Pada saat menulis, selain memperhatikan isi cerita novel, penulis juga perlu memperhatikan masalah PUEBI dan layouting ya, karena PUEBI yang benar dan layouting yang tepat akan membuat pembaca merasa lebih nyaman pada saat membaca, juga dapat membuat novelmu menjadi semakin diminati. Selanjutnya, mari kita simak bersama.
1) Kesalahan Penggunaan Tanda Baca/PUEBI
Kebanyakan penulis pemula mungkin berpikir bahwa tanda baca tidak terlalu penting sehingga menempatkan tanda baca dengan asal, atau bahkan tidak menambahkan tanda baca.
Padahal, ini sebenarnya sangat mempengaruhi kualitas karya. Selain tulisan jadi lebih mengalir dan enak dibaca, menulis dialog yang benar juga dapat membuat pembaca lebih memahami makna dari kalimat pada cerita.
Penulisan yang rapi pun menjadi nilai plus terutama ketika mengikuti lomba kepenulisan.
Biasanya salah satu aspek penting yang dinilai dari naskah tersebut selain isi/alur yang menarik adalah kesesuaian tanda baca.
Penggunaan terlalu banyak tanda baca, maupun tulisan tanpa tanda baca atau tanpa pemenggalan kalimat menunjukkan bahwa penulis tidak bisa memahami hubungan logis antarkalimat dan pergantian adegan.
Khusus penggunaan tanda baca untuk penulisan dialog, inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
------
① Pengunaan tanda kutip untuk dialog:
Jika kamu tidak menggunakan tanda kutip dalam dialog antartokoh, ini akan menyulitkan pembaca dalam membedakan antara pembicara dengan narasi cerita.
------
② Penggunaan tanda titik di akhir dialog:
Contoh salah: “Aku yakin dia pemenangnya”. ❌
Contoh benar: “Aku yakin dia pemenangnya.” ✔
Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.
Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :
Contoh salah: “Dia memang sangat berbakat.” ia menatap Doni kagum. ❌
Contoh benar: “Dia memang sangat berbakat.” Ia menatap Doni kagum. ✔
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Huruf awal narasi harus di dahului oleh kapital.
Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :
Contoh salah: Putri tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.” ❌
Contoh benar: Putri tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.” ✔
Kenapa contoh pertama salah, padahal huruf kapital di awal dialognya sudah benar? Kesalahanya, penulis menggunakan tanda baca (,) yang seharusnya (.)
------
③ Penggunaan tanda koma di akhir dialog:
Biasanya, tanda koma digunakan bersamaan dengan dialog tag. Apa itu dialog tag?
Dialog tag adalah frasa yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si pengucap kepada pembaca.
Selain itu, dialog tag digunakan apabila dialog tersebut isinya tentang pengungkapan sesuatu.
Diawali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Biasanya ditandai dengan: ujar, kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.
Contoh salah: “Aku yang membuang barang bukti itu.” Ungkap Martin. ❌
Contoh benar: “Aku yang membuang barang bukti itu,” ungkap Martin. ✔
Pada contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah kapital. Padahal, seharusnya diawali dengan huruf kecil.
Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh salah: Rey berkata. “Mobil barumu kupinjam.” ❌
Contoh benar: Rey berkata, “Mobil barumu kupinjam.” ✔
Frasa sejenis “ungkap Martin” dan “Rey berkata” itulah yang disebut sebagai Dialog Tag.
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Rey, maka setelah kata “Rey berkata” diberi tanda baca (,) baru kemudian memulai dialog dan diakhiri dengan tanda baca (.) sebelum tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Martin, maka gunakan tanda baca (,) sebelum tanda kutip penutup dalam dialog.
------
Tanda baca nada?
Dialog tanpa baca nada sama seperti tokoh yang kehilangan jiwa dan emosinya.
Penulisan seperti ini tentu akan membuat pembaca sulit untuk menebak apa yang dirasakan tokoh pada saat itu. Contohnya:
⑥ Penggunaan tanda seru di akhir dialog
Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan berteriak. Perhatikan contoh A:
Contoh salah: “Pergi dari rumahku sekarang.” bentak Rafli. ❌
Contoh benar: “Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Rafli. ✔
Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar? Lihatlah narasi setelah dialog.
Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya tinggi. Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).
Perhatikan contoh B
Contoh salah: “Aku tidak sejahat itu!” ucapnya lirih. ❌
Contoh benar: “Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih. ✔
Kenapa contoh awal salah? Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira.
Jika dilihat dari segi ungkapan memang benar. Lalu apa yang salah? Narasinya. Jika diperhatikan lebih detail, penulis memberi narasi “ucapnya lirih”, dimana kata lirih tersebut intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri.
Tips: Apabila ingin menggunakan contoh B, maka setelah dialog tidak usah menggunakan narasi lagi. -> “Aku tidak sejahat itu!” ✔
------
⑦ Penggunaan tanda tanya di akhir dialog
Tanda tanya digunakan untuk melengkapi kalimat tanya.
Contoh salah: “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Barli. ❌
Contoh benar: “Sedang apa kamu di sini?” tanya Barli. ✔
Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca. Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital, yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.
Tips: Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan huruf kecil. Contoh: teriaknya; tanyanya.
Perhatikan contoh:
“Apa kau yang melukainya?” Pria itu melirik ke arah wanita di sampingnya.
