"Dela!!!!!! "
Merasa namanya di panggil gadis yang bernama Dela sanjaya itu pun menoleh. Terlihat Miranda teman sekelas sekaligus sahabat nya itu berlari menghampirinya.
"Kenapa lo lari lari gitu si ndaaaa, bau keringat tahu" ujar Dela menutup hidungnya, gadis yang kini tengah membungkuk bertumpu pada lututnya sembari mengatur nafasnya yang terengah.
"Gue telat bangun" balas Miranda di sela nafas nya.
Dela memutar bola matanya bosan, ini bukan yang pertama kalinya Miranda terlambat.
"Makanya Jangan kemalaman nonton drakor, telat kan lu jadinya" dengus Dela.
"Hu mana bisa tahan gue kalo gak nonton sampai habis" balas Miranda.
"Yaudah deh serah lu, yuk cabut" ucap Dela berjalan terlebih dahulu.
Slesss brak~
"Awwww" ringis Dela.
"Sorry sorry gue gak sengaja" ucap Egi mengulurkan tangan berniat ingin membantu Dela. Namun Gadis itu malah menepis tangan Egi dengan kesal.
"Udah deh lu gak usah sok baik, lu pasti sengaja kan bikin gue celaka!! " bengak Dela berusaha bangkit kemudian menatap Egi tajam.
Egi Darmawan adalah siswa terpintar dan ternakal di sekolah ini. Menduduki kelas 12 IPA 1, kelas yang sangat sulit untuk di masuki oleh siswa siswi seperti Dela, namun sangat muda di masuki oleh Egi.
"Lu yah, udah di tolongin juga, malah sewot"
"Kan lu emang sengaja, ngaku deh gak usah sok sok baik gitu" balas Dela.
Pertengkaran sengit pun kembali terjadi, mengapa kembali?? karena hal ini sudah bukan sesuatu hal yang jarang terjadi, namun sangat sering terjadi.
Seluruh isi sekolah pun sudah tahu jika Egi dan Dela adalah musuh bebuyutan.
"Udah Del, Egi kan udah minta maaf juga" bujuk Miranda, jika di biarin mereka tak akan berhenti bertengkar.
"Apaan, dia emang sengaja tu" tuding Dela kekuh dengan ucapannya.
"Serah lu deh, bosen gue" Egi melenggang pergi meninggalkan Dela yang semakin mencak mencak karena emosinya masih memuncak.
"Udah yuk, gak usah tanggepin tu anak" bujuk Miranda menarik Dela menuju kelas.
"Ihhh ngeselin banget deh" geram Dela, mereka sudah berada di dalam kelas, namun Dela masih saja menggerutu.
"Udah deh Del, lupain ajah " ucap Miranda.
"Kenapa dia? " tanya sinta teman Dela juga, mereka ada berempat Dela, Miranda, Sinta dan Jasmin yang belum datang.
"Biasaaa lah, berantem ama Si ketos jail itu" ucap Miranda mendesah bosan.
"Ya ampunnn kapan sih kalian damainya, setiap hari berantem gak bosan apa? " ucap Sinta sembari meletakkan tas nya di atas meja yang berada di belakang Miranda.
"Tau ih, berantem terus entar malah suka" cibir Miranda.
"Apaan sih kalian, Itu gak mungkin terjadi!!! " ujar Dela menghempaskan tasnya keras.
"Ya kali, kalo jodoh kalian bisa apa" sahut Sinta yang langsung di sambut oleh tawa Miranda.
"Ihhh kalian lagi ngomongin apa? " tanya Jasmin yang baru saja memasuki kelas, ia langsung duduk di samping Sinta, ia penasaran dengan obrolan teman temanya yang masih saja tertawa.
"Ngomongin apa??? " desak Jasmin yang tak kunjung di jawab oleh sahabat nya itu, mereka sibuk mengendalikan tawanya.
"Itu lo, si johan dapat pacar baru" ucap Sinta asal, membuat Jasmin langsung mengerut, ia sangat menyukai Johan teman Egi.
"Ihh gue canda" bujuk Sinta.
"Rasain lu Sin, Jasmin langsung badmood" ujar Miranda.
Ting Tong~~bel masuk pun berbunyi.
