Sebuah sayembara diadakan di sebuah gedung angker, yang sudah di ikuti banyak peserta tapi tak satupun yang bertahan hingga mencapai puncak gedung. Rumor yang beredar semua peserta sayembara banyak yang lari ketakutan dan ada yang sampai tak sadarkan diri, bahkan sampai mengalami kesurupan.
Sanyembara itu di adakan dengan embel-embel hadiah sebesar seratus juta, yang bisa membuat siapapun pasti tergiur. Dalam gedung angker itu terdapat 4 lantai, yang saat ini sudah terpasang kamera di setiap sudut lantai yang terhubung dengan kamera di luar gedung.
Saat semua sudah menyerah, tak ada satupun peserta yang berani mencoba, kini di depan gedung itu berdiri tiga sosok remaja SMU, dua pria dan satu wanita dengan masing-masing tas ransel di punggungnya.
"Kalian sudah siap" Tanya sang pembawa acara pada ketiga peserta itu yang tak lain adalah trio somplak, Dirga, Dino dan Khenin. Tiga sahabat rasa saudara.
"Siap" Ucap ketiganya berjalan memasuki lantai dasar atau lantai 1.
Pintu gedung sudah di tutup oleh sang pembawa acara. Ketiganya melangkahkan kaki,......
Wussssssh........seketika aura mencekam membuat bulu kudu ketiganya berdiri. Tak ada cahaya hanya lampu senter dari ketiganya sebagai penerang.
Tap..... Tap...... suara sesosok yang berbungkus kain kafan putih, terlihat dengan wajah seram sedang melompat-lompat mendekati mereka.
"Po...... pocong, Dir" Suara Dino gemetar, ketika sesosok putih itu semakin mendekat.
"Iya gu....gue tahu" Ucap Dirga terbata.
"Kemarin ja..... jatah siapa yang ngadepin setan po.... pocong" Tanya Dino. Sebelum mengikuti sayembara ketiga trio somplak itu sudah mendapat jatah pembagian setan yang harus di hadapi masing-masing.
"Bukan gue kok" sahut khenin yang bersembunyi di balik kedua sohib laki-lakinya itu.
"Ja... jatah gue, biar gue yang hadepin" Ucap Dirga berusaha sok tenang meskipun seluruh tubuhnya bergetar takut.
Saat ini Khenin dan Dino dengan wajah pias menyaksikan temannya Dirga mendekati pocong itu.....
"Eh apa yang di lakukan Dirga!?" Ucap keduanya melihat Dirga mengeluarkan sepasang sandal bermerk nyekermen dan menunduk di depan pocong itu.
"Paman cong, e....emang gak capek apa lompa-lompat terus. Se....sekali kali jalan napa" Dengan tangan gemetar, Dirga melepas tali pengikat kain kafan di kaki pocong itu. Tanpa ragu Dirga memakaikan sandal itu.
"Nah sekarang coba Deh, paman Cong jalan" Ucap Dirga melihat kearah pocong itu yang sedang bingung. Tanpa sadar pocong itupun menuruti Dirga dan berjalan pergi dengan keren dengan sandal merk nyekermen itu.
"Akhirnya aku bisa berjalan juga" Ucap Setan pocong itu dan berlalu.
"Keren loe bisa bikin pocong pake sandal" Ucap Dino.
"Siapa dulu, Dirga. Oke sekarang kita lanjut ke lantai dua" Ajak Dirga dan merekapun melangkahkan kaki menaiki tangga sampai lantai dua.
"kriek" Suara pintu terbuka, ketiganya pun berjalan bersama memasuki lantai dua itu.
Pok....
"Aduh, loe timpuk gue ya Din" Ucap Dirga mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit. Dino pun menoleh pada Dirga,
"Enak aja, gue dari tadi gak ngapa-ngapain juga. Halu lo" Dino tak terima.
Pok.......
"Gak lucu deh Din" Ucap Dirga pada Dino sudah mulai emosi merasakan sakit di kepalanya karena pukulan. Dino pun tak terima akhirnya keduanya berdebat.
Mendengar kedua sohibnya yang berisik, Khenin yang berjalan di depan Dirga dan Dino pun menoleh......
Kyaaaa.........jerit Khenin. "Itu di belakang kalian"
Keduanya pun menoleh ke belakang.......
"Eh nenek ga..... ga...... yung" Dirga lari mendekati Khenin. " Giliran loe Din yang hadepin tu nenek" teriak Dirga.
"Ha.....hai nek a.... apa kabar" Tanya Dino ngeri karena nenek itu mendekat.
Pok..... satu pukulan gayung batok kelapa melayang di kepala Dino.
"Ben...... ben..... tar ya nek jangan pukul-pukul" Ucap Dino gemetaran sambil merogoh sesuatu di dalam tas nya.
Pok......pukulan kembali dari gayung kembali melayang di kepala Dino.
"Aduh sabar napa nek, jangan pukul-pukul" Ucap Dino, hilang sudah rasa takut pada diri Dino berganti menjadi rasa kesal.
Pok......."Ini nenek, bener-bener mau bikin gue amnesia" Dino masih terus merogoh tasnya.
"Aha ini dia nek,... gayung nenek dari batok kelapa itu kan udah ketinggalan jaman. Nie Dino ganti sama gayung yang bagus lebih modern" Ucap Dino merebut gayung nenek itu paksa dan memberikan sebuah gayung plastik dengan warna pink.
