"Di mana aku sekarang?" tanya Chandika dengan pandangan sedikit kabur, alisnya mengeryit bingung karena mendengar suara lembut dari pita suaranya.
Pandangannya meneliti ruangan yang seperti kamar rumah sakit, bau obat dan selang infus ditempel di pergelangan tangannya.
'Tunggu, tangganku kenapa jadi kecil seperti ini?' tanya Chandika di dalam hati. Dia memegang rambut berwarna hitam yang menjuntai panjang di bahu, dan refleks memegang wajah lalu merabanya. Pipi bulat yang kenyal, bibir mungil, hidup mancung, mata belo, jidat yang tetutup dengan perban dan garis wajah yang sangat kecil.
"Ba-bagaimana bisa?" tannyanya dan langsung menutup mulutnya setelah mendengar suara lembut itu lagi. Suara perempuan.
Langsung dia melepas paksa selang infus di pergelangan tangan dan berlari ke ruangan yang dia yakin adalah kamar mandi.
Matanya melotot tidak percaya dengan apa yang dia lihat pada pantulan cermin.
"Kenapa aku berubah menjadi cewek!?" pekiknya sangat terkejut.
Sebelumnya dia mengalami kecelakaan mobil karena habis mendapatkan kalimat putus dari sang pujaan hati. Meskipun dia tidak percaya akan hal ini tapi dia mengalaminya sendiri, jiwanya pindah ke tubuh seorang perempuan.
Nama aslinya adalah Chandika Leofic Aldebaron. Dia adalah putra tunggal pengusaha terkaya di dunia. Si good boy dan sangat disayang maminya, anggap saja si anak mami. Polos, otak pas-pasan, menye-menye seperti perempuan. Salahkan dirinya yang terlahir dengan sendok emas dan selalu dianggap tuan muda yang harus dilindungi dan dituruti semua keinginannya, sampai kemanapun dia pergi harus dikawal oleh beberapa bodyguard.
"Akh... " rintihnya ketika merasakan sakit kepala, perlahan-lahan ingatan dari tubuh perempuan yang dia tempati berputar di otaknya.
Dia menjadi seorang perempuan yang bernama Cherika Nyyara, putri bungsu dan satu-satunya anak perempuan dari tujuh bersaudara. Genius, juara taekwondo tingkat Nasional, tomboy, suka balapan motor dan bad girl.
Bukan hanya jenis kelamin yang membedakannya dengan perempuan yang sekarang adalah dirinya ini, tapi sifat mereka sangatlah berbeda.
Kehidupan Cherika sangat berbanding terbalik dengannya, dia kagum dengan gadis ini. Bisa hidup menjadi perempuan yang tangguh dan mandiri di usianya yang sekarang. Sedangkan dia hanyanlah anak yang manja dan cengeng.
Chandika berjalan gontai menuju keluar kamar mandi dan kembali untuk duduk di atas ranjang pasien.
"Astaga! aku tidak percaya, kenapa ada hal kayak gini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumamnya dengan rasa ketidak percayaan.
Cklek
Seorang pemuda berumur 20 tahun, masuk dari arah daun pintu dan melihatnya terkejut.
"Oh, astaga. Lo sudah bangun, Cherika?" kilah Nathan. Kakak ke 5 Cherika.
Chandika yang kini telah menjadi Cherika mengangguk kaku. Sepertinya dia harus berpura-pura amnesia agar pemuda yang baru saja masuk tidak curiga.
Nathan langsung memeluk adiknya, Cherika sudah tidak sadarkan diri selama 2 hari. "Syukurlah, syukurlah," kata Nathan memanjatkan syukur berkali-kali.
"Kamu siapa?" tanya Cherika yang membuat Nathan segera mengurai pelukannya.
"Lo nggak mengingat Abang?"
**
Sekarang Cherika sudah berada di dalam rumah satu lantai yang memiliki eksterior dengan cat putih, gaya minimalis bisa terlihat jelas pada hunian tapak itu, sebagian dinding dan tiang rumah diaplikasi dengan batu alam yang warnanya tidak terang.
Rumah ini memang tidak sebesar mansion Aldebaron yang dulu dia tempati, tapi dia merasakan adanya kehangatan di dalam rumah minimalis ini.
"Lo langsung ke kamar saja ya, istirahat," ucap Nathan pada Cherika.
"Ya," Cherika menjawab cepat dan segera berjalan untuk memasuki pintu bercat putih dengan tulisan.
Cherika Room
Cherika langsung mendudukkan dirinya di atas ranjang single size. Kamar ini sangat sempit menurutnya.
Ekor matanya melirik kaca yang cukup besar di depannya, dia menatap dengan intens dirinya yang sekarang.
"Gadis yang sangat imut," gumamnya dengan terpukau.
Mata coklatnya menatap benda menonjol di dadanya. Seketika wajahnya memerah, dengan penuh keberanian dia mencoba memegang buah melon itu, dan meremasnya.
"Ah..." desahnya seketika menggigit bibir bawahnya. "Ini benar-benar gila," ucapnya kemudian.
"Sepertinya aku harus mandi," lanjutnya tiba-tiba.
Meskipun dia polos, tapi dia adalah laki-laki tulen yang mempunyai hasrat akan perempuan.
"Lagi pula ini adalah tubuhku sekarang, jadi aku bebas melakukan apapun," ujarnya memutuskan dengan seenaknya.
**
Sudah 4 hari Chandika menempati tubuh perempuan yang bernama Cherika, selama itu dia hanya mengikuti alur sesuai ingatan yang dia dapat dari Cherika asli.
