Namaku Taka Natsukawa, usiaku lima belas tahun. Saat ini, aku baru lulus SMP dengan nilai rata-rata yang tertinggi. Hal seperti itu sudah biasa bagiku, tapi pencapaian ku masih belum memenuhi targetku, yaitu mendapatkan nilai rata-rata 94. Sejak masih di jenjang sekolah dasar, aku memang seperti itu, aku selalu mendapat peringkat terkecil, yaitu peringkat satu. Aku selalu membuat target, entah itu yang dapat aku capai atau tidak.
Tapi, aku tidak merasa bahagia. Aku sering dan hampir selalu merasa kesepian. Entah mengapa, memang itulah kekurangan ku. Banyak orang bilang, aku mempunyai segalanya, aku mempunyai wajah tampan, aku pintar, orang tuaku kaya dan keinginanku selalu terpenuhi. Tapi, attitude ku sedikit buruk, aku jarang tersenyum, irit bicara, mudah marah. Aku suka menyendiri dan aku orang yang punya kepribadian introvert. Orang tuaku selalu meminta ku untuk mengubah sikapku, tapi.. aku selalu gagal.
Di hari kelulusan ini, setelah aku pulang dari sekolah, orang tuaku langsung mengecek buku hasil laporan belajarku. "Great job," itu yang selalu mereka katakan setelah melihat deretan nilai-nilai terbaikku.
"Mau dikasih hadiah apa nih?" tanya ayahku sambil menutup buku raport ku yang juga terdapat ijazah disitu. Ya, aku selalu diberi kesempatan untuk meminta sesuatu yang spesial yang aku inginkan ketika mendapat peringkat satu. Tapi, keinginan ku saat ini, sedikit mustahil dan tidak terduga.
"Aku ingin punya teman. Satu tidak apa, yang penting setia." ucapku dengan nada datar. Aku memang tidak punya teman. Kebanyakan teman yang aku temui adalah fake friend. Dan beberapa orang juga bilang, "aku terlalu baik untuk menjadi teman mereka".
Hmm, kalau masalah pacar, aku tak punya. Aku sengaja melajang sejak lahir, supaya aku bisa fokus menggapai cita-cita dan memenuhi apa yang aku inginkan.
Masalah permintaan ku, itu bukan urusanku. Orang tuaku akan mengurusnya. Aku hanya tinggal menunggu, apa permintaan ku dapat terpenuhi? Kalau tidak.. ya itu tidak masalah.
..........................................................
Keesokan harinya, adalah hari libur pertama semester ini. Jam delapan pagi, aku baru bangun tidur. Semalam aku begadang untuk bermain video game, sendirian..
Tak lama setelah itu, aku memutuskan untuk mandi supaya badanku terasa segar. Setelah selesai mandi dan memakai pakaian, aku terduduk di atas tempat tidurku. Menatap ke sekeliling penjuru kamarku yang agak berantakan. Lembaran kertas-kertas kecil bertuliskan berbagai rumus fisika dan matematika, tertempel di dinding kamarku yang kurasa 'strategis'. Hal seperti itu sengaja kulakukan untuk mempermudah dalam menghafal.
"TAKAAA! Kesini!!"
Itu suara ibuku yang sekarang berada di lantai bawah. Entah ada apa ibu memanggilku. Aku pun berjalan menemuinya dengan langkah malas.
"Ada apa ibu?" tanyaku dengan nada datar ku yang biasa ku gunakan untuk bicara. Aku mengatakan itu ketika hampir sampai di lantai bawah.
"Ibu sudah memenuhi permintaan mu." ucap ibuku setelah aku sampai di lantai bawah. Apakah permintaan ku beneran terpenuhi?
"Nah, itu dia kakakmu, namanya Taka," ucap ibuku berbicara kepada seseorang. Siapa dia? Aku bertanya-tanya, setahuku kali ini tidak ada saudara jauh ku yang datang ke rumah.
"Coba kamu bicara dengannya," pinta ibuku pada anak itu. Kemudian, dia membalikkan badannya dan berdiri berhadapan denganku.
"Ohayou, namaku Shiika," di depanku, adalah seorang anak perempuan berusia sekitar dua belas tahun. Dia mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman denganku. Sungguh, DENGANKU?