"Tuh kan warnanya cocok sama nenek yang imut" Ucap Dino sambil ekspresi menahan ingin muntah karena menyebut kata imut.. uweek.
Nenek gayung pun pergi sambil terus memandangi gayung barunya.
"bhaaaaaaaa" Kedua sohib Dino tertawa sambil memegangi perutnya.
"Jangan tertawa mulu ntar kesurupan loe pada" Cemberut Dino, Ketiganya pun melanjutkan jalan menuju ke lantai tiga.
"Kali ini giliran gue" Ucap Khenin yang terlihat bersemangat. Berjalan mendahului kedua temannya.
Pintu lantai tigapun terbuka, baru beberapa langkah ketiganya di kejutkan dengan suara tawa nyaring terdengar, membuat siapun yang mendengar merinding ketakutan.
Hi...... hi......... hi..............
Sesosok wanita berbaju putih, dengan rambut terurai membawa sisir nampak di hadapan mereka bertiga.
"Ma.... maju loe Nin, ....katanya giliran loe" Ucap Dino sambil mendorong tubuh Khenin maju ke depan.
"Iya.... iya bawel" Ucap Khenin gadis polos,lugu dan super lemot itu melangkah mendekati hantu wanita itu.
"Tante kun,......itu...... pinjam sisirnya" Ucap khenin meraih sisir hantu wanita itu, tangan hantu wanita itu masih memegang erat sisirnya di serukan dengan tawa dan mata melotot lebar. Bak seorang anak kecil yang berebutan permen, Khenin dan hantu wanita itu tarik menarik sisir itu.
"Pinjam sebentar tante kun..... uuh" Khenin berhasil mengambil sisir itu,
Dengan sigap Khenin berputar ke belakang hantu wanita itu dan menyisir rambutnya.
"Mak,.... kecoak" teriak Khenin memdapati kecoak jatuh saat satu sisiran mendarat di rambut hantu wanita itu. " Ini rambut apa sarang serangga sih" Gerutu Khenin yang di selingi teriakan teriakan saat mendapatkan banyak binantang serangga di rambut hantu wanita itu. Selang beberapa menit.
TADAAAA.......
Dirga dan Dino tertawa....... melihat hasil karya Khenin yang mengepang jadi dua rambut hantu wanita itu.
" Keren kan" Ucap Khenin." Nie aku balikin tante sisirnya, tante jadi cantik kayak kembang desa hantu" Ucap Khenin sambil menutup mulutnya geli dengan kata-kata yang terlontar dari mulutnya.
Hantu wanita itu tertawa"hi......hi...... " meninggalkan kan ketiganya dengan memegang erat sisirnya.
"Huh..... akhirnya bisa sampai lantai terakhir..... "
Ketiganya masuk kedalam lantai terakhir, mereka sama sekali tidak tahu hantu apa yang akan di hadapi karena pembagian jatah menghadapi hantu sudah di bagi rata.
Tak ada suara, tak ada tanda-tanda penampakan. Apa ini artinya mereka telah menang dan dengan mudah mengambil bendera yang ada di sudut ruangan terakhir itu.
Raut senang tercetak di ketiga wajah remaja itu melihat sebuah bendera di sudut ruangan dan tanpa mereka sadari ada sesosok dengan taring, berwajah seram,seluruh tubuh penuh dengan bulu hadir diantara mereka.
Mereka tanpa sadar saling bergandengan tangan, Dirga menggandeng tangan Khenin, khenin menggandeng tangan Dino bersejajar, dan Dino yang tanpa sadar juga ikut menggandeng tangan seseorang di sebelahnya.
"Bentar..... bentar.....aneh deh, kita kan cuman bertiga, kalau Dirga di sebelah loe Nin terus yang di sebelah gue siapa dong" Ucap Dino dan secara bersamaan ketiganya menoleh kesebelah Dino.....
Kyaaaaaa....... Gerandong........... teriak ketiganya berlari kesana kemari tidak jelas, Si hantu Gerandong hanya terdiam melotot melihat ketiganya yang masih terus berteriak dan berlari.
BRAAk...... suara pintu terbuka.
"Dasar kampret, kalian bukannya belajar malah bermain di sini" Ucap seorang Emak-emak berjalan mengambil bendera di sudut ruang dan memukulkan kayu bendera itu pada ketiganya.
"Ampun mak..... ampun mak" Ucap ketiganya.
"ini juga ngapain pake kostum begituan disitu, bukannya belajar" Ucap Emak Dino yang tidak tahu kalau hantu itu adalah hantu sungguhan. "Pulang gak" Ucap mak Dino juga memukul gerandong itu, membuat hantu gerandong itu berlari.
"Pantesan anak-anaknya somplak, Emaknya aja kayak gitu" Gerutu gerandong sebelum menghilang.
"Untung ada mak lampir datang tepat waktu" Gerutu Dirga dan Khenin tertawa cekikikan. Saat ini ketiganya terpojok di sudut ruangan karena takut dengan Maknya Dino
"Eh gitu-gitu Emak gue tahu" Ucap Dino tak terima.
Ketiganya pun digiring Emaknya Dino keluar dari gedung dengan jeweran di telinga.
Sayembara malam itu selesai dan pada akhirnya Emaknya Dino yang tersenyum bahagia dengan uang seratus juta di tangannya..........
-----------------Selesai---------------------