Memiliki perasaan tak terbalas memang menyiksa batin. Sama halnya menginginkan baju namun tak mampu membelinya.
Namaku Gea, aku masih duduk di bangku kelas tiga SMA. Aku memiliki seorang kakak perempuan yang usianya tiga tahun di atasku. Felisya, kakakku seorang mahasiswi yang sangat disukai banyak orang. Karena sikap dan sifatnya yang lembut, mungkin menurun dari mama. Tapi tidak semuanya menurun dari mama, karena kakakku juga suka menjailiku.
Pernah satu ketika aku diajak kakak untuk berjalan-jalan di mall saat pulang sekolah. Dan saat itu awal dari kisah cintaku.
Kakak menjemputku di depan sekolahku. Saat itu aku tengah menunggunya lama di depan gerbang.
"Lama banget sih kak. Ampe jamuran gue nunggunya." ucapku sedikit kesal. Kakakku justru meledekku. "Kasian adek kakak, ada om om yang gangguin ngga tadi?" ucapnya saat aku baru saja masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya. Aku hanya mendengus kesal.
"Yee ngambek, kakak ajak jalan-jalan mau ngga?" tawar kakakku. Sebenarnya aku tidak benar-benar kesal padanya. Aku menoleh dengan semangat. "Boleh, kemana?" Tanyaku dengan wajah ceria. Kakakku menjitak kepalaku dengan jarinya. "Di ajak jalan-jalan aja semangat, dasar. Kita ke mall." ucapnya lalu menatap ke depan lagi.
Mobil itu melaju meninggalkan sekolahku. Beberapa saat kemudian mobil itu terparkir rapi di depan sebuah minimarket.
"Koq kesini?" tanyaku bingung. Aku menatap minimarket dan kakakku bergantian. "Katanya ke mall?" tanyaku lagi.
Kak Feli tersenyum acuh lalu turun dari mobil, tanpa ba bi bu, akupun ikut turun dari mobil. Kita pun masuk ke dalam minimarket itu.
"Nih bawain." Kak Feli memberikan keranjang belanjaan itu padaku, aku hanya menurut dan mengikutinya dari belakang.
Kita menyusuri rak-rak di sana. Kakak mengambil beberapa camilan, akupun ikut mengambil camilan kesukaanku. Beberapa kebutuhan dapur juga. Ah pasti mama yang nyuruh.
Kitapun ke kasir untuk membayarnya.
"Tumben banget Kak belanja ginian." cibirku menatap kantong belanjaan di tanganku dan di tangan kakakku.
"Gimana lagi, kebutuhan di rumah udah mau abis." ucapnya. Kakak meletakkan kantong belanjaan itu di kursi belakang. Kita pun kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkan minimarket.
***
Sampai di rumah, sepi. Hanya itu yang kugambarkan saat ini. "Koq sepi, tumben." gumamku. Kakak menoleh. "Mama sama papa pulang ke Surabaya. Nenek sakit katanya." ucap kakak lalu meletakkan belanjaan kita di atas meja.
Aku membulatkan mataku. "Hah? Koq ngga bilang dulu sama gue sih." protesku.
"Ya gimana dek? tadi siang mama telfon lo katanya hp lo mati, jadi dia telfon kakak." ujarnya. Aku hanya mendengus.
Kak Feli menepuk tangannya "Nah berhubung bibi lagi cuti dan besok libur, kita bagi tugas. Lo bersihin lantai atas, gue bersihin lantai bawah. Abis itu baru kita jalan-jalan ke mall. Gimana?" tawar Kak Feli. Aku tampak berpikir sejenak. Aku menatap Kak Feli lalu mengangguk setuju.
***
Lelah, setelah membersihkan toilet, aku duduk selonjoran di lantai. Kak Feli entah sedang apa sekarang. Aku melongok ke bawah mencari Kak Feli, namun belum juga kelihatan helai rambutnya. Aku berjalan memasuki kamarku dan mengambil ponselku.
Hah, seperti inilah kalau aku di suruh bersih-bersih. Belum kelar sudah scroll-scroll sosial media. Sebagai siswa pendiam di sekolah aku memang tidak terlalu di kenal oleh banyak siswa lain. Bahkan aku hanya bersahabat dengan Kayla dan Safira.
