Malam begitu gelap. Tiada bintang yang bersinar kelap kelip di atas gumpalan awan itu. Bulan yang selalu bertugas tanpa kenal letih,kini tersembunyi dibalik gelapnya gugusan awan hitam. Tiada cahaya,tiada sinar yang menerangi. Demikian juga langkah ini. Aku seperti berjalan tanpa kedua mata. Aku meraba - raba dalam langkah langkah kecil yang tak beraturan ini.
Kulangkahkan kakiku,menuju pancuran yang berisikan air bersih. Kubersihkan kedua telapak tanganku yang selalu kugunakan mengambil sesuatu yang bukan hakku. Kukumurkan air dimulutku,agar bersih segala yang pernah kuucapkan dan ku ghibah saudara saudara yang kubenci. Kini kubasuh mukaku,kusucikan segala penglihatan,dan juga hidungku. Kedua tanganku pun telah kubasuh dengan air di pancuran itu. Kepalaku yang selalu berpikiran buruk dan slalu berprasangka kubasuh dengan air itu. Kedua telinga yang sering kupakai untuk menguping dan mendengar yang tak perlu pun,ikut kubasuh air itu. Perjalanan hidup yang kulalui selalu kulangkahkan kedua kaki ini tanpa tujuan yang pasti. Akhirnya kubasuh kedua kaki
ini dalam air suci ini.
Dalam doaku,dengan keridloan ini,segalanya kuserahkan kepadaMu. Jadikanlah wudluku sebagai Nur iman dan Jihad jihad di jalanMu.
Ya Allah,akulah hambaMu,yang lemah dan hina. Engkau yang kuasa dan menguasai diriku,tiada daya dan tiada upaya melainkan dengan pertolonganMu. Jadikanlah aku sebagai seorang manusia yang terpilih. Tunjukkanlah aku jalan yang benar,jalan yang Engkau ridlo.
Aku bersujud,mengakui kerendahanku dihadapanMu. Aku mengakui,Engkaulah Yang Maha Tinggi. Dalam kehinaanku,Engkaulah Yang Maha Mulia.
Pelan pelan kubaringkan tubuhku di ranjang kayu yang sudah usang. Kuletakkan kepalaku dibantal yang kusam. Kumulai memejamkan mataku dan kutenangkan pikiranku agar tidak memikirkan yang tak perlu. Akhirnya ku tertidur.
Perjalanan itu,kujelajahi lorong sempit yang berbatu. Aku berusaha mengejar cahaya putih kecil menyinari langkahku. Cahaya itu menunjukkan langkahku,agar aku tidak berhenti mengikuti itu. Semakin lama semakin terang cahaya itu. Sampai akhirnya kudapati,seorang Bapak berusia setengah baya. Bapak itu bercahaya, dengan sarung dan kaos oblong putih yang Beliau kenakan.
Aku terdiam,akan ketakjubannya. Bapak itu akhirnya mengulurkan tangannya kepadaku. Memberikan salam dan menjabat tanganku.
Dia bilang," kenalkan aku shoulthon". Aku masih terdiam,dan tiada mampu berkata kata.
Setelah itu,aku dituntun lah dalam sebuah ruangan. Di sanalah,Beliau memukul beberapa titik di belakang badanku. Mungkin di pundak belakangku. Sesaat,aku merasakan ada yang hilang dibadanku. Tapi apa? aku sendiri tidak tahu. Aku merasakan ringan,dan beban beban hidup dan dilema percintaan ku seketika musnah. Pikiranku lebih rileks.
Akhirnya aku terbangun. Dalam mimpiku itu,aku masih mengingat nama itu. Shoulthon??? Siapakah Beliau itu.
Lalu kucari cari dalam kamus,tapi tidak kujumpai arti itu. Mungkin saja aku mencarinya di kamus primbon tentu saja tidak bisa kutemukan nama itu.
Hari ini kulalui segala aktivitasku dengan semangat yang baru. Semangat yang sebelum itu belum pernah kulalui seringan langkahku ini. Aku yakin,petunjuk itu dekat disini. Aku akan merasakan getaran kebenaran itu. Pasti!!
Langkah ini sudah semakin dekat dengan petunjuk itu. Orang- orangnya pun sudah kujumpai. Penampilannya biasa saja,bukan seperti ustadz maupun kiyai. Tapi getaran itu begitu nyata kurasakan. Dia punya keistimewaan yang jauh berbeda dengan para kyai dan ustad.
Orang orang itu masih sangat muda. Aku sedikit penasaran. Apa yang ia perbuat,sehingga begitu berkharisma. Ibadah apa yang mereka lakukan,kenapa cahaya dan getaran itu bisa aku rasakan nyata.
Meraka adalah pemuda pemuda biasa. Tidak ahli ibadah dan puasa tetapi mereka punya tujuan mulia,selalu menolong sesama. Menolong sesama? iya menolong umat manusia tanpa membedakan agama,suku,dan juga budaya. Dan satu lagi,mereka tidak putus untuk berinfaq.
( Renungan Kalbu dari aku dulu yang selalu mencari TUHAN itu)