"Selamat Pagi anak anak" Sapa bu Jely dingin ketika memasuki ruangan, Guru Matematik ini meletakkan tas nya di atas meja kemudian langsung mengambil penggaris panjang. Tanpa basa basi guru killer ini memulai pembelajaran nya.
Aurah dingin menyeruak di seluruh ruang kelas Ips 3,tak ada satu pun yang berani membuka mulut. Kelas yang terkenal dengan Kebandelannya tak berkutik di hadapan bu Jely.
"Baik, silakan kerjakan itu dalam waktu 15 menit" ucap Bu Jely setelah menulis 3 buah soal di papan tulis.
"What?? 15 menit untuk mengerjakan soal sesulit itu" pekik Dela. Miranda yang berada di sampingnya hanya menunduk menarik narik baju Dela ketika Bu Jely menatap ke arah mereka.
"Ada apa Dela? apa kamu keberatan? " tanya Bu Jely.
"eng.. gak bu, saya langsung mengerjakan nya" ucap Dela cengengesan ketakutan.
"Ok" balas bu Jely singkat.
Tringggggg~
Pelajaran yang membosankan sekaligus memusingkan akhirnya berakhir juga, semua siapa yang ada di kelas itu mendesah lega.
"Baiklah cukup sekian pembelajaran kita, sampai jumpa di pertemuan selanjutnya" ucap bu Jely kemudian keluar dari kelas Ips3.
"Huh akhirnya si bantet itu keluar juga" desah Sinta merasa lega.
"Kantin yuk, laper ini" ajak Dela, yang memang ia sangat lapar. Mengerjakan soal matematika membuat otaknya terpakai penuh, dan tenaganya pun ikut terkuras.
"Ia gue juga" sahut Jasmin.
Mereka pun berlalu menuju kantin, ke empat siswi yang terkenal dengan kekompakan nya yang kemana-mana selalu berempat mengambil tempat duduk di sebelah sudut kantin, mengingat mereka adalah geng rusuh harus duduk di sudut sudut.
"Hai kak Jo" sapa Jasmin pada Johan yang duduk di samping meja mereka. Johan tak sendiri, disana sudah ada Egi, Manto dan Dija.
Johan tersenyum membalas sapaan dari Jasmin.
Dela tampak acuh kemudian duduk di bangku biasa ia duduki, yang kebetulan di belakangnya duduk Egi. Jadi sekarang mereka tu saling membelakangi.
"Lu mau makan apa? " tanya Miranda pada Dela.
"Bakso pedas ajah, lagi pengen makan yang pedas PEDAS" jawab Dela sengaja menekankan kata pedas agar si musuhnya itu denger, ia masih sangat kesal dengan Egi. Bokongnya masih terasa sangat nyeri.
"Yaudah, lu apa Jas, Sin? " tanya Miranda beralih menatap kedua temannya ini.
"Samain ajah sama lu" sahut Sinta.
"Gue juga" sahut Jasmin tanpa menoleh, ia sibuk memperhatikan Johan yang tengah makan di hadapannya. Beda meja tapi posisinya saling berhadapan gitu, kalian ngerti lah.
"Ih ni bocah, congkel ni mata" cibir Dela kesal dengan sikap temannya ini.
"Apaan sih Del, kalo lagi dapet yang indah indah tu mesti di nikmati lo" balas Jasmin tersenyum kearah Johan yang juga tersenyum pada nya.
"Ihh jijik gue" sahut Sinta.
"Tahu ni" balas Dela.
"Bilang aja lu sirik" cibir Egi dari belakang.
"Gak usah ikut ikutan deh! " serga Dela kecsal.
"Ih siapa yang ikut campur, lu nya ajah yang bego" ucap Egi lagi, membuat Dela semakin kesal.
"Eh udah udah bentar lagi bel bunyi, ini makan cepet" ucap Miranda mencegat Dela yang hendak bangkit dan menyerang Egi.
"Lu sih, nyahut ajah" ucap Manto yang duduk di depan Egi.
Mereka makan dalam diam, soal makan mah mereka selalu tenang, selagi tu mulut berisi.
"Del, lu di cari ka Seno tu" ucap Cia yang datang menghampiri Meja Dela.
