"Hei, pinjam pulpen dong." Bisik seorang cowok mencondongkan tubuhnya ke depan bangku tempat seorang perempuan duduk di depannya.
Kiara memutar matanya malas. Cleo Robin Wijaya adalah cowok pertama yang ia kenal ketika masa orientasi sekolah berlangsung.
Cowok itu duduk di barisan yang sama dengannya, tepat di belakang Kiara.
Ketika senior memberikan beberapa ketentuan dan peraturan tentang apa-apa saja yang perlu di bawa selama masa orientasi, semua calon siswa-siswi baru harus menuliskan ke dalam buku catatan yang di bawa.
Kali pertamanya Kiara berkenalan dengan Cleo adalah ketika cowok itu memanggilnya menggunakan telunjuknya, untuk mendapatkan atensi Kiara.
"Pinjam pulpen mu dong."
Kiara yang sedari dulu selalu membawa lebih dari dua pulpen mengambil salah satu pulpen hitam dari kotak pensil bergambar panda dan memberikannya kepada cowok di belakangnya tanpa menoleh.
Namun belum satu menit berlalu cowok di belakangnya kembali memanggilnya dengan sentuhan telunjuknya di pundak.
"Pinjam type x dong." Kiara menghela nafas pelan, kegiatan menulisnya harus terinterupsi kembali. Sembari mendengarkan penjelasan seniornya, ia segera mengambil type x dan memberikan kepada cowok di belakangnya sekali lagi.
Dan untuk ketiga kalinya cowok di belakangnya mengusiknya.
"Hei, lihat sini dong." Salah seorang seniornya menatap ke arahnya. Kiara menggerutu di dalam hatinya.
Kesal karena cowok di belakangnya terus menerus mengusiknya, gadis itu menoleh hendak memberi ancaman.
"Hai, aku Cleo, namamu siapa?" Kiara yang masih setengah terpana kembali menoleh ke depan ketika seniornya berdeham cukup keras.
"Jadi, siapa namamu?" Cleo mencondongkan tubuhnya, menuntut jawaban dari pertanyaan sebelumnya.
"Kia— Kiara Prameswari." Jawab Kiara berbisik, gadis itu menyelipkan anak rambutnya untuk menghalau rasa gugup.
Seperti dejavu, Cleo kembali mengusiknya. Saat ini jam pertama kelas Biologi di mulai, siswa-siswi kelas 10 IPA 2 sedang menyalin tulisan guru mereka dari papan tulis ke dalam buku catatan masing-masing.
"Kiara Prameswari." Merasa di abaikan, Cleo kembali memanggil namannya.
Kiara tidak mempedulikan cowok di belakangnya. Gadis itu sibuk menyalin tulisan-tulisan di papan tulis dan menggambar skema pembuahan generatif pada bunga.
Namun aktivitasnya kembali terusik ketika Cleo memajukan kursinya menggunakan kaki panjang cowok itu yang sukses mendapatkan atensi gadis itu.
"Kau?" Kiara menoleh, memelankan suaranya dan menatap penuh kekesalan cowok jenius di belakangnya.
Ya, fakta Cleo memegang peringkat pertama sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Namun sampai sekarang Kiara begitu sanksi mengakui prestasi itu adalah murni. Pasalnya, dia tidak pernah melihat cowok di belakangnya itu antusias belajar ketika ujian ataupun perlu repot-repot mencatat tulisan guru di papan.
Kiara selalu menemukan fakta, cowok itu tertidur dalam kelas dan meminjam buku paketnya secara paksa untuk menyembunyikan wajah cowok itu ketika tertidur selama jam pelajaran berlangsung.
"Diam dan jangan menganggu ku. Biarkan aku mencatat, ok?" Tanpa menunggu persetujuan cowok itu, Kiara kembali memutar posisi duduknya dan melanjutkan kegiatan mencatatnya.
Kali ini Kiara tidak meminjamkan pulpen kepada Cleo seperti biasanya.
Bukan karena ia pelit. Tapi ia belum sempat membeli pulpen yang lain. Lagipula sudah banyak pulpen dan alat tulis lainnya yang ia pinjamkan kepada Cleo tetapi tidak pernah kembali.
Kiara sama sekali tidak mengerti. Apakah benar cowok itu sama sekali tidak memiliki hasrat untuk belajar dengan benar? sampai alat tulis pun enggan untuk di persiapkan.
"Kau pelit sekali tidak mau meminjamkan pulpen." Sindir Cleo ketika kelas Biologi sudah selesai. Suasana kelas sedikit riuh karena Pak Yakub belum memasuki kelas.
"Bukannya tidak mau, aku sudah tidak punya pulpen lagi, belum sempat beli." Sahut Kiara memasukan kembali buka paket dan catatannya ke dalam tasnya.
"Kenapa kau tidak membeli pulpen untuk mu sendiri?" Tanya Kiara menyuarakan rasa penasarannya.
"Kau kan selalu punya pulpen." Ucap pria itu sambil mengusap tengkuknya.
"Dasar Klepto. Aku bukan toko alat tulis jangan bergantung padaku. Lagipula sudah berapa pulpen yang kau pinjam tapi tidak kembali?" sindir Kiara. Gadis itu sedikit kesusahan menemukan buku catatan Fisikanya namun kemudian ia berhasil mendapatkan apa yang ia cari dan meletakkannya di meja bersama kotak pensilnya.
Pak Yakub guru Fisika memasuki kelas, semua kembali hening.
"Kia, sebetulnya kau yang harus lebih dahulu mengembalikan barang yang sempat kau ambil dari ku." Cowok itu kembali mencondongkan tubuhnya dan berbisik.
Kerutan pada dahi Kiara terlihat ketika gadis itu berfikir keras barang apa yang pernah ia pinjam dari Cleo dan lupa ia kembalikan.
"Apa?" Tanya gadis itu menyerah. Kiara mendorong pundaknya kebelakang untuk mendengar jawaban Cleo.
"Hatiku."
Kiara terkejut jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tetapi ia bersyukur cowok di belakangnya tidak melihat wajah anehnya yang—
"Kiara apa kau sakit? mengapa wajahmu merah?" Pak Yakub berseru tiba-tiba.
"Ti– tidak pak." Jawab Kiara kikuk.
"Kalau sakit istirahat saja ke ruang kesehatan." Saran pak Yakub.
"B—baik pak."
Kiara dapat mendengar cowok di belakangnya menahan gelak tawa.
Gadis itu mengigit bibirnya, merasa malu atas insiden kecil pagi ini.
_
Adarusa: orang yang meminjam sesuatu (tentang uang atau barang), tetapi tidak ada kemauan untuk mengembalikan uang atau barang tersebut (KBBI).
Hayo siapa yang alat tulisnya sering dipinjam tapi tidak pernah kembali?😂😂