Hallo semuanya, ini fanfiction ketigaku tentang karakter Naruto lanjutan kisah Gaara x Ino. Readers yang terhormat silahkan membaca cerpen berjudul "Wonderwall" sebelum membaca cerpen ini🍱🥗
-----‐------------
"brak!!!," Ino membanting laporan misinya di meja Naruto.
"Ano, Ino-Chan selamat datang," ujar Naruto sambil menggarukan kepalanya.
Mata Ino berkilat marah, Naruto ketakutan. Shikamaru segera menengahi mereka berdua.
"Ino-chan, misi mu satu bulan. Tidak perlu terburu-buru," ujar Shikamaru santai.
"Persetan dengan misi. Kalian bertiga berkomplotan mengirimku ke Suna hanya untuk penelitian tumbuhan yang jelas-jelas ada di Suna sejak lama!," geram Ino.
"Kemarin Gaara menyatakan hal aneh, dia bilang Naruto juga tahu," ujar Ino tanpa menyebut gelar kehormatan kedua Kage tersebut.
"Apa masalahnya jika Gaara menyukaimu? kau bisa menolaknya jika tidak setuju," kata Naruto takut.
Ino bersiap menyemprot Naruto, namun Shikamaru kembali menghalangi Ino.
"Kau bekerja terlalu keras setelah kembali dari hutan klan Nara. Bersantailah sejenak, tidak ada salahnya mempertimbangkan perasaan Kazekage," ucap Shikamaru tenang.
"Bersantai katamu? tidakkah kau tahu seberapa menakutkan pria itu, ku dengar dia bahkan tidak tidur sejak lahir. Lagi pula dia dihidupkan berkat edo tensei, benar-benar seperti mayat hidup," ucapan Ino tidak terkontrol, membuat Naruto dan Shikamaru diam sejenak.
"Ino-chan, kalau memang Gaara bukan tipemu tidak perlu menghinanya seperti itu. Maafkan aku, karena ide konyolku kau membenci Gaara," ujar Naruto.
"Kau boleh pulang. Aku akan memeriksa laporanmu," ujar Naruto lagi.
Ino bergegas meninggalkan ruangan Naruto. Tidak ada gunanya dia menumpahkan kemarahan kepada dua pria itu.
Gaara memang mengalami masa kecil yang sulit, lalu Naruto pikir Ino tidak mengalami masa remaja yang suram?
Ino kesal dengan ucapan Naruto yang seolah menyalahkannya tentang Gaara. Sebaiknya dia temui Sakura sekarang.
"Ino-buta," ujar Sakura bersemangat melihat Ino mengunjunginya.
"Hai, Dekorin apa yang kau lakukan?," ujar Ino langsung nyelonong masuk menuju dapur Sakura.
"Bagaimana misimu di Suna?," tanya Sakura sambil tersenyum.
"Apa undangan pernikahannya akan disebar? Aku pasti datang bersama suamiku."
"Undangan apa?," tanya Ino sambil membuka toples camilan yang ada di meja.
"Bukankah kau dan Gaara sedang dekat? pria itu tergila-gila padamu"
"Dari mana kau tahu?," ujar Ino sambil mengerutkan dahinya.
"Bahkan satu angkatan tahu tentang Gaara yang menyukaimu."
Ino menyemburkan makanan yang sedang dikunyahnya. Dia meninggalkan Sakura yang marah, sambil kerepotan membersihkan kunyahan camilan yang berserakan di lantai dan meja.
Ino menuju sahabat karibnya yang lain Ten Ten.
"Kau sudah tiba, bagaimana misimu?," tanya Ten Ten sambil merapikan peralatan di tokonya.
"Misinya lebih cepat dari waktu satu bulan yang diberikan Naruto."
"Apa Kazekage akan mengunjungi ayahmu dalam waktu dekat?," tanya Ten Ten.
"Untuk apa?,"
"Bukankah kalian sedang dekat, Kazekage suka padamu,"
Ino menghela nafasnya. Lebih baik dia menemui orang yang tidak pernah berbohong diangkatannya, Hyuga Hinata.