Seno adalah siswa IPA 1 sekelas dengan Egi, ia sangat tertarik dengan Dela sehingga secara terang terangan siswa itu mendekatinya.
"Eh iya" balas Dela meminum Es tea nya kemudia bangkit dari duduknya. Egi yang mendengar ucapan mereka langsung menggeser bangkunya ke belakang.
"Eh geser dong" ucap Dela mendorong kursinya ke belakang namun tak bisa karena Egi juga menggeser bangkunya ke belakang.
"Apaan, lu tu yang harusnya geser dulu, gue mau keluar" balas Egi ketus.
"Apaan, gue duluan yang mau keluar tadi"
"Bodo amat, pokoknya gue duluan yang keluar" balas Egi tak mau kalah.
"Buruan, gue lagi buru buru nih, gak mood ngomong sama lu. " Bentak Dela.
"Lu geser atau lu gak bisa keluar" ucap Egi dingin menatap Dela dengan tatapan tak bisa di artikan.
"Ih ngalah aja gi, lu gimana sih" ujar Sinta.
"Tahu ih si Egi" sahut Jasmin.
"Atau lu gak mau biarin Dela bertemu Seno" goda Johan.
"Gak ada urusan sama gue" balas Egi dingin mendorong bangku Dela sehingga siswi cantik itu dempet ke meja.
"Ih dasar gak jelas" dengus Dela pada Egi yang sudah berlalu pergi. Ia pun bergegas keluar dari kantim dan mencari Seno.
"Gue rasa si Egi cemburu" bisik Jasmin.
"Hooh, gue rasa juga gitu. " sahut Sinta.
"Gosipppp aja" ucap Manto yang kini sudah beralih duduk di depan Sinta menggantikan Dela.
"Apaan si, lu pasti mau ikutan kan" tebak Miranda.
Di lain sisi Dela berjalan menelusuri taman belakang sekolah, disini adalah tempat yang biasa ia bertemu dengan Seno.
"Hi " sapa Dela pada Seno.
"Hi" balas Seno tersenyum manis.
"Ada apa mencari gue? " tanya Dela malu malu.
"Gue mau ngasih ini buat lo" balas Seno memberika n 2 buah tiket nonton film yang sangat di incar Dela.
"Wahhh lu bisa dapetin ni tiket" ucap Dela girang.
"Gue denger lu suka film itu"
"Gue suka banget, setiap minggu gue coba beli tiketnya tapi selalu kehabisan. " Balas Dela tersentuh lebar.
"Jadi lu mau kan nonton bareng gue? " ajak Seno dengan tampang sok coolnya. Dia tampan sih, tapi lebih tampan si Egi.
"Ih mau banget" balas Dela.
"Yaudah nanti malam aku jemput jam 7 yah" ucap Seno kemudian berlalu pergi.
"Oke" balas Dela tersenyum senang. Akhirnya film yang di dambakan nya dapat juga.
Tanpa Dela sadari seseorang tengah memperhatikannya dari balik pohon. Ia menatap Dela dengan tatapan yang sulit di artikan, kemudian berlalu pergi.
"Del, lu malam ini ada acara gak? " tanya Sinta, mereka berempat tengah berjalan menuju parkir.
"Taraaa" teriak Dela menunjukkan tiket nonton yang di berikan Seno tadi.
"lu dapat tiketnya? " tanya Sinta tak percaya, sahabat nya itu sudah lama mengidamkan film yang hanya tayang di bioskop itu.
"Iya dung, Seno ngajak gue nonton" ucap Dela girang.
"Widihhhh ada yang bakal kencan ni malam minggu" sindir Jasmin sengaja di kerasin karena ia melihat Egi tak jauh dari sana.
"Ih lu apaan si Jas, teriak gitu" serga Dela.
"Tau ih" sahut Miranda yang sedari tadi hanya diam saja.
"Lu kenapa diam Miranda? " tanya Sinta.
"iya, gue perhatiin lu sejak di kantin tadi diam aja " ucap Jasmin membenarkan ucapan Sinta.
"Gue bingung, mau nerima ajakan si Dija atau nggak" lirih Miranda bingung.
"Yaelahhh ni bocah itu ajah di pusingin. " ucap Sinta.
