Sera terbiasa sendirian. Dia telah menghabiskan sebagian besar masa kecilnya dalam keheningan yang menyendiri, dirawat oleh pelayan. Tidak melakukan apapun sering sekali dilakukannya sejak masih kecil, dia aktif, tentu saja, untuk mendapatkan perhatian ayahnya yang memiliki banyak urusan untuk dilakukannya.
Dia selalu yakin akan cinta orang tuanya untuknya, bahkan jika ayahnya hanya mencintai anak laki-laki yang sempurna dan bukanlah seorang anak perempuan, Sera dengan cepat menjadi semakin mirip juga. Terlepas dari jaminan ini, masa kecilnya agak sepi. Karena dia dibesarkan sedemikian jauh, sulit baginya untuk terbuka dengan orang lain.
Ada beberapa praktik yang dia ikuti dalam hidupnya yang kemungkinan besar akan dipandang oleh orang lain sebagai tidak sehat. Misalnya, dia tidak membiarkan dirinya terikat pada apa pun, atau siapa pun. Bagi Sera, keterikatan hanyalah kelemahan potensial yang bisa dimanfaatkan oleh mereka yang ingin menyakitinya, hal-hal yang bisa diambil orang lain darinya.
Dia telah mengambil banyak pelajaran hidup dari beberapa kenangan sekilas yang dia lihat selama bertahun-tahun saat dia entah bagaimana merasakan pengalaman busuk seseorang.
Jika Sera membuat daftar cara pikirannya terstruktur juga membuat pikirannya tersusun merata, blok bangunan pertama adalah pemikiran bayanganmu sendiri meninggalkanmu saat kamu berada dalam kegelapan. Orang-orang bisa sangat ketakutan kalau seandainya mereka bisa melihatnya. Melihat diri mereka kehilangan bayangan di kegelapan.
Pelajaran lain yang diperoleh dengan susah payah berkaitan dengan emosi. Menunjukkan emosi memberi lawan informasi tentang cara terbaik untuk menghancurkan dia. Sera bukan orang yang mengabaikan emosinya, tapi dia menggunakannya sebagai alat dan sangat berhati-hati untuk mengendalikannya dan menyembunyikannya dari orang lain. Menggunakan emosi membuat seseorang lebih bisa dipercaya, dan memahaminya memberikannya kekuatan.
Memahami sumber cedera itu memungkinkan Sera memperkuat dinding emosinya, dan itu benar-benar yang terbaik bahwa hubungannya dengan Laras tetap antagonis. Lagi pula, Tora Andirjo tidak akan senang jika putrinya berhubungan baik dengan musuh terburuk bosnya.
Untuk melindungi rahasianya, Sera telah menyangkal dirinya sendiri, dan menyembunyikan hatinya dari orang lain. Dia teringat pada sebuah kata-kata Daniar Rein. Gadis bodoh yang berusaha mengajaknya bersosialisasi.
"Kau tahu, melihatmu terus menerus sendirian, aku tiba-tiba merasakan semua emosi yang ada di matamu! Kesendirian mutlak yang kupastikan kau sendiri tak pernah menyadarinya! Kau seperti monster tak berperasaan!"
Keraguan memotong dirinya, menarik keluar rasa tidak amannya. Selalu, dia melihat dunia melalui kacamata logika, dan orang-orang mengkritiknya karena sikap dinginnya. Sera tidak pernah memahaminya: apa yang dia sedihkan dan percayai semuanya berdasarkan fakta. Dia bukannya tanpa emosi, tetapi kepalanya memang menguasai hatinya dan dia tidak pernah melihatnya sebagai hal yang buruk sampai dia mulai dibenci karena sifatnya yang menyendiri.
Dia tidak mengerti impulsif pemarah dari orang-orang seperti Mika Astuti, yang mengikuti kata hati mereka tampaknya tanpa mempedulikan fakta.
Jadi bagaimana jika dia tidak merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan orang lain? Menurutnya, mengikuti emosi dapat menghasilkan keputusan yang sangat bodoh. Terlepas dari logika itu semua, terkadang masih menyakitkan untuk disebut dingin dan tidak peduli, atau lebih buruk lagi, kejam tak berperasaan. Mendengar kata-kata yang sama dari Daniar Rein akan menjadi pukulan lain bagi salah satu titik lemah Sera, bahkan jika itu yang dia harapkan.
Sambil merengut pada kelemahannya, Sera dengan cepat beralih untuk memikirkan hal lain. Dia mencoba menguraikan poin-poin utamanya untuk disampaikan kepada Daniar di kepalanya.
"Daniar, aku tahu, jika kau ingin memintaku untuk berkawan, memiliki teman, dan sepertimu, tapi aku tidak, jangan samakan semua orang menurut standarmu, mengapa juga aku harus bersusah-payah menarik teman-teman sebayaku untuk menjadi temanku, padahal ada hal lain yang lebih berguna."
Pikiran Sera berpacu pada banyak hal tak menyenangkan, mengira bahwa dia akan diteriaki lagi oleh kata-kata menyakitkan yang cukup pedas dirasakan.
Namun, itu tidak terjadi, pada tatapan simpati Daniar, dia menggeleng dengan lembut seolah memahaminya, Sera membenci mata itu, dia bukan sesuatu yang pantas dikasihani! Dia benci atas rasa kasihan tidak wajar itu.
