku menceritakan yg sesungguhnya.
"Bagus, gadis pintar. Apa kau tahu kenapa selama ini aku cuek padamu?" tanya Darius.
"Tidak kak.. memangnya ada alasan khusus?" tanyaku.
"Aku membenci Toni.. dan kesal tiap kali kau bahagia menceritakannya.. aku sudah tahu keburukannya tapi kau selalu bercerita hal baik tentangnya membuatku hanya bisa mengawasimu.." ucap Darius.
"Benarkah, seharusnya kita saling terbuka sejak awal.." balasku.
"Ya.. aku terlalu pendiam dan tak mau merusak wajah bahagiamu.." balas Darius.
"Maaf kak, harusnya aku bersikap baik padamu mungkin kejadian ini takkan terjadi.." balasku.
"Justru baik kalau dia meninggalkanmu, agar kau sadar siapa dirinya.. toh kau tidak disentuh olehnya.. Maria kau harus sadar Tuhan sedang membuka matamu lebar-lebar.. kau takkan bahagia jika bersamanya.." ucap Darius menguatkanku.
"Lalu aku harus apa kak?" tanyaku.
"Move on, datang dan tunjukkanlah siapa dirimu.. Jangan buat lelaki itu tersenyum melihat air matamu.. aku akan selalu membantumu.." ucap Darius sungguh-sungguh.
"Baiklah kak.. aku mengerti terimaksih.." ucapku memeluknya dan menagis di bahunya.
Darius yg kupikir kakak yg cuek ternyata adalah kakak yg paling menyayangiku. Dia tahu seburuk apa Toni selama ini tapi menyembunyikannya karena aku selalu menceritakan hal baik padanya. Dia mendengarkan semua ceritaku dan menghiburku. Dia mengajakku pergi ke caffe kesukaanku dan mentraktirku apa saja yg kusukai. Ia tahu betul aku tak makan apapun sedari malam. Hingga perlahan hatiku tersentuh akan perhatian manisnya dan bertekad untuk bangkit.
Ia mengajakku ke sebuah butik kenalannya dan membelikannya gaun indah yg akan kupakai di acara pernikahan Toni. Dia mengenalkan temannya yg seorang desainer dan aku pun memilih gaun indah tersebut berdasarkan rekomendasinya.
Dia juga mengenalkan kekasihnya Elsa seorang makeup artis dan menyuruhnya untuk mendandaniku untuk acara tersebut. Ternyata Elsa sangat baik dan ramah, tampilannya yg modis dan juga wajahnya juga cantik. Tak kusangka kakakku yg cuek bisa mendapatkan wanita cantik seperti kak Elsa.
"Apa kau sudah lebih baik..?" tanyanya.
"Ya kak terimakasih.." balasku.
"Oke.. aku tak ingin kau diremehkan oleh lelaki yg tak setara dengan kita.." ucap Darius.
Aku Maria Elisabeth Sebastian dan kakakku Darius Albert Sebastian adalah keturunan dari keluarga Sebastian. Ayah dan ibu kami adalah seorang pengusaha realestate yg sukses, tapi karena kesibukannya kami selalu ditinggal pergi keluar kota seperti sekarang. Kakakku, Darius mulai mengikuti jejak ayah dan ibu. Hingga ia juga jarang ada di rumah. Kebetulan minggu ini ia mengambil cuti dan bisa memergokiku menangis di kamar.
"Aku akan membalas dendam padamu Toni..!" gumamku di dalam hati.
Mulai hari itu, aku kembali menjadi Maria yg penuh dengan semangat. Walau sesekali perih hatiku muncul ke permukaan tapi kakakku mengajariku untuk menyibukkan diri pada hal-hal positif. Aku kembali pergi ke Gym setelah 3 hari absen karena kebodohanku paska diputuskan sepihak oleh Toni.
Aku menata pikiran dan hatiku, aku juga makan dengan benar mulai sekarang. Aku akan balas dendam agar ia merasa menyesal telah meninggalkanku, begitu pikirku.
Hari yg kutunggu sejak 2 hari yg lalu pun tiba. Aku sudah mempersiapkan segalanya, gaun, sepatu, tas sampai kak Elsa aku suruh menginap dan tidur dikamarku.
Kakakku pun tersenyum melihat semangatku. Ia membiarkan aku berlaku sesuku asalkan itu masih batas normal.
Siang hari aku pergi ke salon bersama kak Elsa. Aku melakukan perawatan tubuh agar kulitku terlihat cerah. Bahkan kak Elsa sempat terkejut setelah mengetahui niatku, tapi ia tetap mendukungku dan menemaniku perawatan.
Sepulang dari salon kami makan di sebuah resto sebelum kembali pulang. Dan saat pulang, aku langsung mandi agar bisa langsung di make over oleh kak Elsa.