"Yaahh Kak Feli balikin ngga!!" pekikku saat tiba-tiba ponselku melayang di ambil oleh Kak Feli.
"@Adrian_739 ! Hahaha" Kak Feli menatap layar ponselku dengan tawanya. Ia menscroll layar itu. "Ah Kak Feli balikin." aku terus saja mengejar Kak Feli yang berlari membawa ponselku.
Lelah terus berlari, aku dan Kak Feli terengah-engah di atas sofa.
"Masih stalk Adrian? Mau kakak bantuin deketin ngga?" ujar Kak Feli. Aku menggeleng dengan cepat.
Adriansyah, cowok populer di SMAku dulu, lebih tepatnya satu angkatan dengan Kak Feli, meski umurku tiga tahun di bawahnya, namun sekolahku dua tahun di bawah Kak Feli.
Sekarangpun Kak Adrian dan Kak Feli satu kampus. Kak Adrian sering main ke rumahku. Bersahabat baik dengan kakakku. Aku bahkan bisa saja sepuasnya memandang Kak Adrian dari jarak dekat.
Saat aku kesulitan belajar dan ada Kak Adrian, dia selalu membantuku. Kak Feli? Bukan tidak mau, hanya saja dia memberi kesempatan agar aku bisa dekat dengan Kak Adrian. Ah kakak the best.
Ting Tong.. Suara bel rumahku membuatku menoleh. "Bukain tuh dek, gue mager banget." ujar kakak masih menscroll layar ponselku. Aku menatapnya jengah lalu berjalan ke arah pintu.
"Eh Kak Rey. Masuk kak." sapaku pad tamu yang baru saja datang. Rey--pacar Kak Feli.
"Pangeran datang nih." ucapku pada Kak Feli. Kak Feli meletakkan ponselku asal di sebelahnya.
"Mau minum apa kak? Jus? Kopi? Susu? Teh?" tanyaku pada Kak Rey. Kak Rey tampak berpikir. "Jus boleh." ucapnya.
"Jus ya? Kayaknya gue lagi kehabisan buah nih di dapur. Air putih aja deh. Oke" Ucapku sambil tersenyum tanpa dosa. Kak Feli siap-siap akan menimpukku dengan bantal. Dengan cepat aku berlari ke dapur.
"Jadi ke mall?" Tanya Rey. "Jadi. Tapi ajak Ge ya, kasian di rumah sendirian." ucap Feli. Rey mengangguk tersenyum. "Iya."
"Gimana kalo kita ajak Adrian sekalian?" ucap Rey tampak berpikir. Bahkan Rey pun tahu jika Gea menyukai sahabatnya itu. Feli mengangguk setuju.
"Yaudah sana gih siap-siap." perintah Rey. Baru saja Feli berdiri. Gea sudah kembali dengan nampan di tangannya. "Loh mau kemana kak?"
Feli menoleh, "Siap-siap donk kan mau jalan-jalan." ucap Feli lalu beranjak dari sana. Gea tampak cemberut. "Udah sana kamu juga siap-siap. Mau ikut apa ngga?" tanya Rey lembut pada Gea. Gea menatap Rey penuh tanya "Boleh ikut nih?" tanya Gea. Rey mengangguk dengan senyum termanisnya.
"Yeaayy!!" Pekik Gea kegirangan. "Nanti aku buatin jus kesukaan Kak Rey deh. Jus jambu kan?" ujar Gea tersenyum. Karena tadi dia hanya membawakan air putih saja untuk suguhan Rey.
Rey terkekeh geleng-geleng melihat Gea yang makin menjauh dari pandangannya.
***
Mereka tengah duduk menunggu seseorang. Gea hanya acuh dan memilih memainkan ponselnya. Tidak tahu siapa yang tengah mereka tunggu. Ia memotret sepatunya untuk ia post ke akun sosial medianya. Bertepatan dengan ia menekan tombol potret, kaki orang lain tiba-tiba ikut terabadikan di sana.
"Sorry gue kena macet tadi." Ucap seseorang di depan mereka. "Ngga papa koq. Kita belum lama sampe. Yuk." ucap Rey padanya. Merekapun berdiri sedangkan Gea masih terpana melihat kedatangan Adrian tadi.