"Taka," ucapku singkat sambil bersalaman dengannya. Setelah itu, aku mengabaikannya. Aku berjalan mendekat ke arah ibuku. Attitude ku memang buruk, mengabaikan seseorang yang baru kenal.
"Dia siapa?" bisik ku pada ibu. Aku masih belum terlalu mengerti.
"Dia Shiika, ibu dan ayah telah mengadopsi nya dari panti asuhan. Sekarang dia adik angkat mu. Kau bilang kau ingin teman kan?"
.............................................................
Sudah sehari semenjak aku mempunyai adik angkat. Tapi, aku masih belum terbiasa. Aku belum pernah bicara banyak padanya. Sejujurnya, aku memang ingin berubah, menjadi orang yang lebih baik lagi, tapi.. rasanya begitu sulit. Ketika aku sedang mencoba merubah sikapku, selalu ada pengganggu, misalnya aku malah mendapatkan cacian ketika mencoba bersikap peduli. Bagaimana menurutmu? Semoga adik angkat ku bisa membantuku berubah..
..............................................................
Dua bulan berlalu, tidak banyak yang terjadi padaku dan Shiika. Dan, aku juga sudah mulai disibukkan dengan tugas-tugas dari sekolah, sebab sekarang aku sudah di jenjang SMA, kelas 10 MIPA 1. Saat itu Shiika baru naik ke kelas 7 SMP. Kalau dilihat-lihat, menurut ku dia anak yang cukup pintar, tapi entah mengapa dia terpilih menjadi siswi kelas 7C.
Hari Minggu siang, aku sedang mengerjakan tugas bahasa Inggris yang akan dikumpulkan hari Senin besok. Aku sedikit kelelahan, sebenarnya bukan cuma tugas bahasa Inggris yang belum ku kerjakan. Belum lagi aku diminta untuk membuat rangkuman dari pelajaran fisika. Haah.. Aku menghela nafas, meletakkan pena di atas meja, kemudian mengacak rambutku karena sedikit pusing.
TOK! TOK! TOK! Terdengar ada yang mengetuk pintu kamarku.
"Kak, makan siang sudah siap. Ayo turun!" itu suara Shiika, dia memanggilku untuk makan siang bersama.
"Aku tidak lapar," sahutku tanpa membukakan pintu. Aku memejamkan mataku sebentar sambil bersandar pada sandaran kursi yang sedang aku duduki.
.................................................................
Satu jam berlalu, sekarang sudah setengah dua siang, aku masih setia berada di dalam kamar. Aku merasa haus, kemudian aku memutuskan untuk ke lantai bawah, tepatnya dapur. Ketika aku baru keluar dari kamarku, aku sudah dikejutkan oleh sesuatu.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku ketika melihat Shiika sedang berjongkok sambil memeluk kedua lututnya, di antara kamarku dan kamarnya. Oh iya, kamar kami bersebelahan.
"Aku menunggu kakak," jawabnya masih dalam posisinya.
"Berarti kau belum makan?" tanyaku lagi, aku masih berdiri di depan nya.
Dia hanya menggeleng.
"Kalau begitu, kau makan duluan," ucapku lagi.
"Lapar ku sudah hilang,"
Kruwuuuk! Ada seseorang yang lapar, pastinya bukan aku.
"Tidak perlu bohong. Kau makan duluan saja," saranku. Namun, dia tak kunjung berdiri. Dia malah membenamkan wajahnya di tangannya yang memeluk lutut. Aku sedikit merasa kasihan. Kemudian aku berjongkok untuk bicara dengannya lagi.
"Hey, ada apa?" tanyaku padanya. Kalo ini, entah mengapa aku tidak menggunakan nada datar ku yang biasanya. Aku menepuk pundak nya.
"Aku tidak apa-apa," jawab Shiika sambil sedikit mengangkat kepalanya. Kemudian aku menghela nafas pelan.
"Aku.. aku minta maaf jika aku punya salah kepadamu.. Gomenasai.." ucapku meminta maaf. Aku jadi merasa tidak enak.
"Tidak, kakak tidak bersalah.." jawab Shiika sambil sedikit menggeleng.
"Lalu, kau kenapa?"
"Eumm.. sebenarnya, perutku sakit.."
"Itu mungkin karena kau belum makan, baiklah ayo makan." ajak ku, tapi dia tidak menunjukkan reaksi.
"Bu.. bukan itu kak, aku.. aku.. aku sedang pms.." ucapnya gugup. Ternyata itu penyebabnya. Sekarang aku mengerti.
