Tidak ada yang berani melawanku, menghinaku atau mengejekku. Aku telah melangkahkan kakiku hingga mencapai puncak kekuasaan yang paling tinggi. Semua memanggilku dengan sebutan Ratu penyihir, aku berkuasa di Kerajaan Rong-ye. Aku tidak membutuhkan seorang pria untuk menjadi pendamping hidupku, karena kekuasaan adalah segalanya.
Aku selalu memenangkan semua peperangan dengan usahaku sendiri. Aku menguasai semua ilmu hitam dan ilmu Putih yang ada di dataran Selatannya. Banyak Raja yang ingin menikahiku, namun semuanya kutolak karena mereka hanya menginginkan aku menjadi penopang Kerajaan mereka.
"Hidup Ratu Angyi!" seru para rakyat ku.
Kulambaikan tanganku, tanda aku menerima seruan mereka. Kehidupan rakyat Kerajaan Rong-ye sangatlah makmur, hingga mereka semua bergelimang harta dan kekuasaan. banyak rakyat dari luar Kerajaan Rong-ye ingin memasuki Kerajaan Ku tersebut.
"Yang Mulia, ada banyak sekali para pengungsi di luar. ingin memasuki Kerajaan!" seru para pejabat kepadaku.
"Memangnya apa yang ingin mereka lakukan di Kerajaan Rong-ye?" tanyaku kepada para pejabat.
"Mereka adalah korban peperangan dari dua Kerajaan," jawab para pejabat kembali.
Lang-sing, seorang pria dengan jabatan sebagai Jenderal penguasa di Kerajaan Ku. dia begitu gagah, dan berkat dia aku bisa menguasai Kerajaan Rong-ye. pria itu tidak pernah menganggapku sebagai seorang wanita, dimatanya Aku adalah penguasa dari dataran tersebut. bukannya aku tidak ingin mencintai seorang pria, namun aku menunggu pria itu untuk membuka hatinya kepadaku.
"Aku akan menemui mereka!" seruku kepada para pejabat.
"Tapi Yang Mulia, itu akan sangat berbahaya untuk Anda!" seru Lang-sing kepadaku.
"Selama kau bersamaku, semuanya akan baik-baik saja. Bukankah begitu jenderal?" ucapku kepada Lang-sing. Aku berharap pria itu membuka hatinya untukku, karena aku merasa capek terus berkuasa di Kerajaan ini.
"Yang Mulia. nanti akan ada tamu dari Kerajaan Utara untuk bertemu dengan Anda!" seru pejabat militer kepadaku.
"Apa yang mereka lakukan?" tanyaku kepada pejabat militer.
"Kelihatannya Mereka ingin melakukan perdamaian dengan Kerajaan ini," jawab pejabat militer.
"kelihatannya bukan itu yang mereka inginkan," jawab ku.
Nampak pejabat militer menatap wajahku, karena semua kata-kata yang aku katakan mungkin ada benarnya juga. Aku berjalan menuju tempat para pengungsi yang ingin memasuki Kerajaanku.
"Hidup Ratu Rong-ye!" seru para pengungsi.
"Apa yang kalian inginkan!" seruku.
"Izinkanlah kami tinggal di Kerajaan ini!" seru para pengungsi.
"Mengapa aku harus mengijinkan kalian tinggal di Kerajaan ku!" seruku.
"Karena hamba yakin, Anda adalah Ratu yang berhati Mulia," jawab para pengungsi. Aku tidak terlalu termakan oleh rayuan mereka, karena aku yakin tidak semua dari penduduk ini benar-benar seorang pengungsi dari Kerajaan yang sedang berperang.
"Aku tidak akan mengizinkan kalian semua tinggal di tempatku, karena aku yakin banyak diantara Kalian hanya menginginkan kenyamanan di Kerajaan ini."
Aku menatap satu persatu para pengungsi tersebut, terlihat jelas raut wajah mereka sedikit kecewa dengan apa yang aku katakan. aku turun dari panggung Kerajaan tempatku berdiri, aku turun menuju tanah tempat para pengungsi itu berdiri. kutatap mereka satu-persatu, lalu ku tunjukkan jari-jariku kepada orang-orang yang aku perbolehkan masuk, sedangkan orang-orang yang tidak kuijinkan masuk nampak mereka tidak terima dengan keputusanku.
"Mengapa kami tidak boleh ikut masuk dengan mereka, Yang Mulia!" seru orang-orang tersebut.
"Aku yakin kalian bukanlah pengungsi dari Kerajaan yang berperang, kalian adalah orang-orang dari daerah lain yang hanya menginginkan kekayaan yang ada di Kerajaanku," jawabku. terlihat dari cara bicara mereka suara mereka tidak menunjukkan kalau mereka dalam kondisi yang diprediksi. para pengungsi yang telah kutunjuk itu memasuki Kerajaanku, sedangkan yang lain para pengawal ku suruh untuk mengusir mereka. aku tidak peduli aku dikatakan sebagai Ratu jahat.