"Dek? Yuk!" seru Feli menyadarkan Gea. Dengan cepat ia berdiri dan mengikutinya. Adrian tersenyum manis padanya. Itu yang selalu membuatnya merasa nyaman, kagum, dan terpesona. Senyum Adrian membuat Gea seakan melayang. Mungkin sedikit berlebihan, namun itulah yang Gea selalu rasakan setiap di dekat Adrian.
Adrian, most wanted di SMAnya dulu. Banyak yang menyukainya, namun tidak satu pun dari mereka yang beruntung mendapat cintanya. Sampai ada yang mengira Adrian tidak menyukai perempuan. Apapun itu, Gea tetap mengaguminya. Senyum manis Adrian adalah candu bagi Gea.
Feli terus saja asyik mengobrol dengan kekasihnya, mengumbar kemesraan mereka. Bergandengan dengan Rey di depan Gea dan Adrian. Gea berdecak, Feli selalu saja membuatnya iri sebagai jomblo sejati.
Sepertinya Adrian merasakan kejengahan Gea. "Mau beli es krim ngga?" tanya Adrian menoleh pada Gea. Senyum itu lagi. Gea memejamkan matanya sejenak untuk mengontrol detak jantungnya. Gea hany koa membalasnya dengan anggukan.
Adrian menggandeng tangan Gea. Gerakan kecil di tangan Gea karena terkejut membuat Adrian menoleh, ia tahu jika Gea menyukainya. Mungkin genggaman tangannya akan mengganggu suasana hati Gea sekarang. Adrian terkekeh, membuat Gea semakin malu dibuatnya.
"Gue sama Gea duluan." ujar Adrian menarik Gea menjauh dari sana.
***
"Nih. Es Krim Strowberry" ujar Adrian mengulurkan es krim itu pada Gea. Adrian juga memegang satu lagi untuknya.
"Makasih kak." ucap Gea tersenyum tulus. Adrian mengangguk dan mulai menjilati es krim miliknya.
"Ke timezone yuk." Ajak Adrian. Ia kembali menggandeng tangan Gea. Andai saja tangan Gea yang lain tidak memegangi es krim, dia akan memotret momen itu di dalam ponselnya, dan memamerkannya pada kedua sahabatnya.
Adrian dan Gea sampai di timezone. Banyak permainan di sana.
Setelah bermain Street Basketball, mereka bermain Dance Dance Revolution. Lelah dengan itu, Adrian mengajak Gea untuk bermain capit boneka.
Beberapa kali gagal namun kemudian ia dapat teddybear kecil dengan tulisan 'are you be mine' di sana. Ardian memberikannya pada Gea.
"Makasih kak." ucapnya. Adrian mengangguk. "Udah capek belum? Pulang yuk, Feli sama Rey udah pulang duluan tadi." ujar Adrian. Gea hanya mengangguk, ia berjalan beriringan dengan langkah kaki Adrian.
Jika ini mimpi, Gea tidak akan mau bangun dari tidurnya.
***
"Gue pulang dulu ya." ujar Adrian ketika mereka sampai di depan pintu rumah Gea. "Loh ngga mau mampir dulu kak?" tanya Gea menunjuk dengan ibu jarinya. Adrian menggeleng.
"Ngga ah, besok gue jemput ya." ujar Adrian menepuk lembut puncak kepala Gea. Oh Tuhan, jika ia sedang berada di kamarnya, ia akan loncat kegirangan sekarang. Adrian tersenyum manis lalu masuk kembali ke dalam mobilnya.
Gea dan Adrian sama-sama melambaikan tangannya. Hingga mobil itu tidak lagi terlihat oleh Gea, ia pun masuk ke dalam rumah.
"Cie yang abis berduaan sama gebetan. Seneng banget tuh." Feli tiba-tiba mengagetkan Gea dari belakang pintu. Gea tersenyum malu-malu.
"Apa sih kak?" ujar Gea meninggalkan kakaknya. "Kalo ngga salah denger katanya ada yang mau di jemput nih besok." Feli melirik Gea yang masih tersenyum di sana.
"Gue gerogi banget kak sumpah! Gue harus gimana donk?" Bukan menjawabnya, Feli justru tertawa mendengarnya. Gea mendengus melihat kakaknya yang menertawakannya.
"Haiizz!! kok malah ketawa sih kak. Gue serius nih." ucap Gea menatap kakaknya. Feli menatap adiknya gemas.