"Gue kan bingung" rengek Miranda mencak mencak. Teman-teman nya memutar bola matanya bosan dengan tingkah sahabat mereka satu ini.
"Yaudah terima ajah, lu kan suka dia juga" usul Dela.
"Nanti kalo gue gugup gimana? " tanya Miranda lagi, membuat temannya benar-benar kesal.
"Yaudah gak usah terima" sahut Jasmin.
"Tapi gue pengen"
"Ihhhh serah lu deh Nda, mau nerima atau nggk, pusing gue" ujar Dela kesal.
"Kak Jo, gak ada rencana gitu ajak aku jalan? " ucap Jasmin tanpa rasa malu, ketiga temannya melongo melihat keberanian sahabatnya ini.
"Boleh, kalo lu gak ada acara, ayuk jalan " ajak Johan, membuat Jasmin gregetan.
"Okeeee" pekiknya girang.
"Ihh ku malu maluin ajah deh jadi cewe" cibir Sinta.
"Kalian sih, kalo gak dia yang maju, apa salahnya kita maju duluan" balas Jasmin pada teman temannya, kemudian gadis itu berlari mendekati Johan.
"Aku nebeng sekalian yah" ucap Jasmin langsung naik ke atas motor Johan.
"Aku duluan yah!!! " teriak Jasmin melambaikan tangannya pada ketiga sahabat nya.
Mereka hanya menggeleng melihat tingkah sahabat nya itu.
"Lu bareng siapa? " tanya Sinta pada Dela.
"Gak tahu ni, kata mama supir gue bakal jemput" jawab Dela celingak celinguk mencari keberadaan mobilnya, namun tak ada.
"Yaudah nebeng gue ajah" ajak Miranda.
"Gak usah deh, rumah kita kan berlawanan arah, nanti lu kesorean pulangnya" tolak Dela.
"Egi!!!! " panggil Sinta ketika melihat cowo itu lewat dengan motor N-Max nya.
"Ada apa? " tanya Egi berhenti di depan mereka.
"Lu kan searah tu sama Dela, ajak dia nebeng dong" pinta Sinta.
"Nggk ga gak, apaan sih kalian" tolak Dela.
"Udah Dela, ikut ajah, dari pada lu sendiri di sini" ucap Miranda.
"Jadi ikut gak ni? " ucap Egi dingin.
"iiih apaan sihh" pekik Dela ketika Sinta dan Miranda mendorong nya untuk naik ke atas motor Egi. Mau tau mau gadis itu naik ke atas motor Egi, sebenarnya ia juga takut di sekolah sendirian.
"Pegangan yah!!! " teriak Sinta ketika Egi sudah melakukan motornya.
"Pelan pelan dong! " rengek Dela ketakutan. Egi tersenyum menyeringai mendengar suara bergetar Dela.
"Akhh!! " pekik Dela ketika Egi dengan sengaja melajukan motor nya kemudian mengerem nya. Secara spontan Dela memeluk pinggang Egi. Membuat si empunya tersenyum menyeringai.
"Hati-hati bagong, gue gak mau matiiiii" teriak Dela memejamkan matanya, tak berani menatap jalanan.
"Alah lebai lu" balas Egi semakin melajukan motornya.
"Turun" ucap Egi pada Dela yang masih saja memeluknya dari belakang.
"Gue tahu lu nyaman meluk gue" cibir Egi menoleh pada Dela yang masih belum bergerak.
"Apaan sih, ke pedean kali lo jadi orang" sahut Dela kesal.
"Sengaja kan lu bawa laju laju supaya gue meluk lo, modus lu" tuduh Dela turun dari motor Egi.
"Bukannya bilang makasih, malah nuduh orang sembarangan " cibir Egi langsung menarik gas motornya melaju meninggalkan Dela.
"Ma, Pa Dela pergi jalan dulu yah" pamit Dela pada orang tuanya yang sedang asik nonton TV berdua.
Papanya pun menoleh "Pergi sama siapa? ".
" Sama ka Seno" jawab Dela jujur.
"Udah gak usah di rumah ajah, mama gak percaya sama dia" sahut mamanya, membuat Dela mengerucut kan bibirnya.
"Boleh pergi, asal ada satu syarat" ucap Papanya mengajukan syarat. Dela berbinar lalu mendekati papanya.