Hingga setelah selesai mandi kak Elsa muncul dengan semua perlengkapan makeupnya. Aku pun duduk dikursi dan langsung dirias cantik olehnya. Tangan-tangan mungilnya begitu cekatan memoles wajahku. Hingga setelah selesai aku puas akan hasilnya. Aku pun berkali-kali berterimakasih padanya, hingga ia tertawa.
Kak Elsa pun membantuku memakai gaunku hingga ia menyuruhku berdiri di sebuah cermin.
"Maria kau sangat cantik, aku yakin mantanmu itu pasti akan menyesal.." ucapnya.
"Iya kak.. aku ingin menunjukkan padanya kalau dia bukan apa-apa.." balasku dengan penuh semangat.
"Bagus.. ayo keluar mungkin Darius sudah bersiap.." ucap kak Elsa.
"Iya kak.. maaf ya kakak tidak bisa ikut.." ucapku..
"Tidak apa, biar Darius fokus menjagamu disana.." ucap Kak Elsa tersenyum.
Kami berdua pun keluar dari kamar dan melihat kak Darius sudah bersiap dengan setelan jasnya. Ia pun langsung mengajak kami berangkat. Sebelum menuju acara kami mengantarkan kak Elsa pulang terlebih dahulu dan berpamitan padanya.
Kami berdua pun segera menuju pesta tersebut dengan senyum penuh arti. Darius pun memakai mobil mewahnya hasil kerasnya selama ini yg jarang sekali ia pakai. Sementara aku hanya seorang mahasiswa kelas akhir yg belum mendapatkan ijin untuk mempunyai sebuah mobil oleh kedua orang tuaku.
Kami pun masuk ke area parkir, nampak sudah ramai para tamu yg datang. Kami pun keluar, setelah memarkirkan mobil. Kak Darius pun menggandeng tanganku yg agak gemetaran dan berbisik.
"Maria kau harus tegar.. tunjukkan senyummu jangan perlihatkan kesedihanmu.." bisiknya pelan membuatku sedikit memiliki kekuatan untuk mengangkat kepalaku.
Kami pun masuk ke dalam gedung pernikahan yg meriah tersebut. Kulihat bunga-bunga indah yg menghiasi ruangan tersebut adalah bunga kesukaanku. Kini aku tahu Toni hanya ingin membuatku terluka dengan hiasan bunga tersebut. Bahkan Darius sempat mengepalkan tangannya.
Tapi tampak beberapa orang rekan Toni datang menghampiri Darius.
"Tu-tuan Darius.. selamat datang.."
"Selamat datang tuan.."
"Ya terimakasih.. nampaknya Toni sungguh tak menghargaiku dengan tak mengundangku.. " ucap Darius.
"Mungkin dia lupa tuan.." ucap salah satu dari mereka.
"Silahkan tuan menikmati pestanya.."
"Baiklah terimakasih.." ucap Darius.
Bisik-bisik pun terdengar sampai telinga kami berdua.
"Psst.. pstt itu kan mantannya Toni.. apakah dia dan tuan Darius adalah.." bisik mereka.
"Oh iya, kenalkan ini adikku Maria.. pasti kalian sudah mengenalnya bukan..?" ucap Darius.
"Ti-tidak tuan.. kami baru melihatnya.." balas mereka berbohong.
"Baiklah kalau begitu aku masuk ke dalam ya.." ucap Darius tenang.
Kami pun terus melangkah, tapi aku merasa semua sorot mata tertuju padaku dan kakakku. Mungkin karena pakaian kami terlalu mewah atau gaunku yg terlalu sexy hingga mereka menatap kearah kami.
"Kita langsung beri kejutan saja pada kedua mempelai.." ucap Darius.
"Baiklah kak.." balasku.
Kami pun langsung naik ke atas panggung membuat mereka semakin menatap kami. Kini kami sedang menjadi fokus perhatian, dan aku baru menyadari kakakku Darius adalah atasan dari Toni dan rekan-rekannya.
Setelah menaiki beberapa anak tangga pelaminan kami pun langsung mendekati Toni dan istrinya. Kulihat wajah Toni cukup terkejut akan kedatangab kami. Keningnya sampai berkeringat dan wajahnya sedikit memucat. Aku pun girang melihat wajahnya yg mati kutu dihadapan kakakku. Mungkin ia berpikir kakakku adalah kekasihku kini, hingga aku ingin tertawa melihat wajah pucatnya.
"Selamat Toni dan Nadia.. semoga menjadi keluarga yg samawa.." ucapku..
Sementara Toni terus menatapku dengan tatapan takjub dan terpaku. Hingga sang istri yg mengenaliku menyenggol tangan Toni agar dia tersadar dari lamunannya.
