Suatu hari Merry mengikuti percampingan dengan sekelompok siswa dan guru profesional dalam bidang nya.
Mereka memasuki sebuah hutan yang sering di adakan sejumlah pecamping lain. Dengan mematuhi peraturan yang telah di tetap kan pihak pengelola hutan.
Suara lantunan nyanyi, teka teki dan beberapa lelucon menceriakan suasana malam yang dingin.
"Buah duku buah ke dondong.Siap aku kamu kamu dong." ucap Andi berpantun sambil nunjuk teman lain untuk meneruskan kemeriahan malam camping.
Yang di tunjuk Andi pun berdiri untuk meneruskan kemeriahan.
🎶Malam minggu malam yang panjang. Malam yang asik buat pacaran. Pacar baru, baru kenalan. Kenal di jalan tengah hutan.🎶." sepenggal nyanyian awal belum sampai di tengah reff tiba tiba terhenti, karena plesetan Kenedi yang mengatakan 'Pacar baru, baru kenalan. Kenal di jalan tengah hutan' telah memancing penunggu hutan yang sedang melintas.
Aura dingin yang mencekam pun menghentikan kemeriahan. Sang guru pembimbing pun meminta para siswa untuk berkumpul di depan api unggun, untuk berdoa menurut agama masing masing, dan membuang semua hal hal buruk yang di sengaja maupun tidak di sengaja ke dalam kobaran api unggun berfatamoga.
"Uda, ayo anak anak pada masuk ke dalam tenda masing masing. Dan jangan ada yang coba coba tuk keluyuran." ucap sang guru pembimbing sambil memeriksa daftar murid yang berjumlah 33 orang.
Malam semakin hening tanpa kemeriahan, hanya terdengar suara kumbang pohon dan jangkrik menemani malam.
Merry yang terbangun ke mungkinan pukul 12.00 tak lama setelah kemeriahan berakhir. Ia merasa tamu bulanan nya datang.
"Lusi, bangun." panggil Merry yang minta di temani untuk memakai pembalut di wc umum tengah hutan.
"Apa sih, Mer." tanya Lusi yang di bangunin.
"Temani aku ke Wc. Kayak nya aku lagi mens." ucap Merry yang mengeluarkan pembalut yang memang selalu sudah di sediakan.
Lusi dan Merry pun keluar dari tenda setelah memberitahu pada teman setenda mereka.
Wuzz.... Angin kencang menerpa tubuh mereka. Jalan mereka juga makin di percepat.
Wuzz..Wuzzz... angin semakin kencang, bahkan mereka teriak kencang di tengah malam sunyi tidak ada yang jawab. "Tolong... Help....!!!" teiak Lusi dan Merry bergantian.
Mungkin karna aroma darah segar dari tubuh Merry lah yang memancing makhluk penunggu mengincar mereka.
Mereka berjalan tersesat makin ke dalam hutan untuk berusaha kumpul dengan yang lain. Namun bukan tenda camping berderet yang mereka temukan.
"Merr ,lihat!! Itu ada rumah tua, kita minta bantuan sama pemilik, untuk mengantar kita kumpul sama yang lain." ucap Lusi menunjuk rumah tua yang terlihat seram dari luar.
"Aku takut Lus. Kan biasanya mana ada rumah di tengah hutan. Apalagi rumah besar dan mewah untuk tempo doeloe..Jangan jangan rumah ghosh 👻👻" sahut Merry merasa darah mulai mengalir deras.
"Lu jangan nakut nakutin aku ya. Rumah hantu hanya ada di taman permainan." dengan berani Lusi menarik Merry mendekati rumah itu.
Krekk.... Suara pintu terbuka, padahal mereka belum mengetuk pintu.
Kaki mereka tiba tiba kram tidak dapat di gerakkan beserta anggota tubuh yang lain.
Sosok pria tua berambut putih gondrong acak acakan, dengan tubuh bongkok menghampiri mereka yang berdiri kaku.
"Silahkan masuk, Tuan sedang menunggu." pria tua bongkok menjentikkan jari, dan mengerakkan langkah mereka mengikuti nya.
Lusi dan Merry terus memberontak mengikuti sosok kakek bongkok. Tapi, semua gerak mereka terkontrol sang kakek.
Hingga mereka bertemu sang pemilik rumah hantu. Pria dewasa tampan pewaris rumah itu menyambut mereka,dan dengan indera penciuman yang sudah terlatih puluhan tahun, ia mampu mencium bau darah pengundang makhluk penunggu sekitar rumah hantu yang ia tempati meronta keluar dari mantra pengurung nya.
"Kalian telah membangunkan semua arwah penunggu.Cepat beri dia obat pembeku darah." marah pemilik rumah hantu memberi perintah ke kakek bongkok, yang tak lain adalah pelayan rumah itu.
Waktu pun menjelang subuh, Lusi dan Merry yang terlindung dalam rumah hantu beberapa jam, di perbolehkan keluar dengan kakek bongkok yang mengantar mereka tak jauh ke dalam kelompok camping.
Sementara itu guru pembimbing dan beberapa murid yang telah terbangun kebingungan mencari 2 orang yang hilang tanpa jejak kaki tersisa.
"Teman teman" teriak Merry tanpa peduli celana yang bernoda darah kering.
"Hu hu hu... I miss you all." seraya Lusi berlari menghampiri kelompok nya.
Guru dan murid pun menghampiri mereka yang datang dari arah hutan larangan.
"Untung kalian selamat." ucap guru memeriksa ke 2 murid yang hilang tanpa jejak di arah hutan terlarang.
Sejak saat itu Lusi dan Merry merahasiakan apa yang terjadi dalam hutan larangan.
.
.
the end 👻👻💀💀
Trims 🙏😊