"Apa Syarat nya pa? " tanya Dela penasaran.
"Perginya harus sama Egi juga" ucap papanya yang langsung di setujui oleh mamanya.
Brakk~ Dela melempar tas selempang nya ke atas meja.
"Kok malah ajak si bocah tengil itu si Pah, Dela cuma pergi nonton lo. " Rengek Dela kesal.
"Kalau gak mau yah sudah" ucap papanya acuh kembali melanjutkan nontonnya
"Ihh ngeselin" dengus Dela, ia malas ngajak si kutu kupret itu, tapi jika ia gak jadi pergi, tiketnya sayang sudah lama ia ingin menonton film ini.
"Egi mana mau dia ikut, orang gak akur" ucap Dela ngeles.
"Pasti mau itu, dia kan memang dari dulu seperti itu, tapi tetap mau di suruh ajak kamu" sahut mamanya tanpa mengalihkan pandangan nya dari TV.
Benar juga, batin Dela. Egi memang selalu cari masalah dengan nya tapi... Egi juga selalu ada ketika Dela butuhin dia.
"Yaudah deh aku ke rumah nya sekarang" ucap Dela pasrah, bangkit dari duduknya kemudian meraih tas nya kembali.
"Mau ajak tu bocah atau nggk serah deh yang penting gue bisa nonton film ini!!! " sorak Dela dalam hati.
"Eh Gi, lo yakin biarin Dela jalan Sama Seno? " ucap manto dari dalam ponsel nya, mereka sedang melakukan video call. Hanya mereka berdua yang gak ada acara malam minggu ini.
"Yah trus gue harus larang dia gitu? " balas Egi lesu.
"Gue denger ni yah, kalo Seno bakalan nembak Dela. "
"Tahu dari mana lo? " tanya Egi mulai penasaran. Ia sebenarnya sudah lama menyukai Dela, sejak mereka kelas 2 Smpai. Sejak keluarga Egi bertamu kerumah Dela. Sejak saat itu mereka jadi sering ketemu karena memang mama dan papa Dela adalah sahabat dari mama papa Egi.
"Yah tahu lah, coba aja lo fikir ngapain Seno bela belain cari tiket nonton film ke sukaan Dela kalo bukan nyari kesempatan untuk nembak Dela" jelas Manto, ia adalah satu-satunya sahabat Egi yang tahu jika Egi menyukai Dela, hanya Saja cara Egi menderita nya dengan cara menjahilinya.
"Gak mungkin lah" balas Egi.
"Jangan nyesel yah lo, kalo Dela nerima Seno nantinya, secara kan Seno perhatian banget Sama Dela.
Tok!!!! Tok!!!
" Egi!!!! " teriak Dela dari luar pintu kamar Egi. Gadis itu dengan seenaknya masuk ke rumah Egi tanpa harus minta ijin dulu.
"Gue matiin dulu yah, ada nenek lampir" ucap Egi langsung mengakhiri percakapan nya dengan Manto.
Buru buru Egi berjalan menuju pintu, kemudian membukanya perlahan.
"Ngapain lu kerumah gue! " tanya Egi ketus.
"Udah deh lu gak usah banyak tanya, gue mau pergi nonton" ucap Dela me nyelonong masuk ke dalam kamar Egi, kemudian duduk di atas ranjang nya.
"Trus hubungan nya sama gue apa? " tanya Egi kesal melihat sikap semena menang Dela.
"Lo harus ikut, gue gak di ijinin sama nyokap kalo lu gak ikut"
"Ih males, ngapain gue ikut sama lu kurang kerjaan banget gue" tolak Egi, ia memilih naik ke atas ranjang kemudian menyelimuti tubuhnya dengan selimut.
"Ih lu harus ikut, pokoknya harus!!! " teriak Dela menarik selimut Egi.
"Gak mau!!! " tolak Egi kembali menarik selimutnya.
"Harus mau!!!! " paksa Dela.
"Lu tu yah gak bosen bosennya ganggu gue" ucap Egi ketus.
"Lu yang sering gangguin gue, buruann bantuin gue. " rengek Dela.
"Gue udah lama banget pengen nonton film ini, masa lo gak mau ikut sih" ucap Dela mulai dengan akting sedihnya.
