Jam sudah menunjukkan pukul 14 siang saat kabut tebal turun.
Entah karena mendung atau memang kabut yang terlalu tebal hingga suasana menjadi gelap seperti selepas Magrib.
Karena lelah kami pun beristirahat disebuah rumah yang terbuat dari kayu.
"Teman-teman kita istirahat dulu aja ya dirumah ini" usulku pada teman-teman ku yang lain dan langsung merekapun setuju.
"Assalamualaikum permisi, apa ada orang" ucapku memberi salam sambil mengetuk pintu yang terbuat dari triplek yang sudah rusak.
"Udah masuk aja, pasti ni rumah kosong orang gak keurus gini" celetuk temanku yang bernama Mila.
Niat kami untuk mendaki sampai puncak pun terpaksa di tunda karena cuaca yang tiba-tiba saja hujan deras.
"Untung ya pas ujan kita udah neduh disini" ucap Ray sambil menyalakan Api untuk membuat kopi dan merebus mie instan.
Kamipun beristirahat sambil tiduran melepaskan lelah karena mendaki.
Mungkin karena lelah teman-temanku pun tertidur pulas.
Jeggerrrr
Suara petir yang lumayan kencang dan hembusan angin membuat suasana keketika itu juga menjadi dingin.
Aku melirik ketiga temanku yang ternyata sudah tidur pulas.
Aku pun melihat keluar rumah dan aku baru menyadari ternyata ternyata rumah itu dikelilingi oleh pohon-pohon besar seketika itu juga bulu kuduk aku berdiri.
Tiba-tiba aku merasa seperti ada Orang yang sedang mengawasi aku.
Aku pun langsung membuka sleepingbad aku lalu ikut merebahkan dirinya di samping teman-temanku.
Tiba-tiba mataku terasa berat dan aku pun tertidur namun baru saja aku memejamkan mata aku melihat ada kabut tebal didepan pintu dan tak lama kemudian aku melihat sosok wanita berbaju putih dengan rambut tergerai panjang berdiri seperti marah menatap tajam ke arahku.
"Pergi kalian dari rumahku" usir wanita itu dengan mata yang membelalak lebar dan hampir keluar.
"Maaf Tante tadi kami udah bilang permisi namun gak ada jawaban jadi saya pikir ini ruma kosong" ucap ku
Namun sosok itu bertambah marah tiba-tiba saja kuku-kuku nya yang panjang hendak mencakar wajahku aku pun menghindar namun sosok itu malah memgejarku dan aku pun berlari sekencang mungkin untuk menghindari sosok yang sedang marah itu.
Aku terus berlari jauh masuk kedalam hutan meninggalkan teman-teman ku.
Namun yang membuat aku bingung ternyata aku hanya berputar-putar disekitar rumah itu.
Akhirny aku pun memutuskan untuk kembali masuk kedalam rumah itu dan bersembunyi didalam.
Alangkah terkejutnya aku saat melihat semua teman-temanku sudah terkapar dengan tubuh yang seperti tercabik-cabit.
"Tidakkk ..."
"Ttooollongggg .. "
Teriakku sekencang mungkin berharap ada seseorang yang menolongku.
Hi..... hiii
Suara tawa wanita itu berhasil membuat lututku gemetar.
"Kaliaaannnn menggangguku...."
"Kaliann haruss mati...hi.....hii..."
Suara sosok itu benar-benar membuat lututku lemas.
Aku yang bersembunyi dibalik meja usang berharap sosok itu tak melihatku namun sial ternyata sosok itu menatap kearahku.
Tatapan matanya tajam seakan ingin segera menghabisiku.
Akupun hanya bisa pasrah dan berdoa dalam hati semoga Allah menolongku keluar dari rumah kayu berhantu ini.
Sosok itu berjalan kearahku dengan tangan yag sudah siap akan mencabik cabik tubuhku.
Ia pun menyingkirkan meja yang menjadi tempaku bersembunyi kini aku dan sosok itu berhadap-hadapan.
"Matiik kauu bocahh malam ini ha.....ha..."
Srekkkkk
Kuku-kuku panjang itu menyayat lenganku
Aaawwww
Teriakku sekencang mungkin
Sreeeekkk
Lagi-lagi kuku itu mengenai tubuhku,aku pun melihat tubuhku yang sudah bersimbah darah dan sesaat kemudian aku pun tak sadarkan diri.
Tiba-tiba wajahku terasa begitu panas seperti terkena sinar matahari.
Dan saat aku membuka mata alangkah terkejutnya aku saat melihat teman-teman ku dan beberapa orang berseragam perhutani sedang mengelilingi aku.
"Apa aku udah mati?" tanya ku bingung
Aku menatap temanku satu persatu sejenak mereka saling tatap dan kemudian pecahlah tawa mereka mendengar pertanyaanku.
"Loe masih hidup cuma kok bisa ya loe tidur sambil jalan" tanya Mila
"Gw dikejar hantu tau" jawabku kesal
Sesaat para petugas polisi hutan itu saling tatap.
"Berarti neng ketemu sama penunggu rumah kayu itu" ucap salah satu petugas yang bernama Alif.
"Maksudnya apa Pak?" tanyaku penasaran.
Pak Alif pun menceritakan tentang rumah kayu yang kami tempati tadi malam.
Ternyata dirumah itu dulu adalah tempat pembuangan mayat wanita yang sedang hamil.
Karena tak ingin ada hal aneh menimpa kami lagi kamipun segera meninggalkan rumah kayu itu menuju puncak gunung.