Pagi ini dia mulai masuk sekolah kembali. Sekolah di tempat yang baru, bertemu teman-teman baru, dan sebagai seorang perempuan.
Cherika keluar kamar dengan memakai seragam SMA. Gadis yang biasanya bertingkah tomboy, kini menjelma menjadi sangat imut dan manis. Rambut yang biasa bergaya ponytail kini tergerai, tatapan yang biasa tajam kini menjadi lembut.
Benar-benar dirinya sangat berbakat menjadi seorang perempuan. Tidak ada sosok laki-laki sama sekali.
"Cheri, ini lo?" tanya Aland, kakak ke 6 Cherika terperangah. Kemana adiknya yang bar-bar dan urakan itu?
Apakah doanya selama ini terkabul? Aland memang berharap jika adik perempuannya berubah menjadi feminim.
"Y-ya," cicit Cherika menunduk.
PLAK
Aland segera menampar pipinya keras, dia yakin jika ini adalah sebuah mimpi. Tapi, dia tetap berdiri tegak di depan adiknya.
"Gue nggak mimpi??" tukas Aland heboh, lalu mencubit kedua pipi tembam Cherika. "Adik gue kenapa menjadi imut kayak gini," lanjutnya gemas.
"Hiks... hiks... sakit," isak Cherika karena merasakan sakit di kedua pipinya. Dia memang sangat cengeng.
"Oh my, lo nangis?" tanya Nathan tengah melotot tidak percaya, seakan bola matanya ingin keluar dari tempatnya.
"Huaaaa.. hiks," tangis Cherika semakin menjadi yang membuat Aland gelagapan.
"Cup, cup, cup.. adik manis, jangan menangis. Maafin bang Aland," kata Aland mengelus surai hitam Cherika.
"Apa yang lo lakukan Aland?" tanya Agust, kakak pertama Cherika tiba-tiba saja datang mengintruksi.
"Aland hanya mencubit pipi Cherika saja kok," jawab Aland takut-takut.
"Lo ini ya, Cherika sedang amnesia. Maklumlah jika sifatnya sedikit berbeda," omel Agus dengan tatapan tajam.
Agust memang sangat ditakuti adik-adiknya, Aland seketika menunduk merasa bersalah. "Maaf," ucap Aland meminta maaf sekali lagi.
"Yasudah, kalian berangkatlah. Nanti terlambat," tukas Agust masih menyorot tajam.
Aland langsung menggandeng tangan sang adik perempuan untuk segera berlalu. Aland membonceng Cherika dengan motor bebek miliknya.
Sekitar 15 menit mereka sudah sampai di SMK Tunas Harapan.
Cherika langsung turun dari motor dengan kikuk, dia mencoba melepas helm bogo yang melekat di kepala kecilnya. Namun, dia kesulitan.
"Aduh, buka helm saja lupa," kata Aland prihatin, dia segera membantu Cherika melepas helm.
Cherika bukannya lupa melepas helm, dia memang tidak bisa, seumur hidup dia mana pernah menaiki motor dan memakai helm. Dia selalu pergi dengan mobil lengkap dengan supir.
"Eh, siapa itu?"
"Cewek imut banget."
"Manis banget gila."
"Tapi kok sama Aland?"
"Mirip Cherika nggak sih?"
"Hah? Cewek tomboy itu?"
"Cewek menyeramkan itu?"
Bisik-bisik seluruh seantero sekolah membuat Cherika semakin mengeratkan genggaman pada baju belakang Nathan, gadis itu sangat takut ketika menjadi pusat perhatian. Karena itu dia sengaja tidak berpenampilan mencolok dan cupu saat dulu menjadi Chandika.
"Ini kelas lo, gue tinggal ya," kata Nathan yang sudah mengantar Cherika sampai di depan pintu kelas gadis itu, adiknya memang berbeda di satu tingkat di bawahnya.
Cherika hanya menggangguk, sebenarnya dia takut ditinggal sendiri. Dia dulu memang selalu dijaga para bodyguard kemanapun dia pergi. Sang pewaris keluarga terkaya memang selalu banyak yang mengincar nyawanya.
"Sini, bos," seru seorang pemuda memanggil Cherika. Sambil menepuk-nepuk kursi di sebelah.
Gadis mungil itu langsung berjalan dan mendudukkan bokongnya di kursi kosong tadi. Ya, dia kenal dengan pemuda yang memanggilnya bos itu.
Ignancio, wakil ketua dari geng motor Aodra. Yang di ketuai oleh Cherika sendiri.
"Bos, kenapa lo jadi berubah kayak gini?" tanya Ignancio terpesona sesaat pada Cherika. Dia, Adam, dan Brian menatap meneliti si gadis mungil.
"Aku amnesia," kata Cherika yang membuat Ignancio dan kedua pemuda yang duduk di bangku depan terperanjat.
Ke tiga pemuda itu menggigit dalam pipinya menahan gemas. Ekspresi dan cara bicara Cherika sangatlah mengemaskan.
Kemana bos mereka yang garang?
Tamat
Hai semua aku Elwi Chloe, terima kasih sudah membaca cerpen ini.
Sebenarnya ini adalah sekuel dari novel milikku yang berjudul Transmigrate : Tubuh Yang Tertukar, ini adalah sudut pandang dari protagonis laki-laki yang bertukar tubuh dengan protagonis wanita.
Jika ingin mengetahui kisah Chandika dan Cherika, langsung saja baca novel ku ya ❤️❤️