"Astaga, ok fine gue ikut!! " balas Egi Nyerah, jika sudah begini Egi tak bisa berbuat apa apa lagi selain menuruti permintaan gadis ini.
"Oke, gue tunggu di bawah" ucap Dela girang, sedihnya langsung hilang, memang bagus aktingnya.
Egi pun beranjak bersiap siap untuk ikut bersama Dela, bukan karena Dela nangis, tapi Egi tiba-tiba ingat dengan ucap Manto tadi.
Trilingggg~ ponsel Dela berdering menandakan seseorang menelponnya.
"Halo Dela"
"Iya ka sen, ada apa? " balas Dela menjawab panggilan Seno.
"Maaf yah, aku gak bisa jemput kamu. Aku harus anterin mama ke rumah oma dulu" ucap Seno merasa bersalah.
"Gak papa kak, santai aja kali. Jumpa di bioskop ajah nanti" Ucap Dela.
"Ok maaf yah" sesal Seno kemudian mengakhiri panggilan nya.
"Udah siap? " tanya Dela ketika melihat Egi menuruni tangga.
"Lo gak liat? " balas Egi ketus.
"Ih dasar kutu kupret" dengus Dela.
"Gue gak jadi pergi" ucap Egi setelah mendengar dengusan Dela.
"Eh iya iya maaf, tuan Egi ganteng, manis unyu unyu, ayuk pergi" bujuk Dela semanis mungkin menarik lengan Egi keluar rumah.
"Dasar tukang ngancam" gerutu Dela.
"Apa? " tanya Egi.
"Eh gak adaa, gue bilang Egi tampan" bohong Dela.
"Kalian liat yah, Dela pasti dateng kesini. " Ucap Seno pada teman teman nya. Mereka bertaruh jika Seno berhasil ajak Dela nonton maka Seno yang menang dan mendapatkan semua taruhan yang mereka berikan.
"Kita liat ajah" sahut salah satu temannya.
Dela dan Egi tiba di salah satu mall terbesar di kotanya, dengan malas Egi keluar dari mobilnya, di ikuti oleh Dela.
"Yuk" ajak Dela.
"Males gue, lu ajah sono, gak mau jadi obat nyamuk" tolak Egi ketus.
"Yakin nih gak mau ikut? " tanya Dela.
"Yakin lah, cukup gue jadi supir lu aja dah buat gue eneg" balas Egi kesal.
"Yaudah gue masuk dulu, tungguin gue kalo pulang" peringat Dela.Kemudian gadis itu berlalu memasuki Mall.
"Kak Seno" panggil Dela ketika melihat Seno bersiri bersama teman temannya di depan pintu masuk bioskop.
"Hi Dela" sapa Seno dengan Senyum bangganya.
"Udah lama nunggu? " tanya Dela tak enak hati.
"Gak kok baru aja" jawab Seno.
Egi duduk didalam mobil sembari mendengarkan musik. Tanpa ia sengaja ia melihat 2 tiket nonton Dela tertinggal di jok mobilnya.
"Lah dasar nenek lampir, mau nonton tapi tiketnya malah di tinggal" ucap Egi meraih tiket itu kemudian turun dari mobilnya, berniat ingin mengantarkan tiket itu pada Dela. Gadis itu pasti kebingungan mencarinya.
"Hebat lo bro, ini taruhan gue" ucap salah satu teman Seno sembari memberikan kunci mobilnya.
Dela mengerut tak mengerti, ia menatap Seno dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Maksudnya apa? " tanya Dela.
"Lah lo gak tahu, Seno menang taruhan, jika berhasil ajak lo jalan" jawab salah satu teman Seno yang juga memberikan kunci motornya.
"Lo jadiin gue bahan taruhan? " tanya Dela menatap Seno tak percaya. Ia benar-benar kecewa dengan Seno.
"Jahat lo yah, gue benci sama lo!! " teriak Dela memukul dada bidang Seno.
Egi yang juga menyaksikan semuanya berjalan cepat dan menatap lurus ke arah Seno.
"Bajingan!! "
Bug!! Bug!!!
Egi menghajar Seno dengan emosi yang memuncak. Seno yang kaget langsung terjatuh dan tak sempat melawan serangan Egi yang bertubi-tubi.
