Pertemuan hingga tumbuh cinta diantara kita berdua dan saat perpisahan kita masih teringat jelas di memori ingatanku. Kukira cinta kita akan tetap bersinar indah seindah bintang yang tetap bersama mendampingi bulan di langit malam, namun itu semua tak sesuai kehendak Allah Swt.
***
Amira wanita cantik pujaan hati lelaki bernama Fauzan. Mereka berpisah atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Amira mengalami kecelakaan. Namun, Fauzan belum bisa tuk melupakan Amira bersama kenangan mereka berdua sebelum Amira meninggal dunia.
Fauzan sangat mencintai Amira. Begitupun Amira. Sosok Amira telah membuat Fauzan jatuh cinta pada pandangan pertama dan terakhir.
Bagi Fauzan, Amira adalah wanita sempurna ciptaan Allah untuknya. Ia merasa manusia yang paling berbahagia bisa memiliki Amira. Banyak kenangan mereka lalui berdua. Suka maupun duka, bahagia maupun sedih, tawa maupun tangis sudah mereka lalui bersama.
Hingga cinta mereka dihadang oleh dunia dan akhirat. Amira mengalami kecelakaan karena menyelamatkan Fauzan yang hampir saja tertabrak oleh sebuah truk yang melaju dengan supir yang dalam keadaan mabuk. Amira melihat Fauzan yang hampir tertabrak, ia langsung sigap berlari ke arah Fauzan dan mendorong ke tepi agar tak tertabrak. Namun, ia terlambat untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Alhasil, Amira tertabrak oleh truk tersebut.
Warga yang ada di sekitar area kecelakaan hanya terdiam sambil melihat darah dari tubuh Amira yang bercucuran di jalan. Fauzan berteriak meminta tolong tuk dipanggilkan ambulance, dan tak lama ambulance datang membawa Amira ke rumah sakit untuk segera diberi pertolongan. Amira dimasukkan ke dalam ruang UGD. Tak lama Suster keluar. Fauzan yang melihat Suster keluar dari ruang UGD, segera menghampiri Suster tersebut.
"Gimana keadaan Amira, Sus?" tanya Fauzan cemas, panik, dan khawatir menjadi satu.
"Pasien dalam keadaan kritis dan harus segera tuk dioprasi," jawab Suster tersebut.
"Sus, tolong lakukan yang terbaik untuk Amira. Dia hidup saya, Sus," ucap Fauzan memohon.
"Kami dan yang lain akan berusaha sekuat mungkin. Mas lebih baik doakan mbaknya," ucap Suster tersebut.
Suster itupun pergi untuk mengambil alat. Fauzan terduduk lemas di kursi di depan ruang UGD. Pikirannya kacau. Dia bahkan menyalahkan dirinya sendiri. Tak lama, Fauzan bangkit dari duduknya dan pergi ke sebuah tempat untuk menenangkan dirinya dan berdoa tuk kesembuhan Amira. Fauzan pergi ke mushola yang ada di rumah sakit.
Ia terus memohon kepada Allah Swt. tuk menyembuhkan Amira. Ia menangis dalam doa seraya memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa atas segalanya. Setelah hatinya tenang, ia bergegas kembali ke ruang UGD untuk melihat Amira. Tepat saat Fauzan sampai di depan ruang UGD, Dokter yang manangani Amira keluar. Fauzan yang melihat itu langsung menghampiri Dokter menannyakan tentang keadaan Amira.
"Dok, bagaimana keadaan Amira, dok?" tanya Fauzan cemas.
"Nona Amira dalam keadaan koma," ucap Dokter itu sambil menunduk.
"Apa?!" tanya Fauzan tak percaya.
"Kami sudah berusaha sekuat tenaga, kita hanya bisa menunggu," ucap Dokter tersebut.
*Kau berjuang antara hidup dan mati. Hanya tuk hidupku. Maaf ku tak bisa menjagamu sampai saat ini. Terimakasih tlah selamatkan hidupku. Semangat Amira, ada aku di sini. Jangan tinggalkan aku Amira sayang. Kau adalah wanita kuat. Berjuanglah bukan hanya untukku saja, namun untuk kedua orang tuamu juga. Aku
mencintaimu Amira Zalvira.*
Kedua orang tua Amira datang setelah mendengar anaknya kecelakaan. Wajah mereka panik dan khawatir campur aduk. Lalu mereka menghampiri Fauzan untuk menanyakan keadaan Amira.
"Nak Fauzan, gimana keadaan Amira?" tanya ayah Azlan, ayah dari Amira.