"Biasa aja dek, jangan berlebihan gitu ntar dia ilfil loh." ucap Feli setengah serius. Gea memanyunkan bibirnya. "Tapi gue ngga bisa ngontrolnya kak. Gimana donk?"
"Haiizz!! Gimana gue ngajarin ABG yang sedang jatuh cinta ini?" Feli menepuk keningnya sambil menggeleng.
***
Hari yang ditunggu tiba, Adrian menjemput Gea di rumahnya.
"Hai Fel!" sapa Adrian saat melihat Feli yang tengah memainkan ponselnya di teras rumah.
"Eh hai Dri." balas Feli, ia berdiri menghampiri Adrian. "Cie udah mulai deketin adek gue nih." ucap Feli menggoda Adrian. Adrian menatapnya datar.
"Mana Gea?" tanya Adrian tanpa mempedulikan celotehan Feli tadi. Feli menoleh pada pintu rumahnya yang kosong tidak ada siapapun. Ia mengedikkan bahunya menatap Adrian. "Tau tuh anak, tadi udah siap kok, paling bentar lagi keluar." ucap Feli. Adrian hanya mengangguk.
"Fel? Lo sama Rey beneran jadian ngga sih?" tanya Adrian menatap manik mata Feli. Feli tersentak mendengarnya. "Maksud lo?" Feli menatap Adrian heran.
"Ngga, gue cuma ngerasa hubungan kalian cuma settingan. Biar lo bisa sepuasnya jodohin gue sama adek lo." ucap Adrian datar, ia mengalihkan pandangannya pada Gea yang baru saja keluar dari rumahnya.
"Yuk berangkat." ajak Adrian pada Gea, ia membukakan pintu mobilnya untuk Gea masuk.
"Lo mau bareng? Atau nungguin Rey?" ucap Adrian datar, mengagetkan Feli yang masih terpaku oleh ucapan Adrian tadi. Feli kembali menetralkan suasana. Ia tersenyum manis seperti biasa pada Adrian. "Gue nungguin Rey, bentar lagi juga dateng."
Tanpa mengatakan apapun Adrian langsung saja pergi dari depan Feli menuju pintu mobilnya.
Mobil Adrian melaju meninggalkan Feli yang terpaku di sana. Diam, hingga mobil itu tak lagi terlihat olehnya, terganti oleh sebuah motor hitam di balik gerbang. Feli mendekatinya.
"Udah lama nunggunya?" tanya Rey pada Feli. Feli menggeleng, "ngga kok, yuk berangkat."
***
"Woy! Ngelamun mulu, kepikiran sama Gea ya!" tegur Rey pada Adrian yang tengah duduk sendirian di kantin kampus.
"Apaan sih." tepis Adrian. Dia menoleh ke samping Rey. "Feli mana? Katanya berangkat bareng lo?" tanya Adrian masih sibuk mencari Feli. Rey tersenyum menatapnya.
"Udah ke kelas duluan. Tumben banget tuh anak ngga kayak biasanya." Ujar Rey, ia menyeruput minuman di depan Adrian.
Adrian tampak berpikir sejenak. Mungkin karena ucapannya tadi pada Feli. "Kita masuk jam berapa sih?" tanya Rey menyadarkan Adrian dari lamunannya. "Jam sembilan." jawab Adrian singkat.
Rey hanya mengangguk menjawabnya. Rey masih saja menatap sahabatnya, namun lain kali ini, ia menatapnya datar. "Lo masih suka sama Feli?" Tanya Rey tiba-tiba.
"Apaan sih, ngaco." tepis Adrian. Ia mengalihkan pandangannya pada ponselnya. "Ngga usah bohongin gue. Kita kenal udah lama, bukan satu tahun dua tahun, bahkan sepuluh tahun. Sejak Feli hadir dalam hidup kita, lo ngga pernah mandang cewek lain." ucap Rey dengan wajah serius. Adrian menatap kosong ponsel di genggamannya.
"Feli milik lo sekarang. Gue sadar diri Rey." timpal Ardian. Rey terkekeh. "Bahkan lo tau, Feli ngga pernah serius dengan ucapannya. Gue ngga pernah ada hubungan sama Feli." Ucap Rey. Adrian menoleh, "Maksud lo?"