"Apaan ini? " ucap Seno mendorong Egi, di bantu oleh teman temannya.
"Ikut gue! " ucap Egi dingin menarik tangan Dela yang sedari tadi menangis.
Mendorong Dela masuk kedalam mobilnya kemudian ia turut masuk dan melajukan mobilnya meninggalkan mall.
Dela menangis, ia tidak menyangka jika Seno baik padanya hanya karena taruhan.
"Udah diem, gak usah nangis dasar cengeng" ujar Egi yang fokus mengemudi.
"Turun!! " ucap Egi dingin ketika mereka t sampai di sebuah bukit yang menampilkan pemandangan seluruh kota.
"Kenapa lo bawa gue ke sini" tanya Dela yang merasa teman dan takjub melihat pemandangan kota yang terlihat lampu lampu rumah warga dan jalanan menambah kesan indah.
"Kenapa bego banget, deket sama cowo kaya dia! " ucap Egi tanpa menoleh.
"Yah gue mana tahu" balas Dela.
"Makanya kalo dekat sama orang tu liat liat, jangan asal dekat ajah. " omel Egi. Ia masih sangat emosi melihat Kejadian tadi.
"Kok lo malah marah sama gue sih" ucap Dela balik marah.
"Ini yang gue takutkan setiap kali gue liat lo deket sama dia" ucap Egi tanpa sadar mengungkap jika ia sering liat Dela.
"Jadi lu sering ngikutin gue? "tanya Dela menggoda Egi.
" Kagak lah" elak Egi.
"Ayo ngaku!! "
"Enggak"
"Ngaku!!!? " paksa Dela yang kita terus mengejar Egi yang menghindar darinya.
Egi duduk di sebuah bangku menghadap tebing. Ia menghela nafasnya gusar, menahan semua ini sungguh melelahkan baginya.
"Ih indah banget yah" ucap Dela ikut duduk di samping Egi.
"Iya seindah lu" ucap Egi tanpa sadar.
"Maksud lo? "
"Gue suka sama lo?" ungkap Egi.
Dela mengedip ngedip kan matanya, iya merasa ada yang salah dengan pendengaran nya.
"Apa tadi ulang, gueerasa aneh dengan pendengaran gue" ucap Dela mengorek ngorek kupingnya.
"GUE SUKA SAMA LU" ulang Egi lebih keras lagi. Dela terdiam.
"Hahahahah, lu pikir ini ajang lawak, lelucon lu gak lucu tahu" balas Dela tertawa, ucapan Egi sungguh lucu di telinganya.
"Gue gak bercanda" balas Egi membuat Dela menghentikan tawanya.
"Lu beneran? "
"Iya, gue dah lama mendam ini, diam diam memperhatikan lu setiap kali ada cowo yang deketin lu" Ucap Egi menjelaskan.
Dela masi belum bisa mencerna apa yang barusan ia dengar, gadis itu melongo.
"Eh kupret lu denger kagak??? " teriak Egi menyadarkan Dela dari lamunannya.
"Eh ini benaran?? " tanya Dela lagi.
"Boongan!!! yah beneran lah" balas Egi kesal.
"Trus gue harus apa dong? " Tanya Dela bingung, ia belum pernah di tembak cowok, setiap kali ada cowo yang deketin dia pasti ujung-ujungnya ngilang gitu ajah.
"Yah lu mau jadian sama gue apa enggak? " ucap Egi.
"Hmmm ntar lu jailin gue lagi" ucap Dela merengut.
"Kagak lah, gue jailin lu biar gue bisa deket sama lu" balas Egi tersenyum.
"Yaudah gue mauuu"
"Seriusan?? "
"Iya bego" balas Dela.
Egi tersenyum girang, akhirnya hatinya lega juga, cinta yang selama ini ia pendam kini telah ia ungkapin.
"Makasih" ucap Egi.
Mereka pun menghabiskan malam minggu dengan bercanda ria di atas bukit itu sembari menikmati pemandangan yang indah.
🍀🍀🍀Ending🍀🍀🍀
Makasih yah udah berkunjung. Kasih saran dong, kira kira kalian setuju gak jika Cerpen ini aku jadiin Novel?.
komen yah bagi yang setuju. 😘😘😘😘