"Amira sedang koma," ucap Fauan tertunduk.
"Apa?!?" ucap Ayah Azlan dan bunda Fatimah serentak tak percaya.
"Nak Fauzan, kok bisa Amira kecelakaan nak?" tanya bunda Fatimah ingin tau kronologi kecelakaan yang dialami putri satu-satunya itu.
Fauzan menjelaskan kronologi kejadian yang menimpa Amira dan dirinya. Bunda Fatimah yang mendengarkan cerita dari Fauzan tak sanggup menahan tangisnya. Ayah Azlan menenangkan bunda Fatimah. Fauzan hanya tertunduk merasa bersalah.
Seminggu berlalu, namun tak ada tanda-tanda siuman dari Amira. Fauzan yang tiap hari menjenguk Amira tak kuasa menahan tangisnya. Fauzan juga melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an berharap semoga Amira segera siuman setelah mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur'an. Tiba-tiba sebuah keajaiban datang, jari-jari lentik Amira bergerak. Fauzan yang melihat itu langsung menatap mata Amira.
"Amira sayang, kau sudah siuman? Aku panggilkan Dokter dulu ya?" tanya Fauzan yang bahagia melihat Amira siuman.
Namun, tangan Amira menahannya supaya tak pergi. Amira seperti ingin mengatakan hal yang penting. Melihat itu Fauzan langsung kembali menatap wajah manis Amira.
"Kenapa sayang?" tanya Fauzan melihat perlakuan Amira.
"Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu," ucap Amira dengan lirih.
"Apa itu sayang?" tanya Fauzan penasaran. "Tolong jangan potong kata-kataku," pinta Amira.
Fauzan hanya menangangguk. Ia sangat penasaran apa yang ingin dibicarakan oleh Amira. Hatinya merasakan hal yang tak enak. Namun, ia mencoba tuk positif thinking.
"Mas Fauzan, kamu tau aku begitu sayang padamu. Namun, ada yang lebih menyayangiku, Dia adalah Allah. Jaga diri ya mas. Aku pergi mas tuk selamanya. Aku mencintaimu. Assalamualaikum mas Fauzan," ucap Amira seakan berpamitan kepada Fauzan, dan itu membuat hati Fauzan semakin gelisah.
"Tidak Amira, kamu pasti kuat. Jangan tinggalkan aku sendiri. Maafkan aku yang tak bisa menjaga dirimu," ucap Fauzan sambil mengelus puncak kepala Amira.
Amira hanya tersenyum. Tak lama, nafas Amira menjadi tak beraturan dan detak jantungnya semakin melemah. Fauzan yang panik dengan apa yang terjadi kepada Amira, langsung berteriak memanggil Dokter.
"Dok, Dokter, tolong dia Dok," teriak panik Fauzan memanggil Dokter tuk segera datang.
Tak lama Dokter datang dan menangani Amira. Fauzan menunggu di luar. Beberapa menit setelah itu, Dokter dan Suster keluar dengan raut wajah sedih. Fauzan yang melihat raut wajah sang Dokter dan Suster membuat hati nya merasakan hal yang tak enak. Karna penasaran dengan keadaan Amira, Fauzan bertanya kepada Dokter yang menangani.
"Dok, apa yang terjadi dengan Amira, dok? Jawab Dok jangan diem aja," tanya Fauzan penuh kecemasan.
"Maaf tuan, kami sudah berusaha sekuat tenaga kami, namun kami gagal. Nona Amira sudah berpulang kepada Tuhan," jawab Dokter tersebut sambil menunduk.
"Dokter ga bercanda, kan? Iyakan? Ini prank, kan?" tanya Fauzan tak percaya.
Dokter hanya diam menunduk. Fauzan masuk ke dalam ruangan UGD tempat Amira menghembuskan nafas terakhirnya. Fauzan memasuki ruangan tersebut dengan langkah lemas. Air mata Fauzan untuk kali ini tak bisa dibendung. Fauzan melihat tubuh Amira tertutup oleh kain putih. Fauzan yang masih tak percaya dengan apa yang terjadi, akhirya membuka kain penutup mayat yang menutupi tubuh Amira.
"Ini gak mungkin, kan? Amira sayang bangun. Jangan tinggalin aku," ucap Fauzan sambil menggoyangkan tubuh Amira.
Tak ada jawaban dari Amira. Fauzan masih tak percaya. Pikirannya kacau. Kini ia kehilangan separuh hidupnya. Ia menyalahkan diri sendiri atas kematian Amira. Andaikan dirinya hati-hati saat menyebrang Amira tak akan kembali di sisi Allah. Namun, buat apa menyesali hal yang sudah terjadi, tak ada gunanya sama sekali.