"Sayang itu Maria datang.." bisik Nadia pada Toni.
"Benarkah ini Maria??" ucapnya membuat Nadia malu bercampur kesal.
"Maria kupikir kau takkan datang.." ucap Toni tersenyum sembari memegang tanganku yg bersalaman dan enggan melepasnya.
"Tentu saja aku hadir, bagaimana mungkin aku tak hadir di hari bahagiamu.." ucapku.
"Ehmm..Ehmm.." Dariua mulai berdehem dan Toni kembali memucat.
"Tu-tuan Darius.. " ucap Toni.
"Kau ini keterlaluan Toni, bahkan atasanmu tak kau undang di hari pernikahanmu.." ucap Darius tersenyum sarkas.
"Jadi tuan Darius dan Maria adalah.." ucapnya terpotong oleh kata-kata menusuk dariku.
"Dia adalah kakak kandungku.. aku pernah cerita bukan kalau aku memiliki kakak laki-laki.." ucapku membuat Toni seperti kehabisan kata-kata.
"Jadi begitu.." ucap Toni singkat.
"Karena aku sudah hadir disini.. Selamat ya Toni.. aku harap setelah cuti ini berakhir kau masuk kerja dan tidak membolos.." ucap Darius yg kembali tersenyum sarkas.
"Iya tuan, selamat menikmati pesta kami.." balas Toni menelan salivanya dengan susah.
"Baiklah kalau begitu, selamat ya Toni dan Nadia sekali lagi.. " ucapku sebelum turun dari penggung pelaminan.
Sementara Nadia mengepal geram melihat ekspresiku yg tampak biasa saja terlebih aku sedang membawa kakakku yg tak lain adalah atasan suaminya.
"Apa kau baik-baik saja Maria?" tanyanya tiba-tiba membuatku terdiam.
Baik-baik saja katanya? Tentu saja ini tidak mudah, tapi aku harus melewatinya karena Toni tak pantas untukku..
"Tentu aku baik-baik saja.. apa kau takut aku merebut Toni darimu? Tenang saja Nadia dia bukan seleraku lagi.." ucapku membuat Nadia malu dihadapan orang tua dan juga beberapa tamu.
"Toni aku harap kedatangan kami tak mengganggu momen bahagia kalian, dan kurasa istrimu tidak nyaman dengan kehadiran adikku padahal ia sudah berdandan cantik demi hadir di acara kalian.. Jadi kami langsung pamit undur diri.." ucap Darius sebelum meninggalkan pelaminan mengikutiku.
"Ti-tidak tuan Darius.. maafkan kami.. maaf.." ucap Toni berusaha mengejar tapi tangannya ditarik oleh ayahnya karena tamu sudah mengantri di belakang.
Sementara Darius hanya melambaikan tangannya dan tersenyum menatap punggungku. Ia juga memelototi lelaki yg menatapku dengan tatapan nakal hingga ia melepas jas yg ia kenakan dan memakaikannya padaku.
Hingga kami kembali ke mobil aku pun berterimakasih atas bantuan kakakku, karna berkatnya aku punya kekuatan untuk datang kemari dan menghapus air mataku. Darius juga berhasil membuat momen menarik yg membuatku bahagia melihat Toni memucat melihat kedatangan kami, dan juga mengetahui identas kami sebagai kakak-adik kandung.
Rasanya aku puas sekali dengan balas dendamku malam ini. Bukan dengan mempermalukan diri sendiri tapi membuat mereka malu dengan tingkah mereka sendiri. Toni yg selalu mengejekku yg jarang bermake up bahkan sampai menatapku beberapa saat hingga membuat istrinya cemburu, aku sangat senang melihat pemandangan itu.
5 Tahun kemudian, aku sudah berada di perusahaan orang tuaku bersama kakakku, Darius. Aku juga sudah cukup mampu membiayai diriku sendiri. Aku bahkan bertemu Robert, seorang lelaki yg mencintaiku dan menghormatiku. Bulan depan kami akan menikah. Dan kakakku sudah menikah dengan Elsa, serta dikaruniai seorang putri cantik.
Sementara Toni, ia terlihat berantakan saat aku sedang mengunjungi perusahaan cabang. Kudengar ia sering bertengkar dengan istrinya, bahkan sedang proses bercerai. Ia manatapku penuh harap tapi aku melewatinya begitu saja. Kurasa itu balasan setimpal untuknya karena telah menyakitku 5 tahun yg lalu.
"Maaf.." ucapnya saat menemuiku.
"Ya aku juga minta maaf.." balasku.
Lalu kami pergi ke arah masing-masing. Aku yg siap menyambut kebahagiaanku, sementara ia harus siap menghadapi rumitnya perceraian.