"Kenapa kau kembali begitu cepat? Bukankah kau dan Gaara sedang dekat?," tanya Hinata.
"Kau juga tahu?,"
"Tentu saja. Aku mendengarnya dari Naruto-kun,"
Ino pulang dengan hati hampa. Ino melewati akademi ninja tempatnya bersekolah dulu dan mengingat sesuatu. Dia duduk di deoan akademi sambil menunggu seseorang.
"Ino-chan," ujar Rock Lee berlari mendekat.
"Aku turut bahagia mendengarnya," ujar Rock Lee berteriak heboh.
"Apa yang kau dengar?," tanya Ino penasaran
"Kau dan Kazekage-Sama akan menikah,"
Ino menghantam keras kepala Rock Lee. Harusnya dia tidak menemui pria Taijutsu itu.
"Jangan sia-siakan masa mudamu," teriak Rock Lee dengan benjolan yang menghiasi kepalanya.
Orang terakhir yang akan Ino temui Hyuga Neji. Kalau saja Aburame, Chouji, dan Inuzuka tidak menjalankan misi tentu saja Neji jadi pria yang Ino hindari untuk bertanya tentang Gaara.
Oh Ino melupakan satu hal, Sasuke.
Ino tentu tidak punya muka menghadapi Sasuke, cinta pertamanya.
"Byakugan!," ujar Neji membuka mata Byakugannya mencari objek aktif yang bersembunyi di hutan dekat rumahnya.
Ino melompat tepat di dekat Neji dan pria itu spontan melancarkan serangan jarak dekat.
Bukk! serangan Taijutsunya menghantam punggung Ino. Ino jatuh beberapa meter di hadapan Neji.
Darah menetes di sudut bibirnya.
Neji melemparkan ikat kepalanya pada Ino.
Ino mengucapkan terima kasih dan mengelap darah di sudut bibirnya.
"Jika kau datang untuk bertanya tentang Gaara, lebih baik tinggalkan tempat ini. Kau menganggu latihanku," ujar Neji dingin.
Ino sudah menduganya, kedatangannya kali ini sia-sia lebih baik dia pulang dan beristirahat.
"Apa kau tahu sesuatu tentang Gaara menyukaiku?," tanya Ino langsung pada intinya.
Alih-alih menjawab pertanyaan Ino, Neji kembali memejamkan matanya dan berlatih jurus rahasia klan Hyuga.
Lebih baik dia meninggalkan Neji dan latihannya, sebelum Neji mengeluarkan jurus lain yang bisa melukainya.
"Untung saja Ten Ten tidak tertarik padanya," gumam Ino sambil meninggalkan halaman rumah Neji.
"Berhenti!," teriak Neji
Ino mengabaikan ucapan Neji, dan mempercepat jalannya.
"Gaara suka padamu sejak pelantikan di Suna!," teriak Neji lagi.
"Simpan saja omong kosongmu!," balas Ino
"Berhentilah, akan kuceritakan semuanya!,"
Ino menghentikan langkahnya. Dia membalikan badannya menatap Neji yang tampak frustasi. Ada apa dengan pria itu? batin Ino yang pertama kali melihat Neji tampak gelisah.
"Masuklah, akan kuceritakan semuanya di dalam,"
Ino duduk di ruang tamu di hadapannya terdapat berbagai jenis kue dan ocha.
"Ceritakan," pinta Ino sambil memakan kue dihadapannya.
"Saat pelantikan Kazekage di Suna. Gaara melihat seorang gadis berantakan, kesana kemari merangkai bunga dan membuat dekorasi. Sayangnya gadis itu pulang setelah dekorasi selesai, padahal Gaara ingin gadis itu menghadiri acara pelantikannya."
"Hanya itu? apa Gaara punya alasan khusus?"
"Hal seperti itu tidak bisa kau tanyakan pada sembarang orang," ujar Neji kesal.
"Apa Ten Ten menyukai seseorang," Neji balas bertanya.