"Kalau begitu, sekarang kita makan dulu, kemudian kau minum obat." aku memberi saran.
"Tapi.. aku sedikit kesulitan berjalan kak.."
Sekarang aku mengerti, dia disitu bukan hanya untuk menungguku, tapi perutnya juga sakit. Jadi, aku mengambil inisiatif untuk..
"Baiklah, ayo naik." ucapku sambil berjongkok membelakanginya. Aku juga menepuk pundak ku singkat.
"Eum.. tapi kak-"
"Tidak ada tapi-tapi. Ayo naik, atau mau ku gendong depan?" tawarku.
"Tidak perlu kak, baiklah aku akan naik." ucapnya. Kemudian dia segera melingkarkan tangannya di leherku.
..............................................................
Skip malam harinya, aku berada di ruangan tengah sendirian. Ibu dan ayah ku entah pergi kemana. Di rumah hanya ada aku dan Shiika.
Di situ, aku sedang menonton acara tv kesukaan ku, yaitu tayangan acara kejuaraan kuda besi tercepat di planet bumi. Kalian tau kan?
Saat aku sedang menonton..
"Boleh aku ikut menonton juga kak?" Shiika bertanya padaku dari arah belakangku.
"Silahkan." jawabku singkat. Kemudian dia duduk bersebelahan dengan ku, meskipun masih ada jarak. Aku tau dia juga kesepian, apalagi jika tidak ada aku di rumah.
"Waah, pembalap yang itu, namanya mirip seperti kakak." ucap Shiika ketika di tv menampilkan gambar salah satu rider, dengan nomor motornya adalah 30. Namanya Takaaki Nakagami.
"Hmm, iya." aku menanggapinya dengan gumaman dan kata 'iya'.
"Kau tidak belajar?" aku mencoba untuk memulai pembicaraan.
"Aku sudah selesai belajar," jawabnya. Dan setelah itu, aku tidak tau harus berkata apa lagi. Dan sekarang, sedikit-sedikit aku sudah bisa menerimanya di kehidupan ku.
.........................................................
Sekarang sudah jam setengah sebelas malam, aku sedang merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku yang empuk dan lebar. Malam ini hujan deras dan juga disertai dengan angin. Terkadang juga disertai dengan cahaya kilat dan suara guntur yang menggelar. Perasaanku jadi tidak enak. Aku memikirkan sesuatu.
Tiba-tiba terlihat cahaya kilat dan satu detik setelahnya, terdengar suara petir yang memekakkan telinga. Kalau di hitung-hitung, sepertinya jarak petir nya tidak jauh. Dikarenakan suara yang terdengar satu detik setelah cahaya kilat. Sesuai dengan materi fisika yang ku pelajari waktu kelas 8. Untuk menghitung jarak petir, tinggal kalikan saja cepat rambat bunyi dikali dengan waktu dalam satuan sekon. Hal itu disebabkan karena gelombang bunyi merambat harus melalui medium terlebih dahulu sebelum sampai ke pendengar (gelombang longitudinal). Sedangkan cahaya bergerak cepat karena tidak memerlukan medium untuk merambat (gelombang elektromagnetik). Tunggu, kenapa aku jadi menjelaskan tentang fisika ya? Lanjut ke cerita.
"Aaaaaaaaaaaahhh!" Terdengar suara jeritan. Tentu saja bukan aku, suaranya berasal dari kamar sebelah.
"Shiika?!" gumam ku pelan, aku mulai merasa cemas. Takut terjadi apa-apa, aku segera berlari ke kamarnya.
"Shiika ada apa?!" ucapku panik ketika berdiri di ambang pintu. Terlihat dia sedang tengkurap sambil memejamkan matanya dan juga menutup kedua telinganya dengan telapak tangan. Aku pun berjalan ke arahnya. Kemudian aku menarik perlahan tangannya yang menutupi telinga nya, supaya dia dapat melihatku.
"Kakak?" tanya nya setelah dia menyadari kehadiranku.
"Ada apa? Kenapa kau berteriak?" tanyaku.
"Aku takut kak, aku tidak bisa tidur sendiri." ucapnya to the poin. Aku lebih suka yang seperti itu daripada kebanyakan basa-basi. Apa? Tidak bisa tidur sendiri?