Rey menepuk bahu Adrian lalu berdiri dari sana. "Lo tahu maksud gue. Gue ke kelas dulu." ujar Rey pergi. Adrian menatap punggung lelaki itu yang mulai mengecil dari pandangannya.
***
"Lo ngapa dah senyum-senyum sendiri" ucap Safira di samping Gea, Kayla yang tengah asik memakan siomay pun menatap Gea di depannya. "Ngga ada. Siapa yang senyum-senyum sendiri." tepis Gea.
"Ngomong-ngomong nih Ge, tadi pagi gue lihat lo berangkat sama cowok. Siapa tuh? Kayak ngga asing deh." ujar Safira tampak berpikir. "Serius Ge?" tanya Kayla dengan ekspresi terkejutnya.
"Kakak gue kok." ucap Gea acuh. "Sejak kapan kakak lo cowok Ge? Gue ngga buta ya, itu cowok Ge." ucap Safira kekeuh. Kayla tampak cuek dan kembali memakan siomay nya.
"Eits bentar. Kalo gue ngga salah inget, itu Kak Adrian kan? Most wanted di sekolah kita dulu. Kakak kelas kita kan?" tanya Safira heboh. "What?? Serius Ge?" pekik Kayla tak kalah heboh. Gea langsung saja menutup kedua telinganya.
"Bisa ngga sih kalian kalem? Kayak gue gini." ujar Gea. "Yeee nih anak ngelunjak." timpal Safira menoyor kepala Gea, justru membuat Gea terkekeh.
"Ge? Jawab donk. Bener ngga itu Kak Adrian?" Tanya Safira. Kayla juga tampak menanti jawaban Gea dengan mengigit garpunya.
Gea menatap kedua sahabatnya bergantian lalu mengangguk dengan senyum di wajahnya.
"Hah? Kok bisa?" pekik kedua sahabatnya itu. Gea mendengus untuk kedua kalinya.
"Dia kan sahabatnya Kak Feli, jangan heran kalo gue bisa deket sama Kak Adrian. Mereka satu kampus." terang Gea.
"Ooh. Eh kok lo baru ngomong sih." protes Safira. Gea menatapnya heran. "Emang kenapa?"
"Ya kan gue jadi sering main ke rumah lo kalo ada Kak Adrian." ucap Safira terkekeh. "Wahh lo mau nikung dari Gea?" timpal Kayla. "Kali aja gitu." cicit Safira menatap Kayla dan Gea bergantian. "Enak aja lo." timpal Gea.
"Eh, emang ada ya persahabatan di antara cewek sama cowok?" tanya Kayla tiba-tiba. Gea tersentak, kenapa dia tidak berpikir sejauh itu.
***
"Kak Adrian?" gumam Gea saat melihat mobil Adrian terparkir di depan sekolahnya. Tiba-tiba Adrian turun dari mobil dan menghampirinya.
"Hai Ge?" sapa Adrian seperti biasa, dengan senyum manisnya yang mampu membuat gadis manapun luluh padanya. "Hai kak, Kak Adrian ngapain ke sini?" tanya Gea dengan sedikit gugup.
"Jemput lo lah. Yuk." Adrian menggandeng tangan Gea menuju mobilnya. Untuk kesekian kali Gea dibuat gugup oleh lelaki di depannya ini.
Merekapun masuk ke dalam mobil. Bukan pulang ke rumah, Adrian mengendarai mobilnya menuju suatu tempat.
Adrian menghentikan mobilnya dan turun di sana. Gea hanya mengikutinya turun bersandar pada mobil itu.
"Lo pernah jatuh cinta ngga?" tanya Adrian tanpa menoleh pada Gea. Gea mengernyit menatap Adrian.
"Apa lo pernah? Di paksa untuk mencintai orang lain? Oleh orang yang lo cintai?" tanya Adrian kemudian. Gea menggeleng. Seumur hidupnya, ia hanya mencintai dua lelaki, ayahnya dan lelaki di sampingnya itu.
"Pacaran yuk Ge." ucap Adrian tiba-tiba. Adrian menatap Gea dalam. Begitu juga Gea, dan lagi-lagi rasa gugup itu menghampirinya.
"Lo cinta kan sama gue?" tanya Adrian. Gea terdiam menatap manik mata Adrian, tersirat sebuah kesedihan di sana. Apa Adrian sedang patah hati? Gea menggeleng.
