Tahukah kalian kalau bunga bisa bicara? Hmm, aku pun baru-baru ini mengetahuinya. Hima-chan yang memberitahu aku. Hima-chan adalah seorang gadis Jepang yang lincah dan lucu. Aku berkenalan dengannya dua minggu lalu ketika ia baru saja tiba di desaku.
"Hajimemashite, watashi wa Himawari Satoshi desu!" katanya memperkenalkan diri waktu itu.
Aku yang tak mengerti jadi gelagapan sendiri. Ia tersenyum.
"Nama saya Himawari. Himawari artinya Bunga Matahari, " ujarnya patah-patah. Wah, ia bisa berbahasa Indonesia rupanya.
"Desi." Kuberitahukan namaku padanya. "Desi Nawangsari."
"Aa... Hinagiku desu! Bunga Desi dalam bahasa Jepang adalah Hinagiku, " katanya bersemangat.
Semenjak itu aku memanggilnya Matahari, dan ia memanggilku Hinagiku. Dengan cepat kami menjadi akrab. Tingkahnya yang lincah dan menyenangkan membuatku merasa nyaman berada di dekatnya.
"Hina-chan, tahu tidak kalau bunga punya bahasa?" tanya Matahari alias Hima-chan suatu ketika. Saat itu kami sedang berada di toko bunga milik tanteku.
"Bunga punya bahasa?" tanyaku bingung.
"Iya. Bunga mempunyai bahasa tersendiri. Kita bisa bicara hanya dengan memberikan bunga tertentu. "
Aku mengerutkan kening. Tak terlalu mengerti.
"Ehm, misalnya ini, " Matahari meraih setangkai bunga Matahari.
"Bunga Matahari mempunyai arti 'aku menanti kehadiranmu'. Di Jepang, bahasa bunga disebut hanakotoba, " ia menjelaskan.
"Ah!" aku menangkupkan tanganku. Menarik! Setelah itu, Matahari bercerita lebih banyak lagi.
Katanya, setiap bunga memiliki arti tersendiri. Bahkan, bunga dari jenis yang sama jika warnanya berbeda, bisa mempunyai arti berbeda pula. Misalnya, Tulip Merah berarti 'percayalah padaku'. Tulip Kuning berarti 'cinta yang sia-sia'. Hmm, kini aku mengerti. Hanakotoba yang dimaksud Matahari ternyata adalah arti dari yang terkandung dari simbol-simbol bunga.
Masih banyak hal yang ingin kuketahui tentang Matahari, bunga, maupun hanakotoba. Namun, ternyata, keesokan harinya Matahari sudah harus kembali ke Jepang.
"Terima kasih untuk satu minggu yang menyenangkan ini, " Hima-chan membungkuk dalam-dalam. Aku turut membungkukkan diri.
"Aku suka Indonesia. Aku suka Hina-chan," ujar Hima-chan Terbata-bata. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Aku tak bisa berkata-kata.
"Kita teman selamanya, ya. "
Aku mengangguk.
"Yakusoku da yo?" Hima-chan mengulurkan kelingkingnya.
"Tentu saja!" jawabku mantap. Kelingking kami pun bertautan.
Beberapa minggu setelah kepulangan Hima, aku mendapatkan sebuah paket. Osaka, Japan, begitu alamat pengirim yang tertera di paket.
Wow! Setelah kubuka, ternyata, isinya adalah setumpuk kartu bergambar berbagai macam bunga. Hima-chan sendiri yang menggambarnya. Di sana ia menuliskan nama bunga bahasa Jepang dan beberapa dalam bahasa Indonesia. Di tiap-tiap kartu ada sebuah balon kata. Balon itu berisi tulisan tentang arti dari bunga itu. Seolah bunga-bunga itu yang berbicara sendiri.
Aku mengamati kartu-kartu itu dan membaca arti-artinya dengan teliti. Ah, ini dia! Kuambil tiga lembar kartu yang sejak tadi kucari-cari. Kususun ketiganya berjajar: Bunga Matahari, Bunga Lilac, Bunga Desi. Aku tersenyum. Tahukah kalian mengapa aku menyusun ketiga kartu tersebut? Makna ketiganya dapat membentuk sebuah kalimat. Bunga Matahari adalah lambang dari Himawari. Bunga Desi adalah lambang dari aku sendiri. Dan Bunga Lilac berarti 'persahabatan'.
✧・゚: *✧・゚:*TAMAT✧・゚: *✧・゚:*