Kemudian, aku pun duduk di atas tempat tidurnya, di sebelah Shiika yang memeluk guling nya dengan erat.
"Begitu ya? Aku akan-" belum selesai aku melanjutkan perkataan ku, cahaya kilat kemudian terlihat. Aku segera mendekap Shiika sebelum suara petir terdengar kembali. Dan disitu aku merasakan jantungnya yang berdetak kencang, karena.. dada kami bertempelan, hehe.. Tapi dia tidak mempermasalahkan hal ini.
"Sudah tidak apa-apa. Sekarang kau tidur, besok kan sekolah." ucap ku untuk menenangkannya, aku juga sambil merebahkan tubuhnya.
"Aku masih takut kak, tolong temani aku untuk malam ini saja," pinta nya sambil menunjukkan ekspresi memelas. Aku menghela nafas pelan.
"Baiklah," ucapku memutuskan. Kemudian aku berdiri dan berjalan untuk mematikan lampu yang tadi aku hidupkan.
........................................................
"TAKAAA! SHIIKAAAA! BANGUN ATAU KALIAN AKAN TERLAMBAT SEKOLAH!" ucap ibuku membangunkan kami. Aku mengerjapkan mataku, rasanya sangat nyaman sampai aku ragu untuk bangun. Dan rasa ini berasal dari..
"Hah, ya ampun?! Apa yang aku lakukan?!" ucapku setelah menyadari apa yang ku lakukan semalam. Aku tertidur sambil memeluk Shiika! Aku takut kalo dia sampai lecet karena ulahku.
"Hoahmm, ada apa kak?" tanya Shiika yang baru bangun tidur.
"Shiika, kau baik-baik saja?" tanyaku mulai khawatir, kalau dia sampai kenapa-kenapa, pasti aku juga akan kena imbasnya.
"Aku baik-baik, bahkan lebih baik. Ada apa dengan kakak?"
"Ehh, Lupakan saja," aku bingung harus menjawab apa. Jadi, aku akan berusaha mengalihkan topik.
"Sudah hampir jam enam, aku harus bersiap-siap." ucapku sambil turun dari tempat tidur dan bergegas untuk bersiap pergi ke sekolah.
..............................................................
Semenjak kehadiran Shiika, hidupku tidak lagi kesepian dan hampa. Perlahan-lahan, aku mulai bisa merubah diriku yang terlalu introvert, menjadi seorang yang ambivert (antara Introvert dan Ekstrovert). Yang tadinya aku adalah seorang badboy yang dingin, perlahan-lahan aku mulai peduli dengan hal-hal di sekitarku. Sekarang, aku bukan lagi seorang yang pemarah.
"Tunjukkan pada dunia, kalau aku bukanlah Taka yang dulu. Sekarang aku adalah Taka Natsukawa sudah berubah menjadi lebih baik!" aku selalu menguatkan diriku dengan kata-kata itu, ketika aku mulai down saat menjalani perubahan. Aku harus tetap optimis.
.................................................................
Beberapa bulan berlalu, dan sampai hari dimana aku akan menerima laporan hasil belajarku selama satu semester.
Aku merasa sedikit kecewa ketika melihat hasilnya. Baru pertama ini, aku tidak mendapatkan peringkat pertama, melainkan peringkat ketiga yang aku dapatkan. Haah.. aku mulai merasa lelah, belajar sampai tak kenal waktu, namun hasilnya tidak sesuai harapan ku. Tidak apa-apa, setidaknya hanya sekali aku merasa seperti ini.
Malam ini, adalah malam pertama liburan dalam semester ini. Sekarang adalah bulan Desember, disini sedang musim dingin. Aku sedang mempersiapkan materi sebelum semester baru dimulai. Biasa, aku ingin selalu menjadi nomor satu.
TOK! TOK! TOK! Terdengar ada yang mengetuk pintu kamarku.
"Masuk saja, pintunya tidak dikunci." ucapku. Kemudian orang itu membuka pintu dan masuk ke kamar ku. Ternyata dia Shiika, dia membawa tas karton di tangannya.
"Maaf aku mengganggu kakak belajar," ucap Shiika meminta maaf padaku.
"Tidak apa-apa, aku sedang istirahat kok." ucapku sambil tersenyum. Jujur saja, aku pernah tersenyum di depan cermin, dan ternyata aku terlihat lebih tampan saat sedang tersenyum, hehe..