"Lo ngga cinta sama gue?" tanya Adrian saat melihat Gea menggeleng. Dengan cepat Gea menunduk.
"Aku.. aku cinta kok sama Kak Adrian." ucap Gea dengan gugup. Adrian meraih tangan Gea dan menggenggamnya.
"Kalo gitu kita pacaran yuk." ucap Adrian spontan. Gea kembali teringat ucapan Kayla di kantin.
"Boleh aku tanya satu hal sama kakak?" tanya Gea ragu. Adrian mengangkat sebelah alisnya.
"Apa kakak pernah punya rasa sama Kak Feli?" tanya Gea tanpa beban. Ia ragu kali ini. Dia ragu jika sebenarnya ada hubungan yang lebih di antara kakaknya dengan lelaki di sampingnya itu.
Perlahan genggaman tangan itu mengendur. Adrian menutup matanya dan menghela nafas berat. Kembali ia menatap Gea, dengan yakin dia menggeleng. "Ngga kok. Dia ngga lebih dari sahabat buat gue." ucap Adrian tanpa ragu, meski hatinya ragu untuk mengucapkannya. Tapi ia tidak ingin membuat Gea kecewa.
"Kakak yakin? Ngga ada persahabatan di antara cewek sama cowok. Pasti salah satunya ada yang menyimpan perasaan." ucap Gea. Ia menatap Adrian yang mengalihkan tatapannya.
"Aku cuma ragu kak. Jujur aku suka sama Kak Adrian sejak dua tahun lalu. Persahabatan antara Kak Adrian sama Kak Feli memberiku kesempatan untuk bisa deket sama Kak Adrian." Gea mengalihkan tatapannya dari Adrian.
"Perhatian yang Kak Adrian berikan sama aku, rasa nyaman, senyum itu, kedekatan kita yang mungkin masih terbilang baru. Cukup membuat aku makin sayang sama kakak, nyaman kalo di dekat Kak Adrian. Dan di situ aku sadar, kedekatan kita yang masih seumur jagung aja udah bisa bikin aku nyaman. Apalagi kedekatan Kak Adrian sama Kak Feli yang ngga cuma satu tahun, bahkan hampir empat tahun." Gea menghela nafas. Mencoba menatap Adrian di sampingnya. Adrian terdiam di sana. menatap kosong kedua kakinya.
"Apa kakak pernah menganggapku sebagai gadis? Bukan seorang adik dari orang yang kakak cintai?" tanya Gea lembut. Ia tidak yakin menanyakan hal itu, ia tidak ingin mendengar kalimat yang akan menyakiti hatinya.
"Gue pernah melihat gadis lain dengan pandangan sama seperti gue mandang Feli. Tapi Feli beda dari gadis lain, ceria, banyak tingkah, banyak omong, cerewet, ngga manja. Sikap lembut dia, rasa penyayangnya pada adiknya. Seakan menyihir hati gue." Adrian menoleh, tersenyum lembut pada Gea.
"Satu kenyataan terpahit untuk gue terima, Dia ngga pernah cinta sama gue. Dia cinta sama orang lain. Apa gue salah, kalo gue mencoba berpaling dari gadis yang sudah memiliki kekasih."
***
"Makasih ya kak, udah nganterin gue pulang." ujar Gea saat turun dari mobil Adrian. Adrian tersenyum hangat seperti biasanya.
"Justru gue yang harus bilang makasih sama lo. Makasih untuk hari ini." Ujar Adrian, setelah mendapat anggukan dari Gea, mobil Adrian pun melaju meninggalkan rumah Gea.
Dengan santai Gea berjalan ke rumahnya.
"Mau sampai kapan lo nyembunyiin ini dari adek lo? Apa lo ngga merasa sakit setiap lihat Adrian bareng sama Gea? Gue berhenti ngikutin semua kemauan lo." seru Rey sedikit lantang.
"Please Rey! Gue ngga minta apapun lagi. Gue mohon jangan berhenti, sampai gue bisa lihat Gea bahagia sama Adrian. Setelah itu kita akhiri permainan ini." ujar Feli memohon. Rey menggeleng, "Apa lo pernah mikirin perasaan Adrian? Gue udah berdosa banget sama dia, bahkan gue ngga pantes disebut sahabat buat dia. Mana ada sahabat yang merebut cewek yang sangat berarti untuk sahabatnya sendiri." balas Rey datar.