Hari berlalu dengan semua keadaan yang ada di Kerajaanku, para pasukan ku selalu melakukan pelatihan secara ketat. karena Lang-sing tidak ingin ke bobolan, karena para pasukannya dalam keadaan lengah.
Terlihat hari ke-5 saat kedudukan ku berdiri, Kerajaan timur sudah melakukan ancang-ancang untuk menyerang Kerajaanku. Kerajaan timur mempunyai luas dan kekuasaan hampir setara dengan Kerajaan ku. Aku yakin, penolakan yang aku lakukan karena tidak ingin menikahinya membuat Kaisar tersebut sangat murka. Aku tidak peduli, aku tidak ingin dijadikan wanita simpanan atau selirnya.
Kulangkahkan kakiku di barak para pasukan. Aku memakai baju perang dengan gagahnya, dan kupegang pedang yang biasa kugunakan untuk berperang.
"Kita kalahkan Kerajaan Timur!!"
Kuserukan kepada para pasukan untuk berperang, dengan mempertaruhkan nyawa mereka. aku yakin kami akan kembali dengan semua kemenangan.
Saat fajar menyingsing, aku dan langsing pergi berperang untuk mengalahkan Kerajaan timur. karena aku yakin, kekuatan Kerajaan tersebut sebanding dengan kekuatan parah rakyatku. suara pedang dan tapak kaki kuda mengalun keras di medan perang. kutatap pria yang aku cintai itu terus mengayunkan pedangnya dan menyerang para pasukan musuh.
Aku turun ke medan perang dan melawan Kaisar Kerajaan Timur.
"Akan kubunuh kau, karena semua penolakanmu!" seru Kaisar Kerajaan Timur. Aku tersenyum saat mendengar teriakan pria itu, ku ayunkan pedangku sambil ku bacakan mantra sihir yang kukuasai. Angin berhembus sangat kencang, bahkan sangat kencang. seolah di medan pertempuran itu sedang terjadi bencana yang dahsyat, kulangkahkan kakiku saat aku turun dari kuda. kutatap pria itu yang telah menghinaku dengan cacian yang sangat mengerikan, ku ayunkan pedang ku hingga pedang itu menjadi besar dan membuat sabetan yang luar biasa di tanah.
"Aku tidak akan menyerah kepada pria sepertimu?" seruku kepada Kaisar Kerajaan Timur itu, Aku tidak ingin menyerah.. dia terus menyerangku, Lang-sing yang ingin menolongku, ku hentikan langkah kakinya. karena aku ingin membunuh pria yang telah menghinaku dengan sangat kejamnya.
Kuliukkan tubuhku seperti seorang penari yang sedang menghibur tamu. ku ayunkan tanganku yang memegang pedang hingga membuat sebuah kobaran api. Aku menguasai seluruh ilmu di dataran yang ada di bumi, karena aku yakin. aku akan menjadi penguasa yang paling berkuasa.
Kulihat Kaisar dari Kerajaan Timur nafasnya sudah terengah-engah, kulangkahkan kakiku maju ke hadapan nya.
"Jangan kau anggap wanita adalah sesuatu yang lemah, karena seorang wanita akan menjadi lebih hebat dari seorang pria. Jika hati dan jiwanya menjadi satu dengan keinginan," setelah aku mengayunkan pedangku dan aku berteriak sekeras mungkin. hingga membuat pria itu memejamkan matanya, pedang yang ku ayunkan menembus tubuh pria itu dan terbelah menjadi dua.
Para rakyat Kerajaan Timur yang melihat hal itu nampak mereka menurunkan pedang mereka. itu tanda kalau mereka telah menyerah di hadapanku, aku tersenyum melihat kemenangan yang kuraih hari ini. Kutatap pria yang selalu bersamaku sedang tergolek lemas di tanah. tubuhnya penuh luka, karena dia telah bertarung dengan sangat gagahnya. kuraih tangannya dan kusentuh pipinya.
"Nikahilah aku, dan jadikanlah aku istrimu," ucapku kepada Lang-sing. terlihat pria itu menarik nafasnya yang sempat terputus-putus. terlihat jelas dia mengedipkan matanya.
Setelah aku pulang dari peperangan dengan Kerajaan Timur, aku mengabarkan kepada para rakyatku kalau aku dan Jendral Lang-sing akan menikah.
"Hidup Yang Mulia?"
Suara teriakan mereka sangat menggema
Pernikahanku dan lang-sing terjadi dan para pejabat yang ada di Kerajaan Rong-ye menerima semua keputusanku.
Pernikahan kami dilaksanakan dengan begitu meriah, Lang-sing menjadi Kaisar di Kerajaan Rong-ye, dan aku adalah Ratu di Kerajaan itu. hatiku bahagia karena aku telah mendapatkan pria yang begitu kucintai selama ini. dan selalu menemaniku saat susah dan suka.
*** END ***