"Aku punya sesuatu untuk kakak.." ucap Shiika sambil memberikan tas karton itu kepadaku. Aku pun menerima nya. Aku langsung membukanya dan..
"Ini, topi.." ucapku ketika melihat hadiah darinya. Dia memberikan topi berwarna hitam merah dengan tulisan たか yang kalau dibaca adalah Taka. Taka adalah namaku, meskipun aku bukan satu-satunya orang yang bernama Taka.
"Iya, ibu bilang hari ini adalah hari ulang tahun kakak, jadi aku membeli kan ini untuk kakak." ucap Shiika. Aku mulai gemas padanya.
"Kau.. tau hari ulang tahunku? Arigatou Shiika." ucapku berterima kasih. Dia menjawab dengan anggukan, kemudian..
"Jadi, kakak suka hadiah dariku?"
"Iya, aku sangat suka."
"Baiklah kak, aku mau kebawah untuk membantu ibu." kata Shiika, kemudian dia mulai melangkahkan kakinya menuju pintu, namun sebelum itu..
"Shiika," panggilku untuk mencegahnya keluar dari kamarku.
"Iya?" ucap Shiika ketika aku memanggilnya. Kemudian dia berdiri menghadap ku.
"Kesini sebentar,"
Shiika pun mulai berjalan ke arahku. Dia berdiri di depanku.
"Ada apa kak?" tanya nya.
"Aku, belum mencoba topi ini kan? Jadi tolong pakai kan ya.." ya ampun, apa yang ku katakan? Aku berucap dengan nada berharap. Aku juga sedikit memasang wajah manja, sangat tidak biasa bagiku.
"Emm, baiklah." ucap Shiika menyetujui. Dia memang masih polos. Setelah itu, dia memakai kan topi itu di kepala ku.
"Sangat cocok kak,"
"Benarkah?"
"Iya,"
"Shiika," panggilku sekali lagi.
"Hah?"
"Kesini sebentar. Aku.. ingin memelukmu." ucapku to the poin. Ini pertama kalinya aku mengungkapkan apa yang berhubungan dengan perasaan ku. Dia pun berpikir terlebih dahulu.
"Tidak apa-apa, kau kan adikku." ucapku meyakinkan. Dengan ragu-ragu, dia pun mendekat ke arahku. Aku pun langsung menariknya ke pangkuanku, kemudian memeluknya. Sangat nyaman, apalagi sekarang kan sedang musim dingin.
"Emm, kak?" tanya Shiika ketika aku sedang nyaman memeluknya.
"Iya?"
"Itu, foto siapa?" tanya Shiika padaku ketika dia melihat foto dua orang laki-laki yang sedang duduk di atas jok motor. Foto itu sengaja ku pajang di meja belajarku.
"Itu aku dan.. kakak ku," ucap ku dengan nada yang berbeda.
"Jadi, kak Taka punya kakak?"
"Iya, namanya Ryo Natsukawa. Tapi, dia sudah meninggal ketika masih berumur delapan belas tahun akibat kecelakaan motor. Waktu itu aku masih sepuluh tahun." aku bercerita sedikit tentang kakak ku. Dia selalu baik padaku meskipun dulu aku sering nakal padanya. Dia orang yang penyabar, baik hati, dan peduli pada hal-hal di sekitar nya. Kakak, aku ingin menjadi sepertimu.
"Jadi begitu? Maaf aku bertanya," ucap Shiika.
"Tidak apa-apa, kau memang berhak untuk tau. Emm, Shiika?"
"Iya?"
"Tolong jangan tinggalkan aku, aku tidak ingin kehilangan orang yang kusayangi lagi,"
"Baiklah kak, aku-" ucapnya terpotong oleh ucapanku.
"Shiika, Watashi wa, kimi o aishiteimasu." ucapku sambil mengeratkan pelukan ku pada Shiika. Aku juga memejamkan mataku untuk mencegah air mata keluar dari mataku. Kalimat tersebut artinya: Shiika, aku sayang padamu. Kemudian, Shiika menggenggam tanganku.
"Aku.. juga sayang kakak." balasnya.
~Tamat~
Note: Ini hanya kisah fiksi, jadi tidak terlalu berhubungan dengan dunia nyata. Mohon maaf kalau ada typo dan kesalahan.
Terima kasih sudah membaca sampai selesai, semoga terhibur:)