"Tidak,"
"Tipe pria seperti apa yang dia sukai," tanya Neji lagi.
"Rock Lee," ujar Ino cuek.
"Bisakah kau tambahkan ochanya," tanya Ino.
Neji naik pitam, sejak tadi Ino sudah menghabiskan kue kesukaan seseorang yang sengaja disiapkannya.
"Pulanglah, kau sudah menghabiskan makanan dan minuman di rumah ini," usir Neji sambil menutup nampan kue di hadapan Ino.
Ino meninggalkan rumah Neji dan pulang dengan hati senang, setidaknya ada informasi baru dari Neji.
Ino melihat seseorang berdiri di depan tembok yang mengarah langsung ke jendela kamarnya.
"Hai," sapa Gaara saat Ino mendekat.
Ino meneliti Gaara dari ujung rambut hingga ujung kaki. Gaara mengenakan jubah berwarna navy persis seperti jubah Sasuke. Rambut Gaara yang semula merah gelap berubah menjadi warna hitam. Ada apa dengan pria di hadapannya?
"Hai," ujar Ino membalas sapaan Gaara.
"Kazekage-sama ada apa," tanya Ino.
"Aku mengunjungi Naruto dan kebetulan lewat depan rumahmu," ujar Gaara dingin.
"Oh baiklah, sudah malam saya akan masuk," ujar Ino canggung.
"Apa kau sudah mempertimbahkan perasaanku?," tanya Gaara.
"Kazekage-sama, kedatanganku ke Suna murni untuk urusan pekerjaan. Maaf aku tidak bisa menerima pernyataan cinta anda,"
"Alasannya?,"
"Anda dan dunia anda tampak tidak normal bagi saya. Anda bekerja sepanjang waktu, tidak tidur, bahkan dihidupkan dengan Edo Tensei. Anda juga dingin dan tampak tidak bersahabat. Kita tidak akan cocok," ujar Ino panjang lebar.
Gaara mendengar ucapan Ino dengan saksama. Jika punya kesempatan, dia ingin menjelaskan alasan hidupnya tidak normal. Mendengar penolakan Ino membuat Gaara sadar. Tidak ada gunanya meyakinkan wanita di hadapannya.
"Aku harap hubungan Suna dan Konoha tidak renggang karena hal ini. Jangan takut datang ke Suna, aku tidak akan menganggumu lagi," ujar Gaara.
Dia pamit meninggalkan Ino yang menatap punggungnya hingga menghilang dari hadapan Ino.
Sejak malam itu tidak ada satu pun di Konoha yang mengungkit tentang hubungan Gaara dan Ino.
Ekstrak daun yang dibawanya dari Suna sudah selesai dilakukan penelitian. Waktunya untuk di bawa kembali ke Suna. Ino menemui Naruto untuk melaporkan hasil penelitiannya.
"Sasuke sudah membawa ekstarak daunnya kembali ke Suna, lengkap dengan laporan penelitiannya," ujar Naruto.
"Aku berjanji pada Kazekage untuk membawanya kembali ke Suna," ujar Ino.
"Gaara tidak keberatan, dia juga menyampaikan permintaan maaf karena telah merepotkanmu," ujar Naruto lagi.
Ino meninggalkan ruangan Naruto. Ino merasa sejak hari itu semua orang menanggapinya dengan dingin bahkan memusuhinya.
Hinata meminta maaf padanya karena menyampaikan berita yang salah tentang hubungan mereka. Rock Lee juga melakukan hal yang sama.
Dua bulan sejak kejadian itu, Gaara muncul di Konoha merayakan kelahiran putri pertama Sasuke dan Sakura.
Mereka sempat berpapasan, Gaara hanya mengangguk saat mereka bertemu. Ada perasaan bersalah di lubuk hati Ino.
Andai saja dia bisa memutar waktu, dia akan meminta Gaara menjelaskan yang sebenarnya.
Sudahlah, lupakan. Ino meninggalkan rumah sakit menuju kedai ramen Ichiraku. Dia melihat Gaara dan Naruto.