"Rey gue mohon sekali lagi. Yakini Gea kalo gue ngga pernah suka sama Adrian. Gue ngga mau buat Gea kecewa." ujar Feli terus menggenggam tangan Rey memohon. Rey kembali menggeleng.
"Ngga! Cukup Fel, apa lo sadar semakin lo ngikat gue dengan hubungan palsu ini, membuat gue beneran sayang sama lo. Dan itu cukup menambah rasa bersalah gue sama Adrian. Lepasin gue sekarang." tegas Rey.
Rey melepaskan genggaman tangan Feli hendak berbalik. Namun langkahnya terhenti saat melihat Gea yang terpaku di depan pintu.
"Gea." gumam Rey. Feli juga terkejut melihat Gea yang terdiam di sana.
"Gea." tegur Feli menghampiri Gea. "Lo udah.."
"Kak, kenapa Kak Feli ngga bilang dari awal kalo kalian saling mencintai?" ucap Gea memotong ucapan Feli. Feli terdiam, menunduk. Gea mengangkat dagu Feli agar menatapnya.
"Kak, perjuangin cinta kakak sama Kak Adrian." ujar Gea tersenyum. Mata mereka beradu dengan cairan bening yang menggenang di sana. Gea memeluk Feli erat.
"Tapi dek?" Feli melepaskan pelukannya. Gea tersenyum. "Kak, gue tahu koq. Gue juga bisa ngerasain apa yang kakak rasain. Kedekatan gue sama Kak Adrian yang baru aja udah buat gue nyaman, apalagi kedekatan Kak Feli sama Kak Adrian yang udah bertahun-tahun." ujar Gea masih dengan senyumnya.
Meskipun Gea juga merasakan sakit saat mengatakan hal itu, namun itu yang terbaik. Feli lebih berhak mendapatkan posisi di samping Adrian. Karena mereka saling mencintai.
***
"Pagi Kak Feli yang cantik." sapa Gea saat baru saja keluar dari kamarnya. "Tumben nih udah keluar. Biasanya diteriakin dulu baru mau keluar." cibir Feli. Ia mengoleskan coklat di atas roti miliknya. Gea duduk di samping Feli dan melakukan hal yang sama.
"Khilaf kali." timpal Gea terkekeh, "Lo tuh ya." Feli mencubit pipi Gea gemas.
Tin.. tin.. Suara klakson motor yang sangat familiar membuat Feli menoleh. "Rey?" gumam Feli. "Kak, gue udahan ya. Ojek gue udah sampe." ujar Gea setelah menghabiskan roti dan setengah gelas susunya.
Tanpa menunggu jawaban Feli, Gea langsung saja keluar. Feli mengikutinya dari belakang.
"Hai Kak." sapa Gea. Rey tersenyum manis membalas sapaan Gea. "Udah siap? Yuk berangkat sekarang." ujar Rey.
"Ooh, jadi sekarang lo mau bawa adek gue nih? Ngga pamit dulu sama kakaknya?" cibir Feli. Gea terkekeh.
"Kak Feli, gue mau jemput Gea ke sekolah nih. Bye Kak Feli yang cantik." ujar Rey dengan nada di buat-buat, membuat mereka terkekeh. Rey meraih tangan Gea agar duduk di motornya.
"Bye kak." Gea melambaikan tangannya pada Feli, begitu juga Feli. Motor Rey semakin menjauh dari sana. Feli menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Baru saja ia akan masuk ke dalam rumah, mobil Adrian masuk ke halaman rumahnya. Feli kembali pada posisinya.
"Dri? Lo mau jemput Gea? Gea udah berangkat tadi." ucap Feli sedikit canggung. Entah mengapa sekarang ia merasa canggung di depan Adrian.
"Siapa bilang mau jemput Gea. Gue mau jemput lo." ucap Adrian tersenyum hangat seperti biasanya.
"Jemput gue?" ulang Feli. Adrian mengangguk. "Iya, sana ambil tas lo. Lo ngga mau kita telat kan?" ujar Adrian lembut. Feli menggeleng lalu masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil tas.
"Yuk berangkat" ucap Feli setelah keluar dari rumahnya.