"Kau benar, ketimbang kau yang datang ke kami, bagaimana jika kami yang mendekatimu?"
Pada perkataan Daniar yang selesai, dia langsung menganga, tak percaya pada apapun yang baru saja didengarnya.
"Kau tahu, Sera. Ini pertama kalinya aku mendengarmu berbicara cukup banyak, melihat kata-katamu yang awalnya kukira terbatas, kau sama seperti kami! Aku terlalu bodoh beranggapan yang tidak-tidak mengenai dirimu...." Daniar dengan muram menggeleng tidak nyaman. Sensasi aneh ingin menepuk pundak Daniar menenangkan sungguh mengerikan untuk Sera lakukan.
Dia mengalami situasi canggung disaat tangan kanannya terangkat dengan kaku, secara otomatis menepuk pundak Daniar lembut, tapi seperti robot yang menjalankan perintah.
Melihat semuanya yang terdiam, bahkan terlihat tak ada suara deru nafas, Sera gemetar memikirkan suatu hal yang sangat mengerikan. Apa seburuk itu jika dia menyentuh seseorang?
Dia bisa melihat pada tatapan ganas Laras yang merupakan suatu hal biasa, tapi melihat Mika yang menatapnya dalam diam, membuat perasaannya memburuk.
Dia, sebaliknya menatap Daniar takut-takut, melihat kalau gadis itu sangat senang. Yang tentu saja mengejutkan dirinya. Pada hal itu dia melakukan suatu hal yang baginya terbaik.
Ajakan berteman bersama Daniar dia tolak.
Dia bukan sombong, melihat tatapan penasaran, sekaligus kesal bukanlah hal biasa yang bisa di abaikan, sekarang orang-orang memberikannya perhatian khusus, sekalipun itu bukan yang dia inginkan.
Daniar terlalu aktif, dia berapi-api, dia memiliki dasar emosi jelas, memiliki pendalaman pemikiran yang cukup bisa dimaklumi, tapi dia sangat benci sendirian, bahkan dia akan mengajak bicara siapapun disaat tidak ada seorangpun disampingnya. Ada sebuah observasi singkat yang Sera lakukan kepada Daniar, dia adalah gadis yang sangat aktif, juga banyak memperhatikan sekeliling, bagaimana sikapnya dan nada bicaranya, itu selalu disukai orang-orang. Sera ... entah kenapa tidak bisa setuju dengan hal itu.
Ada aturan tak tertulis bagi Daniar yang berkata bahwa hidup harus berbaur. Membuat standar berdasar apa yang diyakininya benar. Disebut-sebut sebuah kewajaran. Sementara bagi Sera, tak semua orang bisa seperti Daniar.
Sera menggeleng ragu, dia membuka lembaran bukunya melanjutkan membaca, walau tidak berinteraksi dengan teman-temannya, dia diharuskan untuk terus belajar agar tidak mengecewakan.
Sera menggeser tumpukan novel sastra yang ibunya berikan, bahasa yang ada di novel begitu rumit, dia tak terbiasa. Walau beberapa sajak didalamnya cukup menarik, membaca tulisan fiksi bukanlah gayanya.
Alunan melodi lembut lagu klasik terdengar di kamarnya yang sunyi, lagunya lambat, tapi memiliki tempo nada yang disukainya, ibu pasti mengetahui hal itu, karenanya dia selalu memasang lagunya sendiri tanpa bantuan pelayan.
Dia duduk di samping jendela yang terbuka lebar, hembusan angin membuatnya sejuk, ada juga kicauan burung yang merdu. Pikirannya sedikit oleng ke hal lain.
Tatapan aneh yang Daniar berikan mengganggu Sera berkonsentrasi, terlihat sekali gadis itu sangat ingin Sera berteman dengannya, tapi kenapa? Alasan apa yang membuatnya ingin berteman dengan gadis dingin tak peduli apapun seperti dirinya?
Melihat dan mengamati. Itu adalah kebiasaan Sera. Dia benci bertindak tanpa pikiran panjang kedepannya, karena itu dia sangat menyukai kata-kata "Diam Adalah Emas", kata-kata terakhir yang akan selalu diingatnya.
Diam itu tidak berisik, dan untuk apapun itu, dia bersyukur tinggal di tempat yang cukup sepi, asri, jauh dari manapun, menyebabkan dia tak perlu repot berinteraksi.
Saat-saat tenang seperti ini selalu disukai Sera, dia jatuh pada keheningan, lantunan melodi lagu itu tidak mengganggunya lebih jauh dari mendengarkan seseorang berbicara disaat dua membaca, situasi ini adalah surga yang disukainya. Sampai ayah pulang nanti, suasana di rumah akan tenang dan nyaman.
Dia tidak memerlukan berteman dengan Daniar, rasa penasaran Mika ataupun berharap Laras akan menari-nari gila untuk dihukum. Hari-hari seperti ini saja cukup untuk menyenangkan dirinya.
Panggilan pelayan untuk makan malam segera dia dengar, perlahan-lahan, dia menutup jendela dan menurut bukunya di raknya lagi, menyesuaikan emosinya untuk tidak berekspresi, dia keluar dengan langkah riang, tapi tidak cepat.
Sera bahagia untuk sekarang, dan itu sudah cukup, tanpa perlu menambah lagi sesuatu yang akan merepotkannya.