Gaara pamit saat melihat Ino datang.
"Ino-chan, duduklah. Aku yang traktir," tawar Naruto.
Ino duduk sambil mendengarkan ocehan Naruto tentang putri Sasuke.
"Apa Kazekage marah padaku?," tanya Ino pada Naruto.
"Kenapa Gaara harus marah?,"
"Aku menolaknya waktu itu."
"Gaara tidak bilang apa-apa. Lupakan masalah itu, ayo makan," ajak Naruto
Setelah makan Ino menuju toko Ten Ten dia ingin curhat pada Ten Ten, tapi gadis itu dan Neji sibuk melayani pembeli.
Dua minggu lalu mereka resmi berpacaran. Neji punya kebiasaan baru di waktu senggangnya, membantu Ten Ten di toko.
Entahlah bertemu dengan Gaara membuat perasaanya terombang-ambing. Dia melangkahkan kakinya menuju makam ibunya. Di pusara ibunya dia melihat bunga tulip terletak di sana.
Ino bertanya pada petugas yang menjaga gerbang Konoha. Mereka bilang Kazekage baru saja mengunjungi makam ibunya.
Enam bulan kemudian .....
Pertemuan tahunan diadakan di Konoha dan dihadiri para Kage. Ino tidak ditawari menjadi orang yang mendekorasi ruang pertemuan melainkan ayahnya, Iruka Sensei, Ten Ten, dan Neji yang melakukan semua pekerjaan itu.
Pertemuan itu berlangsung selama seminggu penuh. Selama itu para Kage menginap di Konoha.
Satu hari menjelang pembukaan pertemuan, para Kage berkumpul di Konoha.
Gaara datang bersama seorang gadis. Mereka tampak akrab. Ino melihat gadis itu dikenalkan dengan Kage yang lain.
"Apa gadis itu sedang dekat dengan Gaara?," batin Ino sambil meneliti gadis itu. Tampak beberapa tahun lebih muda dari Ino. Cantik dan kelihatan pandai bergaul.
Ino tersenyum miris. Rasa sesak memenuhi dadanya. Padahal dirinya menolak Gaara, kenapa sekarang ada bagian dalam tubuhnya yang terasa perih?
Pertemuan telah berlangsung selama dua hari. Ino menawarkan diri ikut berpartisipasi namun semua orang melarangnya ikut, dengan alasan jumlah orang yang ikut membantu terlalu banyak.
Ino mengisi waktunya dengan membaca buku tentang medis di perpustakaan. Selama satu minggu Ino mandi, makan, tidur dan berganti pakaian di kantor.
Dia tidak pulang ke rumah karena ayahnya membantu Naruto menemani para Kage selama mereka di Konoha.
"Apa kita tidak terlalu keras padanya?," ujar Sakura, melihat Ino berjalan menuju perpustakaan.
"Naruto melakukan usaha terbaiknya agar Ino dan Gaara tidak canggung karena gosip bodoh di angkatan kita," balas Ten Ten.
Ino menerima undangan menghadiri penutupan pertemuan para Kage. Ino tidak ingin hadir tapi Naruto telah mewanti-wanti semua kepala divisi harus hadir, untuk menghormati para Kage dan suksesnya pertemuan tahunan di Konoha.
Ino duduk diantara tamu undangan sambil mencuri pandang ke arah Gaara, yang sibuk mengobrol dengan gadis yang datang bersamanya. Akhirnya Gaara menemukan wanita yang sepadan dengannya pikir Ino.
Rangkaian acara formal telah berakhir. Waktunya makan bersama. Ino memilih kabur meninggalkan tempat pertemuan.
Dia bergegas berganti baju, berpamitan di makam ibunya, dan meninggalkan Konoha.
Ino menuju rumah pamannya yang berada di tepi hutan klan Nara. Dia menghabiskan hari Sabtu di sana, beristirahat sejenak dari rutinitasnya.
Tanpa Ino sadari Gaara sedang menatap kepergiannya.
-----------------------------(bersambung)