Mereka masuk ke dalam mobil. Mobil itu melaju meninggalkan pelataran rumah Feli.
***
"Fel, gue minta maaf soal kemaren." ujar Adrian menoleh. "Soal apa?" Feli juga menoleh. Adrian kembali fokus menatap jalan.
"Ucapan gue soal hubungan lo sama Rey. Gue cuma ngga suka lihat lo bareng Rey." ucap Adrian. "Tapi kan dia sahabat lo." timpal Feli.
"Iya, selagi dia nganggep lo cuma sahabat. Tapi kalo dia nganggep lo lebih dari itu, gue ngga rela Fel." Adrian menghentikan mobilnya di tepi jalan. Feli terkejut saa mobil itu berhenti. Adrian meraih tangan Feli dan menggenggamnya.
"Gue rasa lo udah tahu perasaan gue sama lo. Lo mau kan jadi pacar gue?" ucap Adrian lembut, menatap Feli dalam. Feli seakan tersihir oleh mata indah Adrian. Mata yang selalu dapat ia lihat dengan jelas. Mata yang selalu menatapnya tajam.
"Tapi kan gue sama Rey.."
"Lo ngga usah buat alasan apapun. Rey udh cerita semuanya. Gea juga udah cerita. Bahkan dia bikin gue sadar." potong Adrian, ia terkekeh mengingat kejadian kemarin saat Adrian meminta Gea untuk menjadi pacarnya.
"Lo ngajakin Gea pacaran? Bego banget, Gea pasti gugup. Dia tuh ngga pernah.."
"Awalnya dia emang terkejut saat gue nembak dia tiba-tiba. Tapi dengan pola pikirnya yang dewasa membuat gue berpikir ulang. Gue ngga bisa cinta sama orang lain selain lo Fel." ucap Adrian dengan serius. Feli terdiam. "Apa gue harus nerima lo?" ucap Feli menggoda Adrian. Adrian tampak datar. Ia melajukan kembali mobilnya tanpa menoleh pada Feli.
"Yah, kok ngambek Dri. Gue becanda. Gue mau kok jadi pacar lo." ucap Feli. Adrian mengerem mobilnya.
"Gila lo!" pekik Feli saat Adrian mengerem mendadak. Adrian terkekeh. "Jangan berubah ya, gue lebih suka lo yang seperti ini." ucap Adrian meraih kepala Feli lalu mencium keningnya.
"Makasih udah mau nerima cinta gue." Ucap Adrian lembut, Feli tersenyum menatapnya.
***
"Ini nih yang tadi pagi udah culik adek gue." tuduh Feli saat memasuki kelasnya dan mendapati Rey sedang asyik membaca komik.
"Ooh yang ini. Baiknya kita apain ya." ujar Adrian bersekongkol. Rey menatap kedua sahabatnya heran.
"Mau apa kalian? Kak Feli, gue kan udah minta izin sama lo tadi pagi." ujar Rey memohon pada Feli.
"Oh tak semudah itu Ferguso. Sekarang ijut kita ke kantin." ujar Feli menarik lengan Rey. Rey hanya pasrah dan mengikutinya.
Mereka pun sampai di kantin. "Beliin gue minum donk, gue haus nih. Lo mau apa by?" tanya Adrian. Aneh rasanya Adrian memanggilnya seperti itu. Namun Feli harus terbiasa.
"Sama deh. Sama roti isi coklatnya juga ya." ucap Feli menatap Rey. Rey pun bergegas membelinya. Beberapa saat kemudian dia kembali dengan tiga minuman botol dan tiga roti isi coklat.
"Jadi, sejak kapan lo deketin Gea?" tanya Feli mulai mengintrogasi. "Tiap hari juga gue deketin Gea." timpal Rey menggigit acuh rotinya. Feli memutar bola matanya.
"Jadi ini alasan lo mengakhiri hubungan kita?" ucap Feli. Meskipun mereka hanya berpura-pura pacaran sebelumnya. Rey menatap Feli dan Adrian bergantian.
"Ya." jawab Rey singkat. "Gue deketin lo karena gue pengen deket sama adek lo." ucap Rey serius. Meski kini mereka sedang becanda.
Mereka bertiga tertawa bersama. Seperti itulah mereka jika sedang kumpul, suka ngedrama.