Hari selanjutnya adalah hari pemakaman jenazah Amira. Banyak air mata jatuh dari mata para pelayat yang seakan kehilangan mutiara berharga di hidupnya. Hal itu memang pantas terjadi, karna Amira memang sosok wanita periang, baik, dan sopan. Tak khayal jika banyak orang yang menyukai dirinya, termasuk Fauzan.
Selepas acara pemakaman Amira, Fauzan kembali ke rumahnya. Ia menangisi kepergian Amira. Ia menatap sendu foto saat Amira bersamanya. Ia masih mengingat jelas awal pertemuannya dengan Amira di bawah langit malam yang disinari oleh cahaya bulan dan bintang yang bersanding. Hingga tumbuh sebuah rasa diantara mereka berdua.
Setahun berlalu, Fauzan masih belom bisa melupakan Amira. Dirinya bahkan meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim. Fauzan juga jarang makan. Ia lebih sering melamun di kamarnya memikirkan Amira. Fauzan menangis tiap kali memikirkan Amira.
Di suatu hari saat Fauzan melamun memikirkan Amira. Ada secercah cahaya yang muncul dari jendela kamar Fauzan. Dan datang seorang perempuan berhijab memakai pakaian serba putih dari atas sampai bawah. Wanita itu adalah Amira. Namun bukan tubuh Amira, melainkan hanya arwah Amira saja. Melihat itu, Fauzan tercengang tak percaya dengan apa yang terjadi.
Arwah Amira melangkahkan kakinya mendekati Fauzan. Fauzan langsung berdiri melihat kedatangan Amira. Ia ingin sekali memeluk wanita yang sangat ia cintai. Ia rindu sosok Amira. Fauzan berjalan mendekati arwah Amira yang ada di depannya. Kini jarak diantara mereka hanya selangkah. Fauzan dan Amira beradu pandang selama beberapa menit. Akhirnya Fauzan membuka suara.
"Amira sayang, kamu kemana aja selama ini? Aku rindu dengan dirimu. Tetaplah disini. Jangan tinggalkan diriku," ucap Fauzan menteskan air matanya.
"Mas Fauzan kamu mencintai aku, kan?" tanya Amira.
"Bahkan aku sangat mencintaimu," ucap Fauzan seraya mengangguk.
"Jika kamu mencintaiku, tolong tuk relakan kepergianku. Aku tak tenang di surga-Nya. Hiduplah bahagia bersama yang lain. Ikhlaskan diriku. Jika kita berjodoh maka Allah akan mempertemukan kita di surga-Nya. Jangan kamu tinggalkan kewajibamu sebagai seorang muslim. Aku akan tenang di sana bila melihatmu bahagia," ucap Amira.
"Maafkan aku yang tak bisa mengikhlaskan dirimu pergi. Maaf karena membuatmu tak tenang di sana. Maaf karena aku meninggalkan kewajibanku tuk menyembah Allah. Aku akan mencoba mengikhlaskan dirimu pergi, Amira sayang. Aku akan berbahagia di dunia walau tanpamu. Berbahagialah di surga-Nya," ucap Fauzan meminta maaf meneteskan air mata yang terjun semakin deras.
"Jangan meminta maaf kepadaku, meminta maaflah kepada Allah. Karena kamu lalai menjalankan kewajibanmu. Aku sudah memaafkan semua kesalahanmu. Karena kamu sudah berjanji tuk bahagia. Maka aku akan pergi. Tolong jangan tangisi aku lagi. Aku sudah bahagia di surga," ucap Amira sambil tersenyum manis.
"Iya. Tapi, tak bisakah kau tinggal di sini untuk sebentar saja?" tanya Fauzan yang masih menginginkan untuk bersama Amira walaupun sebentar.
"Maaf, aku tak bisa. Tapi tenanglah, karena aku akan tetap di sampingmu. Aku pergi Assalamualaikum mas," ucap Amira dan perlahan cahayanya menghilang entah kemana.
"Waalaikumsalam," jawab salam dari Amira.
Setengah tahun berlalu setelah pertemuan terakhir kali antara Fauzan dan Amira, akhirnya Fauzan sudah bisa melupakan kepergian Amira. Ia sudah mengikhlaskan Amira kembali ke sisi Allah. Fauzan menjadi lebih mendekatkan diri kepada Allah dan ia sudah tak menangisi kepergian Amira.