"Target kita selanjutnya ... ." Pria tampan bertubuh kekar itu menggantungkan ucapannya, menatap satu persatu diantara dua temannya atau partnernya, ia menghela nafas berat sebelum melanjutkan ucapannya.
"1C72 Company, yang dibangun oleh tiga wanita yaitu, Charlotte Daniella Selvi, Areolla Vionna Clareta, dan Lerrona Cahya Aileen," lanjutnya menatap kedua temannya dengan tatapan agak pasrah.
Avandy dan Ryan melebarkan matanya kaget sekaligus tak percaya setelah mendengar ucapan dari Jevon. Dengan sedikit terbata karena kaget, Ryan pun bertanya, "Me-mereka?—"
Belum selesai Ryan berbicara, Jevon memotong ucapannya dengan menaruh tiga foto wanita cantik di atas meja seolah memberi jawaban dengan tak perlu banyak berbicara, melihat itu Avandy dan Ryan tambah kaget dan tak percaya.
"Lo yakin, Jev?"
Jevon menghela nafas kasar, mengusap-usap wajahnya dengan frustasi sebelum menjawab, "awalnya gue juga kaget, tapi, mau gimana lagi? Ini tugas kita, gue juga ngga percaya mereka jadi begitu."
"Padahal dulu mereka selalu yang paling terbaik dikampus, tapi, kenapa jadi kayak gini?" Ujar Ryan yang masih belum percaya.
Mereka berdua —Jevon dan Ryan, menatap ke arah Avandy yang sedaritadi hanya berdiam saja, mereka tau bagaimana temannya saat ini.
"Demi negara, Va."
"Udah empat tahun, lo masih belum bisa move on?"
Avandy mengacak rambutnya dengan frustasi, ia menghela nafas panjang sebelum menjawab, "Lo tau, kenapa nanya lagi?"
"Ngga cuma lo doang, gue juga mantannya Charlotte, pas SMA sih..." Ucap Jevon.
"Kita semua teman, ya, pasti kita ngga rela. Apalagi kita udah berteman lama, gue masih ngga nyangka," ujar Ryan.
"Ngga ada satu cara lagi selain mengerjakan, mereka ngga akan terbunuh kalau mereka mau dihukum," ucap Jevon sambil berfikir, ia memberi jeda sebelum melanjutkan ucapannya, "kalau kita ngga ngelakuin, ya, kita yang dihukum dan dipecat, apalagi boss kita kan ngga pernah bisa dibohongi sedikit pun."
"Kenapa harus kita diantara banyaknya partner kita?" Tanya Avandy.
"Kan ini emang tugasnya kita, yang lain udah, sekarang jadwalnya kita. Gue tau gimana lo, Va," jawab Ryan menjelaskan.
"Lo siap?" Jevon menatap Avandy dengan tatapan bertanya.
"Ngga tau," jawab Avandy singkat, setelah itu ia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar ruangan.
"Gue tau ini semua bakal terjadi, tapi, gue ngga mau ini terjadi," ujar Ryan menatap pintu yang sudah tertutup rapat dengan sayu.
***
"Gimana, Na? Apa info yang lo dapet sekarang?" Tanya Charlotte menatap Lerrona dengan tatapan bertanya, begitupun Areolla yang berada didepannya.
"Target mereka kita."
Areolla melebarkan matanya kaget, "kita?! Berarti penyelidikan udah selesai? Gue kira ngga bakal ada yang berhasil, berarti harus siap-siap dong," celoteh Areolla.
"Udah gue duga tim mereka tuh ngga bisa diremehkan, mangkanya dari awal kita harus ketat banget, dan sekarang? Saatnya kita," ujar Charlotte yang tampak pasrah.
"Tapi, Guys, sekarang jadwalnya ... ." Lerrona menggantungkan ucapannya menatap satu persatu dari dua temannya, ia tak yakin untuk memberitahu hal ini, tapi, sangat wajib.
Lerrona menghela nafas berat sebelum melanjutkan ucapannya, "Jevon Brilian, Avandy Marcello Abasya, dan Ryan Gio Alvano." Tentu saja, Areolla dan Charlotte terkejut mendengar itu.
"Dan, lagi? Dugaan gue benar, mereka yang dijadwalkan," ujar Charlotte.
"Teman kita sendiri?!" Kaget Areolla dengan menutup mulutnya menggunakan tangannya yang terbuka karena kaget, "ada ... Avandy? Jevon? Ryan ... —"
"Stt! Kita ngga boleh memikirkan apa hubungan kita sama mereka! Ntah kita pernah berteman, bahkan kekasih, kita harus mengutamakan perusahaan kita!" Potong Charlotte dengan tegas, ia menatap tajam ke arah Areolla yang barusan berlirih mengucapkan nama tiga pria itu seolah merasa kasihan atau tak rela.
"Iya, gue juga ogah! Udah, La, jangan peduli sama Avandy lagi, bukannya lo yang memutuskan kayak gini? Jadi ngga usah dipikirin lagi, anggap semuanya sudah berlalu atau anggap kita hidup di dunia baru dengan orang dan sifat yang berbeda," ucap Lerrona panjang, ia setuju dengan ucapan Charlotte.
Tatapan mata Areolla yang tadinya sayu menjadi tajam, "ngapain juga gue mikirin mereka, ngga guna, malah bikin gue stress."