Kenapa huruf awal pada narasi ini kapital? Karena sudah beda kalimat. “Dia melirik wanita di sampingnya” adalah kalimat baru.
Berbeda apabila kalimatnya seperti ini:
“Apa kau yang melukainya?” tanya pria itu melirik wanita di sampingnya.
Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dll). Sehingga keduanya masih dalam satu kalimat.
------
⑧ Penggunaan tanda Elipsis/Titik tiga (…)
Tanda ini biasa digunakan untuk memberikan jeda pada dialog.
Contohnya : “Jadi … kau benar-benar menolakku?”
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah ketika ada jeda dalam dialog tersebut.
Sebelum menggunakan elipsis, beri spasi terlebih dahulu. Setelah menggunakannya pun beri spasi lagi. Kemudian silahkan mulai kata selanjutnya.
Ingat, kata baru setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pehamaman lebih detail.
Lalu, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir? Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh 1: “Jangan menangis lagi. Kumohon ….”
Contoh 2: “Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.
Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda baca.
Apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor 2 dimana hanya terdapat tanda elipsis di sana.
------
⑨ Penggunaan en dash (—) dalam dialog
Biasanya digunakan untuk dialog yang terputus-putus atau terpotong.
Contoh 1:
“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).
Contoh 2:
“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).
“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.
------
⑩ Penggunaan kata “kan” dalam dialog
Perhatikan contoh di bawah ini:
“Dia itu kekasihmu, kan?”
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita. Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.
Contoh serupa :
“Belajar yang rajin ya, Nak.”
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).
Tulisanmu pun akan semakin enak dibaca serta para pembaca tidak akan salah dalam menafsirkan makna.
Berlaku juga untuk kata panggilan seperti:
“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”
“Aku tidak bohong kok, Bun.”
------
⑪ Penggunaan capital pada nama dan panggilan dalam dialog
Contoh 1: “Aku harap Ayah merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap.
Contoh 2: “Aku berharap ayahmu merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.
Perhatikan antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata “Ayah” diawali dengan huruf kapital. Kenapa? Karena orang yang dimaksud ada di sana. Atau terlibat dalam percakapan tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata “ayah” diawali dengan huruf kecil yang menandakan sang ayah tidak ada di sana atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3: “Menurut pak Tono, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”
Contoh 4: “Terimakasih Pak Tono atas kerjasamanya.”
Apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.
Di contoh nomor 3, kata “pak Tono” huruf awalnya ditulis kecil dan huruf keduanya ditulis besar karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana pak Tono tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Di contoh nomor 4, kata “Pak Tono” huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana pak Tono terlibat dalam percakapan tersebut.
Tips:
- Huruf awal dalam dialog harus kapital.
- Nama orang atau panggilan pun harus menggunakan huruf kapital.
- Jika sebuah kalimat terlalu panjang\, pembaca akan terengah-engah dan kelelahan membaca ceritamu. Bahkan\, meninggalkan ceritamu karena dianggap memusingkan\, bertele-tele atau tidak menarik lagi dan membosankan.
--------------------------
2) Terlalu Banyak Narasi, Pengulangan Kalimat
Novel online mengejar ritme yang cepat. Ritme cepat dapat membuat pembaca merasa senang.
Yang diharapkan dari sebuah novel online adalah sebuah cerita, bukan deskripsi pemandangan, filosofi pandangan hidup ataupun pengenalan tokoh. Ini terlalu membosankan dibandingkan dengan ceritanya.
Beberapa penulis suka menjelaskan latar belakang cerita dengan panjang dan detail. Sementara, pembaca novel online membaca dengan sangat cepat, sehingga mereka banyak melewatkan narasi panjang karena bosan.
Penulis sudah bekerja keras untuk terus menulis, tetapi sayangnya pembaca merasa bahwa mereka tidak merasa puas dengan jalan cerita. Ini menyebabkan pembaca tidak membaca dengan saksama dan pada akhirnya melewatkan ceritamu.
Karena pembaca berpikir, pasti akan ada beberapa poin yang tidak dapat dipahami pada plot selanjutnya sehingga mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan membaca ceritamu.
Tips: Narasi jangan terlalu gemuk. Maksimal 1 paragraf 5 kalimat (3-5 kalimat).
Layouting :
Tata letak dalam penulisan novel online sangat penting. Letak penyusunan yang baik dapat membuat pembaca merasa nyaman.
Jika satu paragraf ada lebih dari 10 baris, ini akan membuat pembaca merasa pusing, dan mungkin melewatkan paragraf panjang tersebut, sehingga saat membaca paragraf berikutnya menjadi tidak nyambung.
Oleh karena itu, letak penyusunan harus singkat dan jelas, serta hindari penggunaan paragraf yang panjang.
Hal ini kelihatannya tidak penting, tetapi memiliki dampak yang besar pada pengalaman membaca di aplikasi.
Tips: Jadi, pastikan untuk menulis lebih banyak kalimat pendek, teksnya ringkas, dan mudah dimengerti.
Jika penulis tidak bisa memenggal kalimat, penulis bisa mempelajari pembagian scene dalam pembuatan film sebagai referensi.
Berdasarkan pembelajaran tiga materi tersebut, kita pun memiliki pemahaman baru terhadap kemasan karya.
Karya yang baik tidak terlepas dari kemasan yang berkualitas, mari belajar bersama dan menciptakan semakin banyak karya berkualitas.