"Bagus! Kapan dimulainya?" Tanya Charlotte yang kini menatap Lerrona.
"Lima hari lagi."
***
Lima hari sudah terlewati, mungkinkah ini saatnya kehilangan? ah, jangan bilang seperti itu.
Tim Areolla, Charlotte dan Lerrona sudah siap, begitupun dengan Tim Avandy, Jevon dan Ryan.
haha, terlihat sangat lucu bukan? mereka dulu sangat bersahabat, bahkan selalu bersama, tapi sekarang? mereka berperang.
"siap-siap, gue yakin tim mereka udah merencanakan dari awal sebelum kita menyerang duluan, mereka itu cerdik," ujar Jevon yang sudah sangat siap, menatap Avandy dan Ryan secara bergantian.
"Ayo, Va. utamakan negara dulu."
"kenapa lo begini? harusnya lo lebih tegas, Va! Areolla yang ninggalin lo tanpa alasan, sadar! saatnya lo balas dendam!" tegas Jevon.
"gue bakal berusaha, ngga akan mengecewakan."
***
"Charlotte! Mereka udah dateng!" ucap Lerrona memberitahu sambil melihat ke arah gedung perusahannya dari atas helikopter.
"siapa yang bakal turun?" Tanya Charlotte sambil menatap Areolla dan Lerrona secara bergantian.
"gue dulu."
"yakin lo?"
"yakin! karena gue tau mereka bakal ngambil barang di ruang simpanan dulu," jelas Areolla dengan yakin, Charlotte mengangguk percaya.
"setelah gue keluar gedung nanti, cepet-cepet lempar bom," lanjut Areolla sambil mengenakan alat pengaman.
***
Areolla berlari sepanjang tangga menuju lantai yang berada sebuah ruang rahasia yang berisi harta dan surat perusahaan ini, hanya bisa ia, Charlotte, dan Lerrona yang masuk karena hanya bisa dibuka dengan sidik jari mereka.
"berhenti!!"
langkah Areolla terhenti ketika suara berat memanggilnya, ia menoleh, terlihat Avandy yang menatapnya tajam sekaligus menyodorkan pistol kearahnya.
tapi, setelah melihat wajah Areolla, Avandy terdiam, tangannya pun turun dengan perlahan.
"A-Areolla..."
dor!
dari arah samping, tiba-tiba ada yang menembak bagian perut Areolla membuat perutnya mengeluarkan cairan merah, mereka sama-sama menoleh.
"Kenapa diem aja? bukannya tembak langsung, Avandy! ini bukan waktunya!" tegas Jevon yang menembak Areolla tadi.
"sial, perut gue tertembak," ucap Areolla pelan memberitahu teman-temannya melalui alat yang berada di telinganya.
Areolla mengangguk setelah mendengarkan penjelasan dari Charlotte dari sana.
dengan cepat ia pun kembali berlari, tak peduli perutnya yang kini terus-menerus mengeluarkan darah.
"kejar, Va!"
***
BUM!!
"GUE BELUM KELUAR!! KENAPA LO UDAH LEMPAR BOM NYA?!" teriak Areolla bertanya.
Mata Areolla membelalak ketika mendengar jawaban dari Charlotte, "Yaudah, lo jemput gue diatap!"
"Areolla!"
pergelangan tangannya ditarik oleh seorang pria, ternyata itu Avandy.
dengan cepat, Areolla menepis tangan Avandy, "kenapa?!"
"Please, lo menyerah aja, dah dihukum."
"menyerah? sorry, kata itu cukup menjijikan di kehidupan gue, lebih baik gue mati daripada jadi orang bodoh dan miskin!" elak Areolla.
"kenapa lo berubah? gue khawatir, La.."
Areolla berdecih, "khawatir? Inget! kita bukan siapa-siapa, anggap aja lo ngga pernah kenal gue, begitupun gue ke elo. disini kita bertemu sebagai musuh, bukan sebagai pertemanan, lupakan semua, seolah gue ini terlahir kembali dengan orang yang berbeda, dan sifat yang berbeda." Areolla menjeda ucapannya. "dan, Bunuh cinta ini."
setelah mengatakan ituz Areolla langsung berlari kembali ke tujuannya.
BUM!!
Bom kembali meledak.
"AVANDY!! LO PASTI BAWA ORANG LAIN, KAN?! CIH, CURANG LO!! CEMEN TAU NGGA?! TIGA LAWAN TIGA!!" teriak Areolla dari Jauh.
"AREOLLA!!"
Areolla kembali menoleh, terlihat Charlotte dan Lerrona yang berlari ke arahnya.
"loh, kalian kenapa keluar?"
"Helikopter kita rusak, kita diserang, jadi kita kesini aja nyusul lo," jelas Charlotte dengan nada tak santai, tentu saja, ia panik saat ini.
"gimana? lo udah ambil suratnya?" tanya Lerrona.
Areolla mengangguk, "tentu!"
"yaudah, ayo keluar!"
BUM!!
"AAAA!!"
***
News: Peperangan antara 1C72 Company dan Tim berakhir, tak ada yang menang, semuanya bertumpah darah. orang-orang yang berada di dalam gedung tersebut tak ada yang selamat, semuanya berakhir.
E N D
